Kita selalu melewatkan senja
Jarang menjemput pagi
Kita selalu membersamai terik matahari
Dan menikmati waktu dini hari
Nyaman pada pertemuan kalimat-kalimat metaphora
Dan berakhir pada sajak denotasi yang menyakiti diri sendiri
Melupakan(mu) adalah bentuk lain usahaku saat mencoba mengingat seseorang yang tek pernah kutemui
Menjadikan aksara(mu) sebagai induk puisi ngarai di ujung mata
Aku syair hadir dari sisa-sisa kemarau akibat tanah rindu menunggu hujan temu
Menuliskanmu dalam narasi ini
Sebagai usahaku saat kembali gagal membunuhmu dalam pikiranku
Pada saat yang sama adalah saat dimana aku membunuh sebagian diriku
Denganmu aku tak ingin pura-pura kuat lagi
Aku takut kau menyakitiku hanya sekedar untuk tau seberapa kuat aku….
Padamu aku ingin jujur
"Jangan datang lagi, ini sudah cukup sulit,"
Tak perlulah kau datang lagi jika hanya untuk menguji seberapa kuat aku tanpamu, atau sekedar memberi makan rasa penasaranmu untuk tahu sebesar apa aku menyukaimu. Kau menikmati rasa saat aku menyukaimu, kau bangga kau adalah induk dari anak-anak puisiku. Itu menjengkelkan sekaligus menyedihkan. Itulah kenapa aku membencimu.
Tak perlulah datang lagi di hidupku jika hanya untuk menggangguku. Tanpa kedatanganmu pun aku sudah terganggu dengan kenangan bersamamu. Tolong jangan buat semua semakin sulit untukku. Aku berbeda denganmu.
Sesekali ada rasa aku ingin dicari. Seringkali aku ingin kamu merasakan rasanya kehilangan aku. Orang yang memahamimu dan mampu menyeimbangi percakapanmu.
“Apakah kau pernah menyukaiku? Atau apakah memang hanya aku yang punya rasa padamu?”
Pertanyaan itu adalah pertanyaan yang setiap hari ada di pikiranku yang kucoba bunuh bersama rindu dengan senjata
“Jawaban pertanyaanmu itu tak mengubah apapun juga, kau tetap menyukainya dan kalian tak bisa bersama pada akhirnya”
Menyedihkan. Bahkan sebelum aku benar-benar jatuh padamu aku sudah meperingkatkan diriku sendiri “Ini akan melukaimu sendiri jika kau terus menjaga perasaanmu”.
Ah aku benci saat logika dan rasa tak memilih jalan yang sama. “Aku telah menyukaimu” kata perasaanku pada logika.
Jika nanti aku menemuimu maka saat itu aku sedang tak tahu diri. Hari-hari tanpamu adalah hari dimana aku menguatkan diriku untuk tetap sadar tak hilang akal supaya rindu tak membiusku untuk menujumu lagi.
Aku tak akan datang padamu lagi, meski harus membunuh diriku sendiri berkali-kali. Semoga kau bahagia bersama dia, hati yang kau pilih untuk bersama. Semoga kau bahagia bersama dia orang yang kau pilih untuk bahagia. Jangan buat aku bahagia dengan menyesali pilihanmu untuk bersama dia…
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”