Hai… apa kabar?
Sebuah sapaan singkat yang sudah kuketik di ruang obrolan kita, tapi entah kenapa.. entah bagaimana, aku urungkan niatku untuk menekan tombol kirim dan malah menghapusnya
Ya..sesulit itu untuk memulai percakapan denganmu. Ada rasa sungkan yang datangnya entah dari mana. Ada perasaan cemas kalau-kalau percakapan kita akan berjalan dengan canggung. Bingung bagaimana untuk memulai dan mengakhirinya.
Hmm… mungkin masa-masa indah kita sudah selesai. Masa-masa dimana kita bisa membicarakan apa saja dengan bebas dan bertemu semaunya. Tidak perlu memikirkan kalimat pendahuluan untuk memulai percapakan atau kalimat penutup untuk mengakhirinya. Dulu semua bisa mengalir begitu saja, sampai-sampai kita tidak menyadari waktu berputar dengan cepatnya.
Entah sejak kapan kita menjadi secanggung ini. Sekarang, kita seperti dua orang asing yang bingung bagaimana untuk sekedar bertanya kabar. Waktu menjadi sangat lambat ketika berusaha untuk mencairkan lagi kebekuan yang sudah terlalu lama dibiarkan
Tidak ada yang salah diantara kita. Kita masih orang yang sama. Hanya saja sekarang beban di pundak kita lebih berat. Kita dituntut untuk bisa ini dan itu. Kita butuh pengakuan akan keberadaan kita dengan berbagai pencapaian yang harus kita raih.
Sekarang rasanya sangat sulit untuk menemukan pertemanan yang tulus. Karena tidak akan ada pertemanan jika tidak saling menguntungkan.
Kita punya tujuan yang sama, hanya saja kita di jalan yang berbeda. Tidak ada lagi obrolan tentang kisah percintaan, curhat tentang masalah keluarga, atau bahkan keresahan akan permasalahan bangsa ini. Bukannya tidak ingin mengobrol atau menghabiskan waktu bersama. Hanya saja sekarang waktu terasa begitu cepat berjala  dengan banyaknya deadline dan rutinitas yang membosankan.
Menjadi dewasa menuntut kita untuk terbiasa menyimpan masalah kita sendiri. Sedih dan senang yang dulu selalu kita bagi bersama, sekarang harus kita simpan untuk diri sendiri karena tidak ada waktu untuk membaginya dengan orang lain. Semua orang dewasa punya bebannya masing-masing, bukan?
Namun, bagaimanapun, aku tidak pernah lupa untuk memantau media sosialmu hanya untuk memastikan dirimu baik-baik saja. Ya, hanya ini yang bisa kita lakukan sekarang. Sekalipun jarak diantara kita terasa sangat jauh, aku yakin kita masih saling memperhatikan. Aku akan selalu mengingatmu sebagai bagian dari perjalanan masa mudaku yang menyenangkan.
Terimakasih sudah menjadi sahabat dalam mencari jati diri. Bahagia terus ya buat kita. Sekalipun sekarang jalan kita berbeda, ku harap kita bisa bertemu di puncak sama.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”