Hai, bagaimana kabarmu hari ini?
Sepertinya setiap orang yang berpapasan denganmu merasa punya kewajiban untuk sekadar bertanya. Sekarang semua orang juga merasa punya kewajiban untuk memperhatikanmu, memenuhi kebutuhan remeh-temehmu seperti membelikan makan, menemani pergi, atau hanya sekadar menggengam erat tangan dan menepuk-nepuk bahumu dengan pelan.
Terlihat dari cara mereka menatapmu, mereka takut ada yang terjadi padamu. Seakan jika kamu lenyap sebentar dari pandangan mereka, kamu akan melakukan hal yang tidak-tidak. Jujur, belakangan kamu merasa begitu sunyi dalam perhatian yang melimpah, hanya karena satu kegagalan mencapai impian yang selama ini dicita-citakan.
Satu hal saja, Tuhan. Saat ini cuma itu yang kamu inginkan. Mengapa tak kunjung dikabulkan?
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Bukan karena cita-citamu itu terlalu tinggi. Mungkin kamu sedang dipersiapkan untuk sesuatu yang lebih besar lagi
Ingatkah kamu akan perjuangan yang kamu jalani setiap hari? Perjalanan yang kamu tempuh, pengorbanan yang kamu simpan, dan kesempatan-kesempatan lain juga sudah kamu relakan. Percayalah tidak ada yang terjadi tanpa dicatat oleh kekuatan besar di atas manusia, apa yang kamu lakukan tidak ada yang sia-sia.
Kamu percaya takdir, kan? Di dalam suratan takdir yang ditulis tangan-tangan Maha Bijaksana di atas sana, tidak ada satu pun nama kita yang luput atau terlupa. Setiap manusia diciptakan untuk menjalankan peran yang besar untuk kelangsungan hidup manusia lainnya.
Kadang kita dibiarkan tersesat sebelum menemukan jalan yang benar. Kadang kita juga diberikan rasa kerdil sebelum menjelma jadi sosok yang besar.
Jika hatimu masih terlalu pahit untuk percaya dengan takdir, baiklah, tak apa. Kamu cukup percaya pada dirimu sendiri dulu saja. Setidaknya pada cita-cita yang pernah kamu gantungkan 5 cm di depan mata itu, kamu ingat rasanya punya tujuan yang sebenar-benarnya.
ADVERTISEMENTS
Teman-teman seperjuangan mulai unjuk keberhasilan. Lalu kenapa? Toh tolak ukur pencapaian setiap orang tak pernah ada yang sama
Ciut rasanya. Melihat semua teman yang dulunya bersisian denganmu, sekarang mulai mengunggulimu di barisan depan sana. Sementara kamu masih di situ-situ saja, berkutat dengan persoalan-persoalan yang tidak ingin didengarkan kebanyakan orang. Soal keraguanmu, ketakutanmu, kelelahan dan iri hati pada mereka yang duluan pergi ke tempat yang kamu inginkan.
Jika kamu semakin terpuruk karena membanding-bandingkan, ingatlah ini, proses tidak mengkhianati hasil. Setiap orang yang kamu anggap berhasil pernah di posisi paling bawah juga. Selain itu, tidak hanya perjuangan setiap orang berbeda, tapi titik mulanya juga. Jangan pernah kamu menakar dirimu dengan standar orang lain.
Karena hidup adalah roda yang berputar, suatu saat nanti kamu pasti akan ada di atas juga. Ini hanya perkara sedia bahan bakar dan setia menjaga nyalanya saat redup mendera.
Kamu bukan orang lain. Kamu adalah dirimu sendiri dan itulah yang membuatmu berbeda. Baik, jika kamu pikir ini klise dan hanya untuk menghibur saja, kamu memang keras kepala. Jika kamu benar-benar ingin membuat perbandingan, bandingkanlah dirimu yang sekarang dengan dirimu lima tahun lalu. Masihkah kamu pikir tidak ada yang bertambah dalam hidupmu?
ADVERTISEMENTS
Berhenti menghukum diri sendiri. Kegagalan tidak mendefinisikan siapa dirimu. Ia hanya lecutan di antara dua pilihan: berhenti atau mulai lagi
Limbung pada keterpurukan memang tak terelakkan. Lihatlah dirimu, bersembunyi dari keramaian. Sibuk menyalahkan dirimu sendiri atas setiap jengkal kegagalan, pada setiap langkah yang mestinya bisa lebih baik lagi tapi belum sempat kamu lakukan.
Dalam setiap hela napas itu, kamu mungkin merasa tidak patut dilihat, tidak pantas dicintai, bahkan tidak perlu ada di dunia ini. Tapi bukan begitu caranya menghadapi kehidupan!
Hidup adalah sebuah pilihan yang berkelanjutan. Pada setiap jengkal waktu yang bergulir, kamu dihadapkan pada keputusan. Sesederhana memilih antara teh atau kopi di pagi hari, atau serumit memilih ingin berkarir atau sekolah lagi. Terkadang keputusan juga membuatmu memilih antara mengikuti kata orang atau bertahan pada kata hati. Apapun yang kamu pilih, tak jadi masalah.
Yang terpenting adalah diri yang tidak ingkar pada konsekuensi dan kemungkinan-kemungkinan, baik dan buruk yang akan kamu lewati.
Dan jika kamu sedang berhenti, segera ingat untuk mulai lagi.
ADVERTISEMENTS
Dengan mengakui kegagalan, kamu sedang menyambut ketidakterbatasan pikiran dan menyapa lebih banyak kemungkinan
Setidaknya kamu sudah mengarungi perjalanan ini berkali-kali. Tentu jadi semakin mudah, bahkan untuk menjalaninya sekali lagi. Berdamailah dengan kenyataan dulu, hei kamu yang sudah lelah terpuruk di sudut situ. Hanya dengan cara ini kamu bisa menerima bahwa satu-satunya kegagalanmu adalah ketika tidak menerima dirimu apa adanya.
Pikiranmu adalah satu-satunya yang belenggu yang perlu kamu taklukkan. Jika kegagalan kali ini tak mampu kamu maknai, lantas apa yang akan menjaminmu mampu menghadapi kegagalan dalam fase yang lebih dewasa lagi nantinya? Hidup bukan hanya soal pencapaian dan pembuktian, tapi juga sebuah proses panjang bernama pembelajaran.
Pada akhirnya, kamu akan mampu merelakan apa yang awalnya kamu pikir tak mampu kamu maafkan.
ADVERTISEMENTS
Sesekali, berbaik sangkalah kepada Tuhan. Bukannya terlantar, mimpi-mimpimu justru sedang disempurnakan lewat fase kegagalan
Ketika semua usaha sudah kamu kejar sampai titik paling maksimal, berpasrahlah. Karena sekarang yang bekerja adalah kekuatan tak kasatmata yang ada di sekitarmu. Kekuatan yang hanya bisa kamu rasakan dengan hati yang tenang dan lapang.
Dan dengan segala upaya, jatuh dan bangunmu, Tuhan sedang tersenyum karena Dia mencintaimu.
Mungkin sisi terbaik dari setiap kegagalan adalah kekuatan yang tidak kamu sadari telah menopangmu dari luar dan dalam. Dengan berbaiksangka kepada-Nya, kamu sedang berbaiksangka terhadap segala usaha yang sudah kamu kerahkan. Apapun hasilnya, itu adalah milikmu. Sambut dan peluk dengan sukacita. Semoga esok hari, mimpi-mimpimu semakin bersemi.