Hidup itu seperti anak tangga yang harus kita daki dengan susah payah agar bisa sampai di puncak. Hidup juga seperti roda yang berputar, kadang diatas namun juga bisa tiba-tiba berputar hingga terjun ke bawah. Hidup penuh lelucon jika kita menggunakan pikiran kita untuk berfikir. Namun hidup bisa saja seperti tragedi ketika kita menggunakan perasaan kita. Hidup memang tidak pernah adil. Tapi sejak kapan hidup peduli dengan sebuah keadilan?Â
Semesta seakan tidak menyadari bahwa kita sedang terperosok jauh kedalam jurang kehidupan. Semesta tetap berjalan begitu saja tanpa memperdulikan kita yang berjalan tertatih untuk menaiki anak tangga itu. Penuh luka dan berdarah-darah, perlahan kita mendaki tangga berharap bisa segera sampai dipucak.Â
Tapi ternyata tidak semudah itu. Kita berkali-kali jatuh terperosok, terluka kembali, dan berusaha sembuh kembali. Kita seakan terjebak di hidup yang penuh luka, tanpa tau bagaimana harus menyembuhkannya. Kita terus mendaki tangga itu, dengan penuh harapan jika segera berada dipuncak, sakit ini akan usai.
Tapi setiap kali mandaki tangga itu, luka itu tetap ada. Tanpa kita sadari luka itu tetap dan akan selalu bersama kita. Luka yang kita harapkan untuk segera sembuh, tapi tak kunjung sembuh. Tanpa disadari luka itu juga yang membuat kita kuat dan mampu untuk bertahan hidup sampai sejauh ini. Tak peduli mau sesakit apa luka yang kita rasakan, tanpa kita sadari kita mampu untuk menahannya.
Hingga akhirnya luka itu seperti menjadi bagian dari kita. Kemanapun kita melangkah, luka itu tetap ada. Pada akhirnya kita memilih untuk tetap bertahan hidup di dunia yang tidak adil ini. Kita memilih untuk terus menaiki anak tangga itu, meskipun kebahagiaan bukan menjadi puncaknya, namun kita tetap berusaha mendaki tangga itu. Bahagia sudah bukan prioritas kita lagi, karena yang paling penting kita tetap hidup, kita tetap bernafas, dan kita tetap berjalan meskipun sakit yang kita rasakan terkadang menjadi tak tertahankan.Â
Dan, di dunia yang kita tidak tau ujungnya ini kita hanya memiliki diri kita sendiri. Diri yang selalu memeluk kita dan selalu menunggu kita sampai kita mampu bangkit lagi. Diri yang tidak pernah memaksa kita untuk terus berlari. Diri yang selalu menerima kita dengan utuh. Kita harus tetap hidup, meskipun banyak luka di hidup kita. Tidak perlu merasa bersalah jika kita belum mampu untuk bahagia, karena perlahan kebahagiaan akan datang dengan sendirinya.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”