Lebaran tahun ini kamu pulang ya, sudah 3 tahun kamu tidak pulang lho nak.
Untuk beberapa orang merantau adalah satu-satunya pilihan untuk menghindari perdebatan, menyembuhkan luka-luka yang amat dalam, dan menjauh dari segala tuntutan. Merantau memang berat, bertemu dengan orang-orang baru, beradaptasi dengan lingkungan baru, dan menerima budaya yang mungkin lebih membuat hati tenang. Ya, jika dibandingkan dengan harus terus-terusan dihadapkan dengan keadaan yang sama sekali tidak menguntungkan, merantau tetap menjadi pilihan yang menyenangkan. Â
Awalnya tentu tidak nyaman, tapi kenyamanan bisa diciptakan kan? Selalu ada yang baru untuk segalanya. Mungkin untuk saat ini kita memang harus memberanikan diri untuk mencoba hal baru. Perlahan-lahan kita beradaptasi di lingkungan yang baru, menata hati, dan mencari hal apa yang membuat kami nyaman di perantauan.
Akhirnya kami menemukan sesuatu yang membuat kami nyaman di perantauan, yaitu kesendirian. Hidup sendiri memang menyenangkan, tidak perlu menjaga hati banyak orang, hanya perlu menjaga diri-sendiri, survive sendiri, menghadapi permasalahan hidup sendiri.
Kenyamanan itu yang membuat enggan untuk pulang. Pulang hanya akan membuat kami mengingat luka lama, pulang hanya akan membuat kami menghadapi tuntutan-tuntutan baru. Tuntutan memang tidak ada habisnya,
"Kamu kapan menikah? Nanti cepat tua loh."
"Wah, sudah mapan sekarang, mau nikah kapan?"
"Kapan hamil nih? Jangan ditunda loh."
Dan masih banyak lagi. Kenapa tuntutan-tuntutan itu seakan tidak ada habisnya, bahkan jika dilakukan, tuntutan-tuntutan yang lain akan terus ada. Itulah sebabnya hidup sendiri di perantauan lebih menyenangkan. Selain jauh dari orang-orang yang selalu menuntut, bisa mendapatkan teman baru yang bisa menjadi keluarga baru juga.
Bukan, bukan tak ingin pulang, hanya saja di perantauan kami bisa mengejar apa yang menjadi kebahagiaan kami. Kami juga merasa lebih kuat dan tahan banting karena kami sudah terlatih untuk mandiri, tidak bergantung dengan orang lain. Hati kami merasa nyaman dan pikiran kami pun merasa tenang.
Sesekali kami juga merasa ingin pulang, bertemu dengan orang-orang tersayang, menghabiskan waktu bersama. Namun, keinginan itu kami redam dulu karena kami merasa belum ada tenaga untuk berdebat tentang keinginan kami. Kami akan pulang jika dirasa keadaan dan kondisi kami sudah stabil, dan kami akan pulang jika kami sudah siap.
Yang kami butuhkan hanya dukungan, bukan tuntutan karena kami pasti tau mana yang terbaik dan mana yang harus diprioritaskan dulu. Pelan-pelan, kami juga butuh bernapas dan butuh menikmati hidup. Jadi, jangan kawatir, kami akan pulang. Tapi, nanti.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”