Apa yang paling kamu nikmati saat sedang bepergian ke tempat yang jauh?
Kalau saya, sudah pasti adalah perjalanannya. Meski tidak sabar ingin sampai ke destinasi yang telah ditentukan, nikmat waktu perjalanan dan lika-likunya juga kerap menjadi cerita favorit selepas pulang.Â
Saat sampai nanti, mungkin saya tidak banyak mengingat pemandangan indah yang terlihat dari jendela, melainkan bagaimana kaki terseok-seok mengejar kereta, sulitnya tidur karena dengkuran tetangga, dan banyaknya bekal yang berjejal sesak.
Begitulah perjalanan, banyak cerita yang manis, lucu, juga melelahkan. Tenang saja, seluruh peluh akan terbayar sesampainya kita di tempat tujuan, katanya.
Namun, seberapa panjang perjalanan yang sanggup kita tempuh? Seberapa jauh kita bisa bertahan dengan segala hiruk pikuk yang bergaduh?
Katanya, semua akan terbayar sesampainya kita di tujuan. Namun, bagaimana jika kita tersadar di tengah bahwa perjalanan ini terlalu melelahkan? Bagaimana jika tidak ada rasa lega saat akhirnya tiba di tujuan?
Apakah kamu terus menempuh jalan ini karena ingin sampai atau karena sudah terlalu jauh berputar kembali melawan badai?
Seperti halnya hubungan yang sudah terjalin di waktu yang tak singkat, rasanya terlalu berat untuk merelakannya meski tak lagi hangat. Namun, jika hasrat sudah tak kasat, dengan tali apa kamu akan mengikat?
Jangan tergesa menyebut ini kedaluwarsa
Menjalin hubungan yang sudah lama mungkin akan memburamkan pandanganmu terhadap dua kemungkinan. Pahami dulu lelahmu dan lihatlah lekat-lekat, apakah ini jenuh biasa atau memang rasamu sudah kedaluwarsa. Jenuh dan lelah kerap datang berkali-kali, tapi kamu harus mengerti apakah ini bisa diobati atau saatnya harus berhenti.
Â
Kalau sudah tahu keinginanmu, jangan ragu karena waktu
Saat kamu menyadari bahwa yang kamu butuhkan adalah menjalani hidup masing-masing, rasanya alasan-alasan lain sudah tak lagi berarti. Bertahan karena terlampau jauh menjalin hubungan justru akan menyakiti keduanya jika kamu tak lagi mendasarinya dengan rasa yang sama. Kalau sudah yakin tak ada lagi harapan untuk bersama, bertahan hanya akan menghambat kamu dan dia menemukan seseorang yang seirama.
Tidak ada yang sia-sia, semua sudah tergaris di lini masa
Perasaan yang muncul setelah merelakan sesuatu yang sudah lama kita pertahankan memang tak pernah menyenangkan. Bahkan, di tengah legamu mungkin tetap ada sesak karena rasa bersalah yang entah darimana asalnya. Panjang atau pendeknya kebersamaan dua insan, ternyata tak pernah bisa menjadi jaminan. Mungkin, kamu dan dia ditakdirkan untuk saling mengisi dan belajar di waktu yang panjang, semata-mata sebagai persiapan diri untuk bertemu dengan orang yang tepat setelahnya. Saat kamu bertemu dengan orang berikutnya, di situlah kamu akan menyadari bahwa tidak ada yang perlu disesali dari menghabiskan waktu panjang yang tak berakhir bersama, sebab semua sudah tergaris di lini masa dan tidak ada yang sia-sia.
Berpisah itu konsekuensi, tapi menyadari bahwa kamu bisa hidup baik-baik saja setelahnya adalah kunci utama beradaptasi.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”