Kemeriahan perayaan hari ulang tahun Republik Indonesia yang ke 77 memang sudah berlalu. Namun gegap gempita masyarakat yang merayakannya masih sangat terasa.
Setelah dua tahun negara kita dihajar virus Covid yang memaksa kita untuk membatasi segala gerak dan langkah kita, maka di tahun 2022 ini menjadi perayaan yang sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat Indonesia.
Selain sudah bebas untuk tidak memakai masker, acara perlombaan 17an terasa lebih meriah dan penuh dengan suka cita.
Bicara tentang lomba 17an, seingatku mungkin terakhir kali aku berpartisipasi dalam perlombaan 17an itu sekitar tahun 2008 saat aku masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama.
Di tahun-tahun berikutnya, aku lebih sering menjadi panitia acara perlombaan 17an. Praktis, aku lebih sibuk menjadi panitia dari pada menjadi peserta lomba.
Beranjak ke tahun 2020 di mana virus Covid 19 mulai melanda Indonesia, lomba 17an pun menjadi agenda yang ditiadakan di tahun tersebut karena pemerintah menganjurkan untuk menjaga jarak dan menghindari kerumunan demi menekan tingkat penularan Covid 19. Acara-acara yang biasanya diadakan di hadapan umum pun terpaksa harus dilakukan secara virtual.
Begitu pula di tahun 2021 di mana keadaan belum sepenuhnya aman. Justru pada tahun itulah banyak korban jiwa yang meninggal karena keganasan virus ini. Praktis, acara lomba 17an kembali tidak dilaksanakan.
Dan baru di tahun 2022 ini kondisi berangsur-angsur mulai pulih. Berbagai acara yang melibatkan kerumunan mulai digelar. Konser musik, seminar, olahraga, dan lain-lain sudah bisa dinikmati secara non virtual. Salah satunya adalah lomba 17 Agustus.
Dan di tahun ini pula, aku bisa kembali menjadi peserta lomba 17an setelah sekian lamanya. Dan istimewanya, aku mengikuti lomba 17an tersebut di sekolah tempat anakku menimba ilmu. Jadi sudah bisa dipastikan bahwa seluruh peserta yang ikut adalah orang tua dan wali murid.
Dengan statusku yang sudah menjadi orang tua, tentu aku merasakan hal yang berbeda di perlombaan 17an kali ini. Kalau dulu saat masih anak-anak aku begitu ambisius untuk mengalahkan lawan untuk memenangkan setiap perlombaan dan mengincar hadiahnya, tapi kali ini aku mengikuti lomba hanya untuk memeriahkan acara 17an yang sudah lama tidak aku rasakan bersama para orang tua murid.
Aku tidak lagi mengincar juara. Bagiku, berlomba dengan emak-emak sama serunya. Tapi untuk urusan hadiah tentu saja berbeda dengan saat aku masih anak-anak. Kalau dulu hadiah yang umumnya diberikan adalah berupa tas, alat-alat tulis, dan perlengkapan sekolah lainnya, kali ini hadiah yang kuterima adalah yang berhubungan dengan dunia emak-emak seperti piring, centong nasi, baskom. Hehehe…
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”