Muda dan sukses dalam berkarya, mungkin kebanyakan orang masih menyangsikan dua hal tadi. Apalagi kalau usiamu belum lewat kepala dua alias masih 20-an, orang seringnya memandang sebelah mata. Belum lagi masyarakat kita terlanjur mengimani pemikiran lama, kalau sukses harus jadi pegawai negeri atau bekerja di perusahaan bergengsi. Padahal sukses bisa diawali dari berkarya, seperti halnya M. Alfatih Timur yang akrab dipanggil Timmy, seorang mantan aktivis mahasiswa berusia 27 tahun yang sukses dikenal sebagai social enterpreuner dengan platform donasi bernama Kitabisa.com.
Alumni FE UI ini membuktikan kepada semua orang yang pernah menganggapnya cupu, bahwa dirinya bisa lebih sukses dari mereka. Mulai dari penghargaan sebagai salah satu kategori wirausaha sosial di bawah usia 30 tingkat Asia versi Forbes, sampai Part of Global Shaper Jakarta Hub. Anak muda yang di usia 15 tahun sudah duduk di bangku SMA ini pun bukan tanpa proses yang panjang untuk sampai di titik sekarang ini. Ada lika-liku yang harus di hadapi, dan kepada Hipwee pula Timmy berbagi pelajaran yang bisa diresapi semua anak muda yang ingin berkarya. Simak baik-baik, agar kamu pun bisa mengikuti jejaknya.
ADVERTISEMENTS
1. Mencari ide dalam berkarya aslinya tak sesulit yang dibayangkan, karena semua bisa muncul dari keseharian yang kita lakukan
Ide jelas jadi modal pertama dalam berkarya. Tanpa ide, karya tak akan pernah lahir ke dunia. Tapi ide bisa jadi masalah besar, yang memang seringnya dikeluhkan kebanyakan anak muda yang ingin memulai proses berkarya. Ada yang bilang nyari ide itu susah-susah gampang. Padahal ide bisa didapat dari mana saja, bahkan bisa muncul dari keseharian yang kamu lakukan.
Seperti halnya Timmy yang mendapat gagasan membangun platform donasi Kitabisa.com dari kebiasaannya turun ke jalan untuk kegiatan sosial seperti penggalangan dana. Dari sana Timmy bertanya, “ada nggak ya cara baru menggalang dana agar lebih mudah dan transparan?” Sampai akhirnya, terpikir untuk menggunakan internet dan media sosial, melihat di luar negeri sendiri sudah ada yang namanya crowdfunding. Sementara masyarakat kita sendiri sudah kental dengan budaya gotong royong dan punya empati yang tinggi. Lalu kenapa nggak kedua hal itu dikolaborasi dengan teknologi? Jadi orang bisa menikmati internet sambil berbuat baik.
Dari pengalaman Timmy, bisa disimpulkan bahwa ide bukan masalah besar dalam berkarya, asalkan kamu bisa lebih peka dengan semua hal yang ada di sekitarmu.
ADVERTISEMENTS
2. Mengatur strategi agar karya ini tak berhenti di tengah jalan dan semakin dikenal oleh masyarakat
Punya ide, tapi tak punya strategi, bisa jadi batu sandungan siapa saja yang ingin mendulang kesuksesan. Setiap orang perlu strategi untuk membuat karyanya terus maju, dikenal banyak orang dan yang memberi kontribusi atau manfaat yang besar kepada masyarakat. Seperti strategi yang Timmy lakukan untuk mengembangkan kitabisa.com, mulai dari mengembangkan produk yang tidak hanya memudahkan proses penggalangan dana tapi juga transparasi kepada donatur, sampai membangun kepercayaan kepada semua pihak dan kolaborasi dengan influencers, media, NGO, serta perusahaan yang ingin berbuat baik untuk berbagai isu sosial.
Intinya jangan lupa mengatur strategi demi mencapai tujuan awal dan mengembangkan karyamu dalam jangkauan yang lebih luas lagi. Seperti kitabisa.com yang produk donasinya mencakup berbagai kategori mulai dari isu kesehatan, pendidikan, bantu hewan, bencana, pembayaran zakat, hingga penyumbangan barang.
