Mencintai Sedalam Doa Menepi Sedalam Rasa

Mencintai dalam doa. Menepi dalam nada..

Menjadi tiada merintih tatih. Meleburkan gejolak lirih menikam sukma. Mentari menyinari pagi dengan karunia setia, tanda hari gemuruh riuh menjelma pesona jiwa. Tak seperti denting menguatkan pilur hati. Sayap sang penjaga yang berbisik lirih mencoba berkompromi kepada hari, dijeda kerumunan hingga sang senja tiba menjadi pengobat lebam yang terbalut perlahan. Membius hati berkata mengalir kepada tarikan takdir yang berkecimpung.

Advertisement

Menarik perlahan, jangan kau minta aku padamkan fitrah rasa yang bersemi. Biarkan semua mengalir seperti laju arah air yang mengalir. Kesadaran kan dijawab oleh sang waktu. Ketuk hatimu kan dijawab oleh sang empunya jiwa dan raga yang maha kuasa. Melangitkan segala titik temu munajat dibalut sepertiga mimpi yang melebur seolah nyata tersirat dalam ingat teracik dibenak sayup terdesir angin semilir bergilir, namun bayangmu tak terdesir jauh.

Detak jantungmu menyatu ke sendi nadi, detak jantung didalam baluran kepasrahan doa yang mengalun. Berlirik bernyanyi merdu tanpa suara, heningnya terjaba direkat tasbih yang berlirih alirannya tepat di alinea sayap tatapan hati. Pena melantun menjadi peredam. Syair mengalun membuai angan dipenghujung harap bersenandung. Kamu meliuk melingkar mengitari kutatan pikiran diretina hati. Semilir angin semakin mendayu-dayu, aku semakin hening direkat kelopak sudut arah bola mata yang jauh memandang.

Membatin riuh berteriak didalam hati. Berkata kepada langit dan bumi. Mengadu kepada sang khalik. Memanggilmu bersama rintik hujan yang turun kedasar bumi. Bait namamu tak jeda di nafas detik waktu yang bersemi. Bayangmu.. hanya bayangmu temani sisi hati ini seorang diri. Serasa ada yang tak lengkap melingkupi rumunnya riuh hari. Perandaian yang tak pupus dalam angan. Atau hanya sebulir perandaian ku semata sahaja?

Advertisement

Sedangkan ragamu, sedangkan pijakkan mu, sedangkan aromamu tak mampu ku rekat dihalus jemari. Hanya doa yang tersentuh dekat, bersama munajat menguatkan pilur jiwa. Teka-teki jantung jiwa. Padamu yang tak ku duga singgahnya menyapa dekat mengisi relung hati. Hanya bayangmu nyata mengisi rengkuhan hatiku yang seolah nyata hadirmu disini. Berdetak degup denyut nadi dirintik kencangnya sang penghulu doa yang menjaga sunyi ditengah kerumunan lalu lalang hari. Aku merasa tertarik oleh sunyi ditengah kerumunan hari.

Aku merasa tertinggal oleh sunyi ditengah tepian raga yang dahaga, menepi kepada rengkuh ranting hati. Ragamu tiada singgah didekat ragaku, tetapi hatimu bak terengkuh dalam dekap denyut jantung ku. Samar raut bayang yang menjelma kedalam langit rindu. Mengitari memori yang tak hentinya mengalun syahdu dijentik jemari dari pijak kejauhan berduduk sendirian, menata segumpal asa hati didalam sebuah cipta desus angan yang terpendam. Nestapa kata jarak menguji putaran bianglala tertinggi, seolah melayang-layang.

Advertisement

Ucap tiba pagi usah dinikmati. Kala sang mentari pagi menyapa harinya. Nanti kita akan berkicau kepada riak penghujung detik yang bermelodi kala pagi bersambut. Seolah menyimpul waktu dengan membuat narasi menjadi sumringah tawa sepanjang hari. Entah sungguhan, entah hanya tarikan agar tak terdengkur lalu tersungkur. Membulatkan senyum seolah tanpa kiasan. Resapi bayang diri.. niat lurus tuk meraup ridhoNya Ilahi. Sungguh hanya Allah yang mampu memahami segala bentuk hati bersama aliran bentuk rias dibumi.

Setiap pagi menyambut, ucapkan riuh ucap syukur kepada hati dan hari bersama Allah yang selalu setia menjaga pijak langkah didalam meniti detik demi detik waktu. Mengantarkan nafas raga hingga detik waktu yang menyapa kini dengan segala hal yang singgah. Didalam bait ucap syukur kita mampu menikmati hari, membius kepingan hati dengan jelajah pada ruh alam, berterima kasih kepada ruh diri. Membuka mata hati, jiwa dan pikiran dengan lebih memupuk luas ke positif thinking. Usah berdenyut bahwasannya kita akan selalu menikmati hari-hari, sebab itu berasal dari daya pikir serta sugesti yang mendesir. Apapun yang kita bayangkan baik, kelak kan menjadi bawaan aliran energi yang juga baik serta mampu memancarkan aura yang juga positif.

