Plus Size 101/ Illustration by Hipwee via Hipwee.com
Hi,annyeong!
Sebelum banyak bercerita, ada baiknya kita kenalan dulu karena katanya tak kenal maka tak sayang. Salam kenal, SoHip, aku Intan Kemala Sari. Orang-orang lebih kenal aku dengan nama Kemalasari dari nama akun Instagramku. Di media sosial tersebut, aku cukup sering berbagi hal-hal seputar dunia plus size, terutama soal fashion lewat foto-foto Outfit of The Day (OOTD) yang aku upload dengan rajin sejak 2016 lalu. Ya, walaupun banyak yang nge-bully karena kata mereka, orang gendut nggak pantas foto OOTD. Lol, who cares~
Intan Kemalasari/ Illustration by Hipwee
Entah bagaimana ceritanya, media sosialku seperti sebuah ensiklopedia terbuka. Aku pun nggak sengaja membuatnya jadi seperti itu karena aku tipe orang yang selalu update informasi secara berkala seputar dunia plus size di berbagai aspek kehidupan; personal, sosial, profesional, hingga percintaan he he.
Bisa dibilang, banyak orang yang mengunjungi Instagramku sekadar untuk cari tahu di mana tempat beli baju plus size, di mana cari pakaian dalam ukuran besar, sampai di mana cari mukena jumbo yang enak dipakai untuk duduk di antara dua sujud.
Di antara itu pula, rupanya nggak sedikit yang suka curhat tentang ketakutan mereka. Salah satu curhatan yang paling sering aku terima adalah curhatan seputar dunia kerja. Rata-rata, yang curhat ke aku adalah teman-teman yang baru akan lulus kuliah atau sudah lulus kuliah dan menyandang gelar fresh graduate.
Mereka punya satu ketakutan yang sama. Sama-sama takut tidak terima di lingkungan pekerjaan karena bentuk tubuhnya dan takut di-judge tidak bisa kerja karena tubuhnya dianggap jadi sebuah penghalang. Ada satu cerita yang aku ingat betul sampai sekarang, seorang follower ini bahkan sampai pindah dari satu kota ke kota lain demi melamar kerja, tapi hasilnya nihil. (Cerita ini sebelum pandemi ya, aku pun kurang tahu bagaimana kelanjutannya).
Ada juga cerita tentang salah satu follower yang sudah empat kali wawancara bahkan hingga tahap akhir, termasuk ikut tes kesehatan. Akan tetapi, satu hari sebelum kerja dia dinyatakan gagal masuk perusahaan tersebut karena berat badannya di atas 70 kg.
Nah, sampai sini aku ingin kita menyamakan persepsi dulu. Kira-kira, ada hubungannya nggak sih punya badan plus size dengan pekerjaan yang kita lakukan? Jawabannya: tergantung.
Mungkin, kalau perusahaan yang kamu tuju mencari ‘faces of the company’ alias wajah perusahaan, misalnya brand communication atau public relation, penampilan jadi hal utama. Tapi, kalau perusahaan yang kamu incar ternyata lebih mengedepankan skill alias keahlian, maka penampilan jadi urusan ke sekian.
Kalau boleh cerita sedikit, bentuk tubuhku yang plus size ini sempat bikin aku minder dan ogah untuk melamar pekerjaan. Dulu setelah lulus kuliah tahun 2013, aku memilih tidak bekerja kantoran karena aku punya bisnis online shop kecil-kecilan. Sama-sama menghasilkan uang juga, pikirku. Hal ini terus aku lakukan sampai sekitar delapan bulan kemudian hingga akhirnya aku berada di titik jenuh banget. Ibuku dan adikku bahkan selalu menyuruh untuk mencari pekerjaan, tapi aku skeptis dan menolak dengan alasan “Ah, mana ada sih yang mau nerima perempuan gendut kerja.”
Meskipun begitu, adanya desakan dengan alasan “Intan nggak bisa ansos terus, mau sampai kapan?” membuatku iseng melamar ke beberapa perusahaan, dari yang tidak ada hubungannya sama jurusan kuliahku sampai yang masih nyambung. Nggak disangka, aku dipanggil wawancara di salah satu media swasta sebagai reporter gaya hidup.
Semakin insecure dong aku karena yang ada di pikiranku, menjadi reporter gaya hidup ya harus benar-benar gaya, stylish, fancy, dan rapi. Sedangkan aku, gayanya begini-gini aja. Legging dan tunik panjang, plus hijab segitiga.
Liputan/ Illustration by Hipwee
Di luar dugaan, aku justru diterima menjadi reporter di sana. Padahal, aku merasa nggak stylish sama sekali. Rupanya, mereka memang tidak mencari seseorang yang berpenampilan bagus tapi mencari orang yang gesit, ulet, nggak mudah menyerah, dan mau diajarin.
