Namaku Ahmad Al Khafidz Razak M. 19 tahun lalu aku dilahirkan tepatnya pada tanggal 11 April 2003. Aku tinggal di sebuah desa bernama Janegara, desa kecil di wilayah kabupaten Brebes Jawa Tengah. Terlahir dari keluarga sederhana dan menjadi sosok anak tunggal dari kedua orang tuaku membuatku bertekad untuk terus mengembangkan senyum keduanya.
Menginjak usia 6 tahun, kedua orang tuaku menitipkanku di sebuah lembaga pendidikan Islam tepatnya di Madrasah Ibtidaiyah Assyafi’iyah 03. Selama enam tahun aku ditempa dan dididik oleh para pahlawan muliaku sebelum akhirnya melanjutkan pendidikan menengahku di MTs N 1 Tegal. Tak hanya mengenyam pendidikan formal saja, atas kebaikan kedua orang tuaku aku dikenalkan di sebuah pondok pesantren tempatku sekolah bernama Pondok Pesantren Darul Khair.
Di tempat inilah awal mulaku mengenal Allah lebih jauh terkait syariat agama dan pengaplikasiannya dalam kehidupan. Tiga tahun berlalu hingga pada akhirnya aku menerima secarik kertas yang terlipat rapi di sebuah amplop dengan bertuliskan "SELAMAT ANDA DINYATAKAN LULUS" Ya, tulisan itu menandakan bahwa pendidikanku telah usai di jenjang menengah ini. Dengan terpaksa hati aku harus meninggalkan tempat itu untuk melanjutkan pendidikanku di tingkat selanjutnya. Hingga pada akhirnya aku masuk di salah satu pondok pesantren ternama di Yogyakarta, yaitu pondok pesantren Yayasan Ali Maksum Yogyakarta. Di tempat ini aku kembali berjuang untuk meneruskan perjuanganku mencari ilmu agama lebih dalam. Manis pahitnya kehidupan di tempat ini kujalani dengan ikhlas, kenangan bersama teman-teman dan para masyayikh yang begitu mengesankan ku simpan rapi dalam hati sebelum akhirnya harus ku ikhlaskan kembali untuk kembali berjuang.Â
Seperti pepatah yang mengatakan setiap pertemuan pasti ada perpisahan, kembali kurasakan sesak karena harus berpisah dengan mereka. Namun, kutepis rasa itu dan kembali meyakinkan diri bahwa ini adalah awal dari kesuksesanku. Waktu terus berlalu, tak terasa pendidikanku sudah harus memasuki jenjang perguruan tinggi. Di sinilah lika-liku perjuanganku dimulai. UGM adalah kampus impianku, kuusahakan dengan sungguh untuk menggapainya hingga akhirnya kudapati info yang cukup membuatku kecewa karena harus menelan dalam-dalam impianku untuk kuliah di sana.
Hal itu tak membuatku menyerah begitu saja, kuteruskan kembali perjuanganku tapi tidak lagi dengan kampus yang sama. Ya, kali ini aku mendaftar di UNY melalui jalur portofolio, dan lagi-lagi aku harus ikhlas karena kudapati info bahwa aku dinyatakan tidak lolos. Tak sampai sini aku kembali bangkit dan berjuang, kali ini aku mendaftar di salah satu univ Islam di Yogyakarta UIN SUKA melalui jalur CBT. Akhirnya aku kembali menelan kekecewaan karena ternyata UIN SUKA bukan jalanku. Sayangnya, aku telah merasa putus asa dan tak tahu lagi harus melanjutkan pendidikanku kemana karena kian hari banyak kampus negeri yang telah menutup jalur pendaftaran.
Hari demi hari terus kulalui, tentunya dengan support dan doa dari orang-orang terdekatku, keluarga, dan teman. Seakan kehilangan arah dengan pikiran yang terus berkecamuk, aku kembali mengingat perjuanganku hingga aku sempat berpikir bahwa Allah tidak adil dalam mengatur jalan takdirku. Adanya iman dalam hatiku kembali menyadarku bahwa aku telah salah berpikir demikian. Aku meyesali perbuatan itu, hingga akhirnya aku menyadari bahwa Allah tidak akan memberi cobaan diluar batas kemampuanku. Seperti yang Allah janjikan beserta kesulitan pasti ada kemudahan, aku kembali mendapat jawaban dari Allah lagi-lagi Allah menolongku dengan memberi kesempatan untukku mengenyam di sebuah perguruan tinggi Islam negeri yaitu UIN KH Abdurrohman Wahid Pekalongan.
Meski tak sesuai rencanaku, aku tetap bersyukur dan menerima dengan lapang dada karena ternyata rencana Allah lebih indah dari apa yang aku rencanakan. Kini, aku melanjutkan pendidikanku di kampusku dengan mengambil prodi tadris matematika. Dengan tak henti-hentinya aku bersyukur karena Allahlah sebaik-baiknya penulis skenario kehidupan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”