Fitrah alami rasa yang singgah itu nyata tanpa ulasan sabda kata yang mengada-ada. Lahirnya, ciptanya nyata didalam jiwa. Ilahi menguji jalannya rasa.

Ucap bagi sebagian individu yang tak mampu memahami, berasumsi seolah itu hanyalah serangkai cipta nuansa bayang semu yang saat angin kencang berdesir menghembus akan lenyap disibak sang angin, namun bagiku.. dirimu bukan sekedar lantun ungkapan bayang semu, dirimu nyata disisi hati ini. Dan saat kata menepi yang ku teguk dengan paksa bak menikam jalan jantung hatiku ini ku resapi, sayatan itu menguak menyaksikan, sembilu bak berselancar perlahan dengan kencang meremukan. Meluluh lantakan kepingan puzzle meradang dikitaran sendi denyut hati. Merebahkan sekencang jiwa kepada sang penghulu rasa, sang pencipta degup jantung rasa didalam hati dan jiwa..

Aku akan menjaga fitrah yang diujikan dan dititipkan kedalam jiwa yang rekat dihati ini hingga detik waktu temukan jawaban yang benar nyata dan sesungguhnya. Mencintai dengan bijaksana meskipun terpendam didalam syahdunya senandung rintik doa yang mengguyur, membentuknya dalam penjagaan doa, mengalirkan nafas dengan tasbih hati hingga fitrah rasa itu sendiri berkata.

“Tugasmu telah usai” entah dimana titik penghabisan akhir dalam bayang lekat jantung hatimu lekat di nuansa hati ini. Yang dirasa, aku tak ingin membuatnya sirna, meskipun irisan daun cinta sebelah tangan terjatuh tersapu angin, biar semesta meramu dengan caranya yang elegan dan juga mengukir dengan lekuk bijak yang mengalir. Bukankah sebentuk fitrah dari Nya juga merupakan titipan yang patut disyukuri serta dijaga hadirnya mewarnai pelangi jiwa?

Mengayuh doa tanpa henti dan jeda. Menelan takdir cinta dengan hati yang berteguk dalam pasrahnya dibaluran larik doa berkumandang. Memadukan pulau hati tanpa aba-aba, melayangkan mezbah hati tanpa tergesa-gesa. Biar bersama Rabbi merebahkan detak jantung hati ini hingga nanti takdir yang bersuara didalam syairnya melodi benih kasih sejati yang terpatri abadi hingga detik menyeruak masuk perlahan kedalam jantung hati.

Menggembok kunci hati menikmati cawan hati seorang diri bersama hadir bayangmu. Bersama sebait nama yang ku langitkan kepada Sang Pencipta. Senandung istikharah cinta yang menjelma dalam bait doa. Entah kearah lajuan mana kan ku tenggelamkan kunci hati ini. Entah dirimu yang nanti temukan kembali kunci hati ini atau malah tertutup panah karang dilautan hingga Ilahi mempertemukan di alam hari yang abadi.

Selama fitrah ini diijinkan ada, ku langitkan disujud bait doa. Selama makna dirimu pada simbol janur kuning belum bertahta bersanding dengan kaum hawa, kuat hati melebur panah rasa menjaga bait namamu didalam doa. Selama Rabbi belum melenyapkan melodi labuh jantung hati yang mengarah kepadamu dan rasa ini belum sirna meski pupus mendera, tak kan ku ijinkan seseorang selain dirimu membuka gembok hati ini.

Dan apabila garis akhir menorehkan pena pada takdir yang tak sejalan dan tak bertemu dalam ikatan, (Kau rengkuh tabir jalan bersanding dengan yang lain) Sepenuh setulus hati kan ku ikhlaskan dalam tegar bait nama hatimu, membenamkannya dalam ingatan hati dengan bismillah doa yang tak pupus. Semoga dirimu selalu mengecup kebahagiaan disana bersama pilihan yang kau tuju. Ku hapuskan bait nama itu ke langit doa ~ pertanda Gusti Rabbi menunjukkan arah alur takdirnya..

Saat ini, detik waktu yang mengalir saat ini, jangan minta diriku memadamkan paksa gravitasi rasa yang bergelayut menjelma singgah didalam nada hati. Sebab itu bukanlah menjadi kuasa ku. Biar waktu yang melaju menunjukkan jejak sejatinya dengan apa adanya. Bersama waktu yang menepi – Bersama jejak juang takdir hati merebah bersama Rabbi yang memiliki bumi jiwa dan hati..

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini