Wah enak sekali masakannya, kamu jago banget! Udah siap nikah nih.
Kamu suka anak kecil, ya? Udah siap nikah dong kalau begitu.
Rumahnya rapih ya, kalau sudah menikah pasti disayang suami.
Kita para gadis sepertinya sudah biasa mendengar komentar-komentar diatas yang tak jarang diutarakan oleh para ibu-ibu di sekitar kita. Awalnya memuji, namun diakhiri dengan singgungan kesiapan menikah. Malah terkadang tidak hanya dari ibu-ibu saja, ada juga pria yang turut berpendapat kalau sudah jadi takdir bagi seorang wanita untuk mengurusi urusan rumah tangga.
Perempuan mah ujung-ujungnya juga di dapur, Din.
Sedih rasanya saat mendengar kalimat-kalimat yang seperti membatasi pilihan hidup wanita. Seperti kita sebagai wanita tidak diberi kesempatan untuk memiliki mimpi dan ambisi diluar rumah. Padahal, semua orang, terlepas gender dan usia, berhak untuk memilih pilihan hidupnya sendiri dan mengejar impiannya. Namun masih banyak yang beranggapan bahwa takdir wanita adalah mengurusi urusan rumah tangga saja.
Terlepas dari stereotip wanita dalam pernikahan, keterampilan memasak dan mengurus rumah merupakan survival skills yang seharusnya dimiliki oleh semua orang, tanpa memandang gender. Kita tidak bisa selalu bergantung pada orang lain. Ada banyak keadaan dimana kita harus bisa mandiri dalam memenuhi kebutuhan kita. Ketika kita berada pada situasi seperti itu, kita dituntut untuk bisa mandiri dan survival skills akan sangat berguna. Diharapkan lebih banyak orang bisa paham bahwa memasak dan mengurus rumah tidak melulu harus menjadi tanggung jawab wanita. Pernikahan melibatkan 2 orang, oleh karena itu, segala macam urusan rumah tangga menjadi tanggung jawab keduanya, tidak bisa salah satu. Budaya patriarki bukan lagi menjadi hal yang relevan untuk diterapkan dalam pernikahan.
Meskipun keterampilan rumah tangga seperti memasak, mengurus rumah, dan menjaga anak diperlukan dalam kehidupan berumah tangga, tapi hal-hal itu tidak bisa dijadikan tolak ukur seseorang sudah siap menikah. Ada banyak hal lainnya yang harus dipersiapkan dengan baik, seperti:
- Kesiapan mental dan emosional, sudah kita ketahui kalau dalam pernikahan akan selalu ada permasalahan yang kadang membuat kita dan pasangan terlibat dalam argumen. Dalam momen seperti inilah kita perlu kematangan mental dan emosional agar kita mampu untuk berkomitmen, menyelesaikan maslah, dan berkomunikasi dengan pasangan dengan cara yang tepat. Ingat bahwa menikah itu melibatkan 2 orang yang berbeda watak, tidak mudah untuk bisa menemukan titik temu bagi ego masing-masing.
- Kesiapan finansial, permasalahan finansial sepertinya menjadi hal utama yang menjadi penyebab kebanyakan pasangan suami istri bertengkar. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa segala sesuatunya membutuhkan uang. Kebutuhan setelah menikah dan membangun keluarga baru tidaklah sedikit, apalagi ketika sudah punya anak. Untuk itu sangatlah penting kematangan finansial dalam pernikahan.
- Tujuan dan ekspektasi pernikahan, sebelum menikah sangat penting bagi kita dan pasangan untuk mendiskusikan tujuan pernikahan dan apa yang menjadi ekspektasi masing-masing dalam pernikahan ini. Apakah akan memilliki anak, atau akan childfree? Apakah setelah menikah pekerjaan rumah akan dibagi rata atau akan menyewa jasa ART? Diskusi seperti ini sangat penting karena perbedaan pandangan dan ekspektasi dapat memicu konflik dan mengancam keutuhan pernikahan dikemudian hari.
Menikah adalah komitmen seumur hidup bagi kita dan pasangan. Pastinya kita ingin menjalani komitmen yang satu ini dengan kebahagiaan, bukan? Oleh karena itu pastikan bahwa masing-masing dari kita benar-benar memiliki kesiapan yang cukup sebelum menikah. Masing-masing dari kita harus paham bahwa pernikahan melibatkan 2 orang, oleh karena itu urusan rumah tangga menjadi tanggung jawab keduanya, tidak bisa salah satu saja. Dan orang tua harapnya bisa paham bahwa kesiapan seorang anak menikah, bukan hanya dilihat dari keterampilan rumah tangganya saja, tapi kesiapan lainnya yang penting dalam kehidupan rumah tangga.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”