Aku kira, aku sudah bisa menerima kenyataan ini. Kenyataan bahwa kita tak akan pernah bisa bertemu kembali, bahwa kamu sudah tidak penasaran denganku lagi. Namun ternyata aku masih saja mudah menangis, mudah menangisi sesuatu yang berbuhungan denganmu. Masih terasa sesak dan sakit, bahkan air mataku masih terlalu mudah untuk jatuh. Aku masih merindukanmu, aku masih ingin kembali kepadamu, memelukmu seerat mungkin. Sungguh, aku sangat merindukanmu.
143 hari, aku masih saja merindukanmu, menangisimu dan memikirkanmu.
Tak terasa sudah satu minggu yang lalu, terakhir kali aku bertemu denganmu. Entah kenapa saat kamu tak bersamaku rasanya hari berlalu sangat cepat. Namun ketika aku bersamamu waktu terasa berjalan sangat lambat, setiap detik terasa sangat hangat bersamamu. Dua minggu bersamamu terasa 2 tahun lamanya. Sungguh, aku masih merindukanmu.
Aku bingung, kenapa aku masih sering merindukanmu. Aku ingin tahu bagaimana kabarmu? Aku ingin kamu tahu bahwa aku masih sering menangis mengingatmu. Namun di sisi lain aku tidak ingin mengusik kehidupanmu yang sudah sempurna. Yang sudah berhasil menyingkirkanku. Aku harus bagaimana? Semakin lama aku semakin tidak bisa meredam keinginan ini. Tolong aku! Aku hanya bisa menahan dan berdoa untuk diriku sendiri. Semoga aku baik-baik saja, semoga aku lekas terbebas dari rasa yang mencekam ini.
Kita adalah dua insan yang ditakdirkan bukan untuk saling memiliki. Aku yang mengagumimu tak pernah punya hasrat memilikimu, karena aku sadar kau adalah kemustahilanku. Aku juga hanya sebatas pengagummu saja. Namun kau datang seolah-olah untuk membuat mimpiku menjadi nyata, tapi kenyataannya justru kau merusak mimpi-mimpi itu.
Sekarang aku tahu kenapa Tuhan mempertemukan kita. Ternyata, Tuhan ingin menunjukkan kuasa-Nya bahwa “Tidak ada yang mustahil di dunia ini”. Aku yang terbuai dengan kalimat itu hingga aku lupa bahwa hidup kita “Tidak ada yang sempurna”. Sekali lagi Tuhan menunjukkan kuasa-Nya. Kamu pergi, padahal hubungan kita baik-baik saja. Kamu pergi di saat aku mulai sadar bahwa ini nyata. Bahwa aku memilikimu. Bahwa kamu bukanlah kemustahilanku. Dan ternyata, pertemuan kita adalah awal dari kehancuranku.
Aku tidak pernah berpikir bagaimana mungkin pertemuan kita adalah awal dari berakhirnya kisah ini. Aku tidak pernah menyangka ternyata kehadiranmu yang nyata ini adalah petaka buatku. Bagaimana mungkin selama ini yang kuimpikan begitu sangat menyakitkan ujungnya. Kenapa harus aku yang merasakan? Apa karena aku hanya pengagummu saja? Apa karena aku bukan orang yang pantas untuk masa depanmu? Lalu kenapa kau menyentuh kehidupanku? Kenapa tak kau biarkan aku hidup dalam bayanganmu saja?
Kadang, ketika akal sehatku tak bisa bekerja. Ingin sekali aku menemuimu dan memelukmu. Ingin merasakan hangatnya pelukmu, desiran nafasmu, mencium aroma tubuhmu dan mendengar degup jantungmu. Namun, ketika aku tersadar aku ingin berteriak bahwa itu tidak mungkin terjadi, tidak mungkin aku lakukan. Kau bukan lagi milikku, kau bukan lagi untukku. Tidak mungkin aku menggoda lelaki yang sudah menjadi milik perempuan lain.
Tuhan, aku tahu aku telah banyak menyia-nyiakan hal terindah saat bersamanya. Aku ingin memperbaiki semuanya, tapi aku rasa keinginanku untuk kembali bersamamu akan menyakiti hati perempuanmu. Lalu bagaimana denganku? Apakah perasaan yang menderita ini hanya aku yang rasakan? Kenapa? Kenapa sampai menyakitkan seperti ini?
Semua tentangmu
Semua yang kurasakan aku tuangkan ketulisan-tulisan ini, aku ingin mengenangmu lewat tulisan ini. Aku ingin melewati setiap hariku dengan mengenangmu. Kau tetaplah menjadi sosok yang aku kagumi, sosok yang selalu jadi khayalanku. Sosok yang selalu aku bawa dalam ingatanku. Kamu tetap jadi menjadi cinta pandangan pertamaku, tetap menjadi lelaki yang aku kagumi. Entah seberapa sering kamu meninggalkanku. Seberapa kejam kamu menyakitiku, aku tetap menjadi mawar merahmu. Mawar merah sang pengagum rahasia.
Aku yang memulai kisah ini dengan cara mengagumimu. Maka aku akhiri pula dengan cara yang sama, mengagumimu.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.