Dunia informasi dan teknologi memberikan kesempatan kepada manusia untuk terus berimprovisasi dalam menjalani kehidupannya. Memamerkan status, kekuasaan, pasangan, dan harta benda sudah menjadi suatu hal yang marak di masa kini. Meningkatnya teknologi informasi yang menyebabkan semua hal tersebut terjadi. Kita bahkan dapat berkomunikasi dimana saja dan kapan saja, sebagai contoh ketika terjadi pandemi COVID-19 semua hal dapat dikerjakan di rumah seperti pendidikan, pekerjaan kantor, dan jasa toko online yang makin digandrungi.Â
Seperti pisau bermata dua, kelebihan dan kelemahan pada teknologi ini pasti selalu ada. Anak muda sudah pasti sering berinteraksi dengan dunia teknologi informasi terlebih pada pandemi COVID-19 kemarin yang mengharuskan dilakukan pendidikan / pekerjaan dilakukan di rumah. Tinggi intensitas penggunaan gadget menyebabkan anak muda mengalami FOMO (Fear of Missing Out). FOMO merupakan fenomena yang dapat menyebabkan seseorang mengalami kecemasan, kegelisahan, dan bahkan sampai stres akibat dari terputusnya aliran informasi meskipun sebentar saja. Singkatnya, orang yang mengalami FOMO akan sering mengecek gadget / media sosialnya hanya untuk memastikan apakah dia ketinggalan informasi atau tidak.Â
FOMO dan mahasiswa ini saling berkaitan karena tidak ada hari bagi seorang mahasiswa tanpa mengecek ponselnya. Jadwal kuliah, kegiatan kampus, informasi tugas kelompok, tugas individu, dsb menyebabkan mahasiswa harus selalu mengecek gadgetnya. Apabila tidak dilakukan, konsekuensinya ialah ia akan ketinggalan informasi dibandingkan dengan temannya. Belum lagi ketika tiba-tiba terjadi perubahan jadwal kuliah yang pasti akan merugikan mahasiswa yang hanya percaya pada jadwal tetapnya saja.
Selain fenomena FOMO yang sering terjadi juga ialah mahasiswa menjadi lebih malas. Lebih malas disini maksudnya di dunia serba instan ini informasi dapat dengan mudah didapatkan dari gadget. Sebagai contoh, dosen memberikan pelajaran di dalam kelas dan rata-rata saat ini sedikit sekali yang mencatat. Seringkali yang terjadi materi hanya diunduh dan disebar di grup kelas. Kita tidak bisa menyalahkan kemajuan teknologi karena kemajuan teknologi memang bertujuan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Namun semakin sering manusia mengalami kemudahan, maka manusia juga akan semakin malas untuk melakukan sesuatu. Adanya delivery food membuat orang malas untuk keluar membeli makanan, keyboard menjadikan orang malas untuk menulis di atas kertas, dan banyak hal lain yang melemahkan manusia.Â
Zaman yang keras menghasilkan manusia yang kuat, manusia yang kuat melahirkan zaman yang nyaman. Zaman yang nyaman menghasilkan manusia yang lemah, dan manusia yang lemah menghasilkan zaman yang keras. Manusia hanya berputar dan mengulangi suatu siklus. Gambaran zaman yang nyaman mungkin cocok dengan kehidupan saat ini karena kita dimanjakan oleh teknologi. Saat ini mungkin kita merasakan kenikmatan dari mudahnya berbagai akses pada kehidupan kita. Namun, tanpa disadari bisa saja di masa depan kita sedang menciptakan zaman yang keras karena siklus tadi kembali berputar.Â
Privasi kita di masa kini juga semakin menipis. Kita semakin tidak tahu kapan waktu kita untuk bekerja, waktu luang, dan waktu untuk beristirahat. Mengapa? karena kita selalu terhubung dengan dunia luar secara terus menerus. Boleh jadi kita sudah di rumah dan beristirahat dengan tenang setelah aktivitas yang melelahkan seharian. Namun pasti ada saja gangguan dari luar yang menyebabkan istirahat kita terganggu seperti panggilan telepon, informasi ganti jadwal yang mendadak, dan sebagainya. Bahkan bagi mahasiswa yang aktif baik itu bidang akademik ataupun non-akademik pastinya akan merasakan tidak ada hari libur untuknya. Dengan tuntutan produktivitas yang tinggi menyebabkan mahasiswa merasa harus secara terus menerus melakukan aktivitas yang produktif setiap hari sampai melupakan hari liburnya. Dengan kata lain, semakin kita sering terhubung maka kita semakin sulit untuk menemukan ketenangan dan membedakan antara waktu kuliah, waktu luang, dan waktu beristirahat.Â
Menjauhi teknologi bukanlah sebuah solusi yang tepat dalam mengatasi problematika di atas. Jauh dari teknologi malah akan menyusahkan kita dan kita tidak akan bisa beradaptasi di zaman ini atau sama saja dengan mempersulit diri. Solusi yang bisa diterapkan untuk kalangan muda ialah mulai belajar dalam menetapkan batasan dan prioritas. Batasan akan memberikan ruang untuk individu untuk bersikap terhadap orang lain dan komunitas. Dengan mengenal batasan dan prioritas, seseorang akan mengutamakan dan mendahulukan hal yang paling berharga baginya karena nilai dari sebuah aktivitas itu berbeda-beda untuk setiap individu.Â
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”