Disepelekan memang bukan hal yang nyaman. Mendapatkan perlakuan ini membuat kita merasa tidak di-treat dengan seharusnya. Sedang bicara serius, orang lain malah tertawa. Berusaha menjelaskan sesuatu yang sudah selogis-logisnya malah dibilang sedang bercanda.
Kalau begini terus gimana bisa gue yakinin orang? Mulai dari skripsi sampai presentasi di depan bos?
Untuk kamu yang merasa sering disepelekan, barangkali itu karena kamu memang terlihat kurang meyakinkan. Mungkin dari caramu berbicara, ataupun bahasa-bahasa tubuh yang sering kamu lakukan. Karena orang harus melihat potensimu yang hebat itu, lakukan kebiasaan-kebiasaan ini agar orang tertarik padamu di kesan pertama.
ADVERTISEMENTS
1. Sesuaikan penampilan dengan situasi yang kamu hadapi. Orang akan menganggapmu serius kalau tampil on point
Meskipun kita tahu bahwa isi sebuah buku tidak bisa ditentukan dari sampulnya, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa kesan pertama selalu muncul dari penampilan. Baru nanti jika ada kesempatan, obrolan terjadi, dan terciptalah kesan kedua, ketiga, dan seterusnya. Karena itu, meskipun bukan poin utama, tapi penampilan patut diperhatikan. Bukan berarti kamu harus menjadi orang yang up to date soal fashion dan trendy, melainkan kamu harus memerhatikan kesesuaian suasana dengan pakaian yang kamu kenakan. Menjaga penampilan bukan soal menjadi menawan atau tidak, melainkan mengetahui mana yang pantas dikenakan dalam sebuah acara dan mana yang tidak pantas.
ADVERTISEMENTS
2. Berbicara terlalu cepat akan membuatmu susah dimengerti, dan berbicara terlalu lambat akan membuatmu diabaikan. Cara intonasi yang pas!
Cara bicara adalah faktor penting lainnya untuk menentukan kesan seseorang. Kamu tentunya bingung menyimak ketika sedang ngobrol dengan orang yang bicara terlalu cepat. Kamu juga pasti bosan bila bicara dengan orang yang cara bicaranya terlalu lambat, dengan kalimat yang mbulet dan berputar-putar tidak jelas. Berbicara dengan runut, terstruktur itu wajib. Tambahannya, kamu harus membiasakan diri menggunakan intonasi yang terdengar bersemangat. Antusasime yang kamu miliki dapat dilihat dari nada bicaramu. Kalau kamu bicaranya malas-malasan, yang mendengar apa lagi?
ADVERTISEMENTS
3. Meski kontak mata itu perlu, jangan menatap terus-terusan. Setidaknya lakukan kontak mata 60% saja, sisanya kamu boleh lirik-lirik sekitar
Mata adalah jendela hati. Konon katanya bibir bisa berbohong, tapi mata akan membocorkan segalanya. Menjaga kontak mata dengan lawan bicara membuktikan banyak hal. Pertama, itu memperlihatkan bahwa kamu jujur, tidak mengada-ada, karena orang yang berbohong biasanya menghindari kontak mata. Kedua, kamu juga terlihat percaya diri dan yakin pada setiap yang kamu katakan. Namun kontak mata juga perlu diatur. Kalau kamu terus-terusan memandang lawan bicara selama pembicaraan, yang ada kamu justru dianggap agresif dan mencurigakan.
ADVERTISEMENTS
4. Kalau grogi jangan garuk-garuk kepala. Arahkan kecemasanmu ke gestur lainnya, biar nggak dipandang sebelah mata
Grogi adalah hal yang bisa terjadi pada siapapun. Terutama saat berada dalam momen-momen penting yang menentukan. Bicara dengan gebetan saja rasanya bisa gemetaran, apalagi saat sedang interviu pekerjaan? Namun grogi sebisa mungkin harus kamu sembunyikan agar orang bisa melihatmu sebagai orang yang percaya diri. Ketika grogi menderamu, jangan sampai kamu garuk-garuk kepala. Selain tidak sedap dipandang mata, itu juga bisa membuat orang memberi kesan yang buruk. Alihkan dengan gestur lainnya yang lebih aman, seperti senyuman, atau mengetukkan jari ke paha.