Walaupun memang, bidang pekerjaanku waktu itu tidak terlalu mementingkan gaya busana tapi kecepatan menulis dan penyajian berita, lama-lama aku mulai memperhatikan penampilanku. Apalagi, pekerjaanku menuntut untuk banyak bertemu dengan orang-orang baru dari berbagai latar belakang. Salah satunya adalah desainer fashion, make-up artist, sampai selebritas.
Nah, dari sinilah seolah ada kesadaran di dalam diriku untuk berpenampilan lebih baik lagi. Pelan-pelan, aku mulai upgrade gaya busanaku, belajar memakai hijab yang lebih formal dan proper, menyesuaikan baju yang aku pakai dengan acara yang sedang aku datangi, investasi dengan membeli sepatu yang bisa dipakai ke semua acara formal sampai kasual. Pokoknya, benar-benar major upgrade.
Beneran deh, dengan berpenampilan yang baik, dalam artian kita nyaman berbusana dan menyesuaikan dengan lokasi acara, rasa percaya diri datang dengan sendirinya. Menurutku, itu bahkan memengaruhi cara kita berinteraksi di dunia profesional.
Dari cerita ini, mungkin ada tiga poin yang bisa aku simpulkan:
Penampilan bukanlah segalanya dalam dunia pekerjaan, tapi penampilan bisa jadi penunjang biar lebih percaya diri dan merasa yakin dengan pekerjaan yang kamu lakukan.
Kamu nggak perlu mengeluarkan banyak uang untuk menata ulang penampilanmu. Menurutku dengan kita merasa nyaman berpakaian dan menjadi diri sendiri, itu sudah menjadi modal utama dalam menjalani pekerjaan.
Ada satu hal lagi yang juga nggak kalah penting dari penampilan yaitu pembawaan diri. Kalau kita bisa menampilkan diri dengan baik di hadapan banyak orang, nggak minder, dan bersikap percaya diri, maka otomatis penampilan kita juga akan terlihat layak di mata orang-orang.
ADVERTISEMENTS
Pernah di-bully di dunia kerja karena bertubuh besar
Kalau ditanya, pernah nggak sih mendapatkan kesulitan atau diskriminasi di dunia pekerjaan karena bertubuh besar? Jawabannya, pernah. Meskipun begitu, menurutku di dunia pekerjaan dengan ruang lingkup yang luas, hal-hal tersebut sudah harus bisa diantisipasi. Walau tak bisa dimungkiri, aku juga kaget waktu pertama kali mendapat perlakuan seperti itu.
Aku ingat saat itu sedang meliput sebuah acara fashion show dari desainer ternama. Semua rekan media termasuk fotografer sedang menunggu acara dimulai di ruang tunggu. Tiba-tiba, ada seorang fotografer dari media lain yang menghampiriku dan menanyakan hal yang membuatku cukup sakit hati waktu itu.
Verbal bullying/ Illustration by Hipwee
Aku tidak akrab dengan dia, tidak pernah mengusik dia sedikitpun, dan tidak merasa dekat juga. Akan tetapi, mengapa dia malah bercanda dengan menyinggung fisik? Jujur aku sempat kesal sekali tapi tidak bisa apa-apa selain diam karena di sana banyak orang. Aku menyesal, kenapa aku nggak speak up aja waktu itu.
Semenjak kejadian itu, aku seperti mendapat pecutan semangat. Aku nggak mau dikenal sebagai perempuan yang lelet dan nggak cekatan saat bekerja. Segala liputan dan acara aku datangi, dari situ pula aku mendapat banyak relasi dan teman baru, bahkan ada yang jadi teman akrab hingga saat ini. Mereka pun tidak mempermasalahkan penampilan dan bentuk tubuhku karena kalau sudah merasa dekat dan akrab, rasanya penampilan jadi urusan kesekian.
Secara tidak langsung, dengan mingle dan networking itu, aku merasa rasa percaya diriku mulai muncul dan terbentuk, terlepas dari bentuk badanku. Percaya deh SoHip, dunia profesional itu bukan dunia yang melulu ngomongin penampilan atau bentuk tubuh. Asal kamu bisa membawa diri dengan baik dan terlihat nyaman dengan dirimu maka orang-orang akan mendapatkan kesan baik pula tentangmu, terlepas dari bentuk tubuh, penampilan, atau gaya busana.
Berikut sedikit tips dari aku untuk meningkatkan rasa percaya diri di tempat kerja, terutama untuk kamu yang bertubuh besar.
Jadi diri sendiri. Kamu nggak perlu pura-pura jadi orang lain atau jadi pribadi yang berbeda 180 derajat dari dirimu hanya untuk dapat perhatian di tempat kerja. Big no no.
