“Jadi orang pemalu amat sih? Ngomong dooong, nanti dikira sombong…”
Kamu sering dihinggapi komentar ini. Padahal, menjadi pemalu memang sudah sifatmu. Seiring berjalannya waktu, kamu sadar bahwa walau dikaruniai pita suara, bukan berarti kamu harus selalu banyak bicara. Terkadang ini membuat orang lain menuduhmu kurang jiwa sosial. Padahal sebenarnya, memiliki sifat pemalu itu wajar. Kamu yang cenderung pemalu akan selalu berpikir dulu sebelum bertindak. Kamu paling tak ingin ada korban karena dirimu bertindak sembarangan.
ADVERTISEMENTS
Berkat sifatmu, kamu lebih berhati-hati dalam mengungkapkan isi kepala. Tak perlu ada yang marah atau sakit hati mendengarmu asal bicara
Jika kamu adalah seorang yang pemalu, tak perlu berkecil hati dan termakan omongan bahwa mereka yang pendiam dan pemalu adalah golongan yang merugi. Omongan ini sudah terpatok bahwa orang sukses adalah yang ramah berbicara dan bergaul dengan sekelilingnya. Padahal, kamu yang pemalu bukan berarti tak cakap bersosialisasi. Kamu hanya butuh waktu yang sedikit lebih lama dari orang kebanyakan untuk merangkai kata-kata.
Justru jati dirimu ini membuat kamu menjadi orang yang lebih hati-hati. Dalam berbicara, kamu tak ingin membuat orang lain marah atau sakit hati. Saat bersosialisasi denganmu, kamu ingin mereka merasa dihargai. Tampil sebagai sosok yang boleh jadi tak banyak berkata-kata, namun tetap menyenangkan.
Sebagai seorang yang pemalu, kamu punya keuntungan karena bisa hati-hati dalam menyampaikan apa yang ada dalam pikiran. Manfaatkan ini dengan baik dan jangan disia-siakan, ya.
ADVERTISEMENTS
Manusia yang