ADVERTISEMENTS
5. Janji bertemu jam 4? Datang jam 4, bukan jam 4 baru berangkat!
Selain bahasa tubuh dan sikap sehari-hari, attitude juga wajib kamu perhatikan. Agar setiap janji dan omonganmu tidak dipandang sebelah mata, kamu harus konsekuen atas segala yang kamu katakan. On time adalah salah satunya. Bila kamu punya janji bertemu dengan seseorang pukul 4 sore, kamu harus datang pukul 4. Bukan pukul 4 baru berangkat lalu mengarang berbagai alasan atas keterlambatanmu. Selain datang on time sesuai janji, konsekuen dengan apa yang kamu katakan wajib hukumnya. Jangan sampai kamu mengkritik atau mengkritisi sesuatu yang sebenarnya sering kamu lakukan juga.
ADVERTISEMENTS
6. Jangan menjadikan ‘ghibah’ sebagai hobi. Bukannya membuat orang lain percaya, kamu justru akan membuat mereka malas dan menyepelekan
Great minds discuss ideas. Average minds discuss events. Small minds discuss people -Eleanor Roosevelt-
Kebiasaanmu membicarakan kejelekan seseorang di belakang, apalagi kalau kejelekan itu hanya asumsi atau karanganmu sendiri, mau tidak mau akan membuat lawan bicaramu berpikir ulang sebelum menanggapimu dengan serius. Jangan-jangan, di belakangnya kamu juga melakukan hal yang sama tentangnya? Jangan-jangan kamu memang melakukan hal yang sama kepada semua orang? Karena itu, kurangi kebiasaan membicarakan orang lain, ataupun menyebarkan informasi yang belum terang kebenarannya.
7. Paparkan data dan argumen dengan jelas lalu akhiri dengan pertanyaan ‘Menurutmu gimana?’, agar nggak terkesan memaksa
Membuat orang percaya ataupun yakin padamu tentu tidak bisa dilakukan dengan kekerasan ataupun pemaksaan. Jika menempuh dua cara itu, orang bisa yakin, tapi itu karena terpaksa. Karena itu, kamu harus bisa memainkan aksi persuasi dengan strategi. Agar kamu terlihat meyakinkan, kamu harus mendukung kata-katamu dengan data ataupun argumen yang kuat. Sehingga orang bisa melihat sisi logis dari setiap kata dan tindakanmu.
Setelah menyuguhkan data dan argumen, ada baiknya kamu mengakhiri kata-katamu dengan pertanyaan sopan: menurutmu bagaimana?. Dengan begitu, kamu tidak terkesan memaksakan pendapat, sekaligus selalu welcome dengan setiap masukan. Selain lebih meyakinkan, kamu juga terlihat lebih sopan dan elegan.
8. Biasakan konsisten dalam bercerita. Gimana orang mau percaya kalau faktamu selalu beda?
Karena banyak hal yang harus kita pikirkan, akan dimaklumi bila kamu melupakan satu atau dua hal. Misalnya kamu bercerita pada temanmu tentang peristiwa A, padahal kemarin kamu sudah menceritakan peristiwa yang sama kepada orang yang sama. Bila temanmu baik hati, dia akan diam saja dan pura-pura belum pernah mendengar ceritanya. Namun kalau kamu mengulang cerita yang sama terus-terusan, lama-lama pasti mengganggu juga. Apalagi karena terbatasnya ingatan manusia, seringnya ada detail-detail yang berbeda dari cerita sebelumnya. Lama-lama dia jadi mempertanyakan apa iya cerita itu benar? Kalaupun benar, jangan-jangan ceritanya sudah kamu modifikasi sedemikian rupa. Gawat, bukan?
Beberapa kebiasaan yang kita lakukan sehari-hari tanpa sadar menentukan bagaimana orang menanggapimu selama ini. Bila kamu merasa selalu dianggap angin lalu, disepelekan, dan tidak dianggap pendapatnya, mungkin saja selama ini kamu memang kurang meyakinkan. Bukan karena kamu tidak mampu, namun kamu kurang cakap dalam menyampaikan pendapat ataupun idemu. Karena itu, pertama-tama lihat dulu pada dirimu sendiri. Bila memang ada yang harus diperbaiki, kamu masih punya waktu kok. Semangat yaa! :))