Belajar menerima kekurangan diri sendiri. Perlu diakui, setiap manusia memang nggak ada yang sempurna. Kita pun tahu bahwa diri kita tidak bisa sepenuhnya memenuhi ekspektasi atau harapan orang lain terhadap kita. Begitupun di dunia kerja, kita nggak bisa menuntut diri untuk jadi yang paling sempurna. Just let it flow.
Tidak merendahkan dan membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Aku selalu menanamkan pemikiran bahwa setiap orang itu unik dan punya kelebihannya masing-masing. Kalau kita terus membandingkan diri dengan orang lain, nggak akan ada habisnya. Yang ada, kita malah sibuk ‘ngikutin’ orang lain, bukan mengasah diri kita sendiri.
Semuanya kembali ke pola pikir. Menurutku pola pikir kita terhadap sesuatu sangat berpengaruh dengan apa yang kita lakukan. Misalnya, kalau kita mikir kita nggak akan diterima kerja karena bertubuh besar, secara nggak sadar kita sendiri bisa jadi sedang melakukan hal-hal yang membuat kita sulit mendapatkan pekerjaan. Sebaliknya, kalau kita punya pola pikir kuat dan positif bahwa kita bisa mendapat pekerjaan, hal-hal yang kita lakukan pun menuju ke arah yang positif dan peluang mendapatkan kerja terbuka lebar. Intinya, yakin!
ADVERTISEMENTS
Masih takut bekerja karena bertubuh plus size?
Kamu mungkin masih berpikir “Ah kasih tips aja mah gampang, ngelakuinnya susah tahu!”. He he, iya betul. Ngelakuin itu semua memang susah tapi kalau nggak dicoba kita nggak bakal tahu kemampuan kita sampai di mana.
Masih tetap nggak yakin bisa diterima kerja karena bertubuh plus size? Nggak apa-apa. Mungkin kamu bisa juga mencoba berbagai hal yang mendatangkan cuan, ya salah satunya dengan berbisnis kecil-kecilan. Ini juga yang aku lakukan tahun lalu, bisnis kecil-kecilan dengan menjual baju-baju berukuran besar.
Jadi, sejak pandemi tahun lalu aku merasa burnout dan stres banget dengan keadaan. Aku pikir, aku harus cari kesibukan lain di luar rutinitas sehari-hari yang bikin aku semangat dan happy. Aku langsung kepikiran ingin bisnis baju dengan ukuran besar.
Sebetulnya keinginan ini sudah ada dari beberapa tahun lalu, tapi aku sempat maju mundur melakukannya karena menurutku ini nggak bisa dilakukan sebagai sambilan. Akhirnya, aku mulai bergerak merencanakan semuanya dibantu ibu dan adikku, hingga akhirnya pada September 2020 lalu lahirlah Neolboseo.
Terinspirasi dari bahasa Korea yang artinya ‘lebar’, baju-baju yang aku buat memang memiliki potongan yang lebar, oversized dan moslem friendly. Rata-rata semuanya memiliki model lengan panjang, bergaya kasual, dan pilihan warna-warnanya cerah. Hal ini untuk menghapus stigma juga bahwa orang dengan plus size hanya boleh memakai pakaian warna hitam.
Mungkin dibandingkan beberapa brand baju lainnya, model baju-baju Neolboseo terlihat sangat biasa. Memang, aku bikin baju yang simpel dan mudah dipadu-padankan dengan outfit apapun. Selain itu, model yang sederhana juga mencerminkan gaya busanaku sehari-hari. Aku nggak terlalu suka baju yang ribet dan nyusahin diri. Bukan aku banget.
Senang rasanya melihat teman-teman memakai baju karyaku dan merasa lebih percaya diri. Walaupun sekarang aku sedang tidak aktif dan gencar menjalankan bisnis baju plus size ini, tapi aku senang karena aku bisa berkarya sekaligus membantu teman-teman yang merasa kesulitan untuk membeli baju ukuran besar yang benar-benar besar.
Happy!/ Illustration by Hipwee
Well, inti dari cerita ini adalah bahwa semua orang memiliki kemampuan dan kesempatan yang sama untuk berkarier, terlepas dari bagaimana caranya. Ada yang mungkin jalan kariernya bekerja kantoran menjadi seorang karyawan, ada juga yang punya jalan karier menjadi seorang pengusaha.
Satu yang perlu diingat, berkarier tidak ada hubungannya dengan bentuk tubuh. Jadi, kita sebaiknya berhenti meragukan diri sendiri dan fokus mengasah kemampuan kita agar jadi pribadi yang lebih baik lagi di berbagai aspek kehidupan. Memang kedengarannya sulit tapi coba lakukan aja dulu.
Apapun pilihannya, bekerja di perusahaan atau memiliki usaha sendiri, semuanya adalah pilihan yang baik. Semoga kamu dan kita semua mendapatkan kesempatan berkarier dan sukses selalu ya.