“Sayang, aku pakai baju ini ya?
Tanpa sadar, kita sering minta izin dan approval dari orang lain yang sebenarnya merupakan otoritas kita sendiri. Di satu sisi, kamu approval orang lain membuatmu merasa lebih aman. Sesederhana mau pakai baju apa hari ini, kamu merasa perlu “diizinkan” oleh orang lain. Tanpa itu, kamu akan merasa salah dan berpikir bahwa orang lain akan menggunjingkanmu di belakang.
Hal ini juga berkaitan erat dengan kebiasaan untuk ngoyo menyenangkan orang. Tanpa sadar kamu meletakkan orang lain sebagai standar, padahal setiap orang tak bisa dipukul rata. Pun, setiap orang berhak menentukan banyak aspek dari hidupnya sendiri. Jadi mulai hari ini, berhenti minta izin ataupun minta persetujuan orang lain dulu untuk hal-hal ini ya.
ADVERTISEMENTS
1. Style sehari-hari adalah pilihanmu sendiri. Mencari afirmasi orang hanya akan membuatmu kehilangan jati diri
“Duh, jelek say. Coba deh kamu pakai rok sama blus, biar kelihatan lebih girly gitu. Kan cantik.”
Perkara style sehari-hari ini pasti bukan hal yang asing lagi. Kamu akan merasa lebih tenang kalau orang lain merespons ‘bagus kok’. Terkadang kamu merasa perlu mengubah style supaya dibilang bagus. Padahal, belum tentu style itu membuatmu nyaman. Setiap orang punya style sendiri-sendiri kok. Tak perlu mengikuti style lain hanya sekadar untuk mendapat afirmasi tapi malah membuatmu nggak nyaman sendiri.
ADVERTISEMENTS
2. Resign dari pekerjaan yang tak membuatmu nyaman. Mengapa menunggu approval orang jika kamu yang mengalami itu semua?
“Bu, aku resign aja ya dari kantor?”
Bisa dimengerti bahwa terkadang kamu perlu diyakinkan saat hendak mengambil keputusan besar seperti resign dari pekerjaan. Memang hal seperti ini harus dipertimbangkan sebaik-baiknya agar tak menyesal. Namun, perlu diingat bahwa kamulah yang menjalani pekerjaan itu setiap hari. Kamu yang stres dan tertekan bila pekerjaan itu memang tak membuatmu nyaman. Jadi, jangan bertahan jika hanya karena orang lain berkata “jangan”.
ADVERTISEMENTS
3. Dirimu juga berhak untuk khawatir, kecewa, sedih, dan marah. Tak perlu minta izin orang lain untuk merasakan emosi-emosi manusia normal
“Aku salah nggak sih kalau merasa kecewa karena dia sering banget ingkar janji?”
Sehari-hari, kamu sangat memerhatikan perasaan orang lain. Kamu nggak mau membuat mereka sedih, marah, apalagi kecewa. Tapi, sadar nggak kamu sering mengabaikan perasaanmu sendiri? Kamu merasa nggak berhak merasa marah, sedih, dan kecewa. Mungkin karena kamu nggak mau dianggap terlalu baper? Berhenti minta izin untuk marah, sedih, dan kecewa. Ingat, kamu manusia. Perasaanmu pun wajib dihargai dengan sepantasnya.
ADVERTISEMENTS
4. Bilang tidak saat kamu memang tidak ingin melakukan sesuatu. Kamu tak perlu izin orang lain untuk itu
“Boleh nggak sih kalau aku nggak ikut meet up weekend ini? Aku capek banget.”
Bagimu menolak ajakan dari orang lain itu lebih sulit daripada mengerjakan soal matematika. Kamu merasa nggak enak, dan takut membuatnya kecewa. Mungkin juga kamu takut dianggap sombong dan anti sosial. Padahal kamu hanya tak berminat untuk melakukan hal itu. Jika kamu masih seperti ini, please berhenti. Kamu juga nggak perlu minta izin untuk menolak sesuatu. Kalau memang nggak mau, itu hak kamu kok.
ADVERTISEMENTS
5. Mengejar mimpimu yang tak sesuai dengan ekspektasi orang-orang. Soal hidup, kamu sendiri yang harus tentukan
“Kayaknya aku nggak bisa lagi kerja di sini terus. Aku pengen fokus sama usahaku sendiri. Menurutmu gimana?”
Hidup dalam ekspektasi orang itu memang melelahkan. Kamu diharapkan begini dan begitu, lalu diberi tatapan kecewa saat apa yang kamu lakukan tak seperti yang mereka bayangkan. Tak perlu minta izin untuk keluar dari ekspektasi itu, dan mulai mengejar mimpimu sendiri. Hidup cuma satu kali, masa iya kamu memilih menjalaninya di luar yang kamu ingini?
ADVERTISEMENTS
6. Bilang kalau kamu nggak setuju atas sesuatu. Ingat, setiap orang berhak didengar pendapatnya
“Sori nih yaa…soriiii banget, tapi aku nggak setuju sama pendapat kamu. Sori sori…bukannya apa-apa, pokoknya sori deh…”
Mirip dengan sulitnya menolak ajakan seseorang, mengungkapkan ketidaksetujuan juga menjadi dilema bagi sebagian orang. Seolah kamu takut ketidaksetujuan itu disamakan dengan kebencian. Padahal, namanya juga dua kepala. Masing-masing punya pertimbangan sendiri, dan wajar kan kalau berbeda? Kamu tak perlu minta izin untuk mengungkapkan ketidaksetujuan. Karena pendapatmu selalu layak untuk didengarkan.
7. Menjalani hidup seperti yang kamu mau. Karena orang yang paling berhak atas dirimu adalah kamu sendiri
“Salah ya kalau aku nggak mau nikah dulu sebelum lulus S2? Kenapa orang-orang bilang aku salah ambil keputusan?”
Ada yang sudah siap menikah saat berusia 20 tahun. Ada yang ingin mengejar impian terlebih dahulu sebelum fokus mengurus rumah tangga. Ada pula yang memilih untuk menjalani keduanya secara bersama-sama. Pernikahan hanya salah satu contoh pilihan hidup, masih banyak hal-hal lainnya. Seperti apa kamu ingin menjalani hidupmu, tak perlu meminta izin apalagi approval orang lain dulu. Kamulah yang paling berhak menentukan hidupmu sendiri.
Mengucapkan “maaf”, “terima kasih”, dan permintaan izin atas sesuatu adalah hal yang perlu ditempatkan dengan semestinya. Kita perlu tahu kapan harus mengucapkan ketiga hal tersebut, dan kapan untuk tidak mengucapkan hal-hal tersebut. Meski sederhana, itu adalah cara paling mudah untuk mulai menghargai dan mencintai dirimu sendiri. Mulai hari ini, berhenti minta izin orang lain atas hal-hal tadi ya.