ADVERTISEMENTS
3. Meski mendapat dukungan orang sekitar sulit, kamu harus memotivasi diri sendiri untuk terus berkarya dan sedikit keras kepala pun tak apa
Ada kalanya keinginan kamu untuk mengembangkan ide terpentok dengan keinginan orangtua. Ayah dan ibu inginnya kamu meniti karier di perusahaan besar yang sudah jelas namanya atau jadi PNS saja, dibanding membangun ide yang kamu punya. Karena orangtua sudah pasti punya rasa khawatir kalau keinginanmu gagal mengantarmu sukses ke depannya. Mencari dukungan memang tak semudah membalik telapak tangan, tapi semua kembali lagi ke dirimu sendiri. Seberapa yakin kamu dengan ide dan kemampuan dirimu dalam menggeluti ide ini. Seberapa besar motivasi yang bisa kamu gaungkan untuk dirimu sendiri. Seberapa keras kepala pula kamu dalam bekerja demi menggapai semua mimpi.
Karena menurut Timmy dukungan orang sekitar termasuk orangtua bisa selalu positif, kalau kamu pun bisa terus konsisten serta keras kepala dalam menjalankan misi, menjaga motivasi diri dan menikmati segala prosesnya. Kitabisa.com pun di dua tahun pertama sempat diragukan. Tapi kegigihan Timmy akhirnya pun membuahkan hasil, karya yang dibangun sejak 2013 bisa terus berjalan hingga sekarang.
ADVERTISEMENTS
4. Gagal sudah pasti akan kamu rasa, tapi coba ingat lagi misi awal dan momen menyenangkan baik dari proses atau karya yang sudah ada
Kegagalan itu sudah satu paket dengan kesuksesan. Nggak ada ceritanya orang selalu menempuh jalan yang mulus saja sampai akhir tujuannya. Begitu pula dengan Timmy yang pernah merasakan kegagalan dalam membangun platform donasinya. Tapi Timmy tak lantas menyerah, ia kembali lagi ke misi awalnya, kalau di luar sana ada banyak orang yang butuh bantuan. Lalu ia bertemu dengan mentor untuk mencari solusi, dan bertemu orang baru demi mendapat inspirasi.
Selain itu, jauh di belakang kegagalan, pasti ada satu momen menyenangkan, entah dalam proses atau hasil yang sudah tercapai yang bisa kamu jadi pupuk untuk menumbuhkan semangat setelah gagal menerpa. Adakalanya momen menyenangkan itu sesederhana pengalaman Timmy saat ia tahu bahwa yang dilakukannya ini bisa mengubah hidup seseorang lebih baik. Atau saat bertemu dengan #orangbaik selalu ada cerita dan pengalaman baru yang didapat. Dari sana pun Timmy merasa kerja kerasnya terbayar.
ADVERTISEMENTS
5. Konsistensi dan keberanian jelas jadi kunci utama siapapun dalam berkarya, tanpa salah satunya sukses ada dalam angan saja
Selain ide, strategi, motivasi diri dan kerja keras, sukses punya dua kunci utama ialah konsistensi dan keberanian. Konsisten tanpa keberanian membuat eksperimen baru jelas membuat karyamu ‘begitu-begitu saja’ alias tak berkembang. Sementara keberanian mencoba hal baru tanpa konsistensi membuatnya berakhir sebagai ide saja. Jadi kedua hal itu jelas saling berhubungan, dan anak muda pun harus paham bahwa urgensi berkarya selagi muda sangat tinggi. Karena di momen ini rasa ingin tahu kita yang muda sedang tinggi-tingginya dan memang paling enak ya bereksperimen dengan ide yang dipunya.
Dan pesan dari Timmy cuma satu, masa muda ini waktunya tumbuh baik secara karier maupun personal. Sementara proses bertumbuh itu cuma ada di luar zona nyaman. Jadi kamu mau keluar dari zona nyaman sekarang, atau menunggu hingga terlambat?! Sebab yang muda mulai sekarang harus berkarya.