Selain menetapkan bahwa status darurat bencana nasional akibat virus corona atau wabah Covid-19 di Indonesia diperpanjang hingga 29 Mei 2020, pemerintah terus mengimbau kita untuk mempraktikkan social distancing alias #JagaJarakSejenak. Dalam konferensi pers di Istana Bogor 16 Maret 2020 lalu, sebagaimana dilansir dari laman Kompas, Presiden Joko Widodo kembali mengingatkan betapa pentingnya untuk kita sekarang bekerja, belajar, dan beribadah di rumah masing-masing.
Realitanya, hal tersebut tidak mudah untuk dilakukan. Apalagi jika pemerintah hanya mengimbau tanpa ketentuan maupun peraturan yang jelas.
Di satu sisi, banyak yang tampaknya memang tidak paham kalau kebijakan kerja dari rumah itu sama sekali bukan berarti liburan. Namun di sisi lain, memang banyak orang Indonesia yang kondisinya tidak memungkinkan untuk bekerja dari rumah. Selain banyak perusahaan yang tidak atau belum mengindahkan imbauan Presiden untuk menerapkan kerja dari rumah, pekerja sektor informal di Indonesia juga jumlahnya banyak banget. Alhasil, meskipun sudah berkali-kali diimbau akan bahaya persebaran Covid-19, masih banyak orang Indonesia yang tetap harus keluar rumah demi menyambung hidup. Terutama profesi-profesi di bawah ini, jelas nggak bisa WFH !!!
ADVERTISEMENTS
Mereka yang bekerja di bidang jasa, jelas sulit bekerja dari rumah. Apalagi kalau jasa yang ditawarkan seperti mitra ojek online. Mereka tetap harus turun ke jalan di masa-masa genting ini, demi pemasukan harian
Penyedia berbagai jasa yang basisnya bertemu langsung dengan pelanggan, mungkin cuma bisa gigit jari dengan imbauan pemerintah untuk bekerja dari rumah alias WFH. Imbauan itu sebenarnya sama saja dengan menyuruh mereka tidak bekerja pada hari maupun minggu ini, atau entah sampai kapan wabah ini berlangsung. Jadi sebenarnya bisa dipahami jika banyak pekerja di sektor jasa seperti ini, yang akhirnya memutuskan untuk tetap bekerja dalam kondisi apapun. Apalagi jika sifatnya imbauan, bukan aturan mengikat atau seharusnya jaminan kalau mereka tetap bisa hidup selayaknya jika memutuskan untuk berdiam diri di rumah selama pandemi ini berlangsung.
Beberapa perusahaan unicorn penaung mitra-mitra ojol, memang sudah mencanangkan berbagai rencana untuk melindungi mitranya di saat-saat genting seperti ini seperti pembagian masker gratis atau opsi delivery tanpa bersentuhan. Namun itu pun tampaknya tidak menjawab bagaimana mitra ojol yang jumlahnya diperkirakan mencapai 2-2,5 juta orang di negeri ini, akan tetap baik-baik saja tanpa bisa bekerja jika wajib ‘bekerja’ dari rumah. Sebuah kemungkinan yang harus benar-benar dipikirkan jika ingin social distancing di Indonesia lebih efektif.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Atau mereka yang bekerja di sektor produksi, seperti pekerja pabrik. Tanpa alat, mesin, atau assembly line di pabrik, pekerjaan mereka jelas mustahil dilakukan dari rumah
Pekerja pabrik pun tidak memiliki opsi work from home, kecuali produksi pabrik dihentikan atau dikurangi. Imbauan pemerintah itu nyatanya masih banyak tidak dilakukan oleh perusahaan sehingga jutaan buruh padat karya saat ini masih bekerja. Bahkan menurut Federasi Buruh Lintas Pabrik (FBLP) yang dilansir dari CNN, banyak dari mereka yang bekerja tanpa perlindungan standar seperti penyediaan hand sanitizer atau masker. Terlebih lagi mereka biasanya bekerja dalam ruangan tertutup dan berdekatan satu sama lain.
ADVERTISEMENTS
Pun mereka yang kerja di sektor informal seperti pedagang di pasar tradisional. Akan sangat sulit jika mereka harus tetap di rumah dan tidak berjualan mencari penghidupan
Social distancing atau bahkan lockdown memang akan sulit dilakukan secara efektif di negeri ini, terutama mengingat banyaknya pekerja di sektor informal yang harus pergi keluar untuk ‘menjemput’ uang. Ada driver ojol, ada juga pedagang-pedagang kecil yang menjajakan jualannya di pasar dan pinggir jalan. Bukannya WFH, mereka mungkin menyediakan layanan tambahan seperti jasa antar ke pelanggan untuk bertahan di era pandemi seperti ini. Seperti misalkan beberapa pedagang sayur keliling yang sudah memanfaatkan WA dan sistem pesan antar sayuran langsung ke rumah-rumah warga. Salut deh!
ADVERTISEMENTS
Belum lagi kebutuhan berita setiap harinya untuk memantau perkembangan bencana Covid-19. Di balik setiap berita yang kita lahap, ada jurnalis yang mempertaruhkan nyawanya di luar sana
Ketersediaan informasi sudah jelas jadi kebutuhan penting di saat-saat krisis seperti ini, makanya awak wartawan dan jurnalis justru makin sibuk mengejar berita. Apalagi reporter yang harus langsung melaporkan situasi, mereka jelas tidak bisa work from home. Paling ada sistem rolling atau bergantian shift dengan rekan lain, tapi tetap harus siaga. Semangat!
ADVERTISEMENTS
Terutama mereka yang ada di garda terdepan ‘pertarungan’, yakni para petugas medis. Kita yang bisa WFH harus tetap di rumah, demi dokter, perawat, dan petugas medis lainnya yang sedang berjuang di rumah sakit
Work from home jelas mustahil bagi para tenaga medis yang sedang berjuang melawan persebaran virus ini di garda terdepan. Mereka harus bekerja menghadapi risiko infeksi dan kelelahan tiap harinya, seringkali dengan alat pelindung diri (APD) yang sangat minim. Kalau kamu mau bantu menjamin ketersediaan APD dan perlindungan bagi tenaga-tenaga medis, bisa banget lo ikut donasi di link KitaBisa ini. Walaupun cuma sedikit, kita harus mampu bergotong royong bersama-sama mengalahkan virus ini, termasuk untuk melindungi tenaga medis kita. Masa mereka yang menolong, justru harus jadi korban?!
Makanya supaya kerja keras para tenaga medis ini tidak sia-sia, kita yang memang bisa bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah — harus melakukan hal itu supaya persebaran virus bisa diminimalisir. Jangan malah menganggap enteng kebijakan WFH ini dengan menggunakannya sebagai waktu liburan atau berkumpul bersama teman-teman ya Guys.