Pagi ini kau terbangun dengan kecemasan yang sama, yang sudah mengendap dalam kepalamu sejak berhari-hari sebelumnya. Kau takut bertemu tantangan baru hari ini, dan takut tantangan itu terlalu besar untuk kau hadapi. Kau takut rencana yang sudah kau bangun membentur tembok, gagal diujudkan jadi kenyataan. Kau sadar, tak setiap waktu dirimu mampu menaklukkan keadaan.
Mau begini sampai kapan?
Kau bertanya pelan-pelan, seolah takut terdengar Tuhan. Sampai kapan dirimu mampu bertahan di tengah arus kecemasan? Apakah kau belum berhak mendapat hasil yang lebih besar, setelah seluruh usaha yang dikerahkan? Apakah masa yang lebih nyaman untukmu bisa segera datang?
Tenanglah, jangan terburu-buru. Jangan larut dalam kekhawatiran atau takluk pada godaan untuk menggerutu. Apa yang tertunda bukan berarti tak akan pernah tiba selamanya. Lagipula, bukankah janji Tuhanmu selalu tepat pada waktunya?
ADVERTISEMENTS
Memang garis finish masih jauh di depan mata. Namun setidaknya, kamu sudah lebih berkembang dari dirimu yang sebelumnya
Karena garis finish masih jauh di depan mata, mungkin kau menganggap dirimu tak akan pernah bisa mencapainya. Tak pernah terbersit sedikitpun di kepala: keadaan yang sekarang inipun sebenarnya sudah lebih nyaman dari posisimu yang sebelumnya. Paling tidak, biarpun perjuangan belum selesai, dirimu sudah tak lagi dalam level “baru dimulai”.
Memang saat ini kau masih ada di perjalanan menuju masa depan yang lebih nyaman. Namun, ini bukan berarti kamu gagal.
Yang harus kau lakukan, mungkin, adalah justru lebih menikmati perjalanan. Bayangkan dirimu berada dalam suatu bus menuju garis finish, dan kamu bisa melongok ke luar jendela, memperhatikan pemandangan yang disajikannya. Perjalanan inilah yang akan membuatmu dewasa. Dan jika kau bersabar untuk duduk rapi di atas kursi, suatu saat kau pun akan mencapai finish yang telah dinanti-nanti.
ADVERTISEMENTS
Toh hidup bukan perkara siapa yang paling cepat. Namun soal melewati berbagai tantangan dengan selamat
Siapa yang bisa memungkiri bahwa pertanyaan-pertanyaan di bawah ini sering menghantui?
Kenapa aku masih saja tinggal di kota ini, sementara sudah banyak temanku yang melanjutkan studi sampai ke luar negeri? Kenapa undangan-undangan pernikahan terus berdatangan, sementara prospek hubungan pribadiku seperti membentur aspal?
Kenapa aku masih berada dalam tahap menunggu, sementara mereka yang bahkan lebih muda dariku sudah lebih dulu mendapatkan sesuatu?
Sesungguhnya pertanyaan-pertanyaan macam ini menuntut kita agar pandai bersiasat. Toh pada akhirnya, hidup adalah soal melewati tantangan dengan selamat. Bukan perkara siapa yang bisa mendapatkan sesuatu paling cepat.
Seperti yang sebelumnya telah kau dengarkan berkali-kali, hidup bukanlah kompetisi lari. Tidak ada medali yang akan kau dapatkan saat lebih dulu mencapai garis finish dibandingkan teman yang ada di sisi. Tak apa-apa jika kau membutuhkan lebih banyak waktu daripada teman-temanmu dalam melakukan sesuatu. Lebih banyak waktu untuk menemukan pasangan yang bisa mengisi hati. Lebih banyak waktu untuk menuntaskan tugas akhir atau skripsi. Karena ini bukan soal siapa yang paling cepat. Ini soal siapa yang mau bertahan dalam keadaan paling tak bersahabat.
Dan jika kau masih mampu bertahan sampai sekarang, percayalah: dirimu tidak gagal.
ADVERTISEMENTS
Tenanglah, tak perlu terburu-buru. Tuhan punya jam tangan-Nya sendiri — dan Ia selalu tepat waktu.
Hei,
Tak perlu cemas bahwa kau tak akan pernah mendekati garis akhir. Toh sebenarnya, kamu masih ada dalam sebuah perjalanan manis. Cobalah menikmatinya selagi bisa — tak ada deadline yang memaksamu mencetak pencapaian dalam jangka waktu secepat-cepatnya. Hidup ini terlalu indah untuk dijalani dengan terburu-buru. Tak ada yang mengharuskanmu bersilaju dengan waktu.
Jika dirimu bertanya mengapa Tuhan tak juga memberikan apa yang kamu minta, ingatlah bahwa ia punya jam tangan-Nya sendiri. Dan Ia selalu tepat waktu, asal dirimu teguh meyakini.
Akan Ia tunjukkan rencananya padamu, suatu hari nanti. Tinggal berjanjilah, perjalanan menuju garis akhir ini tak akan kau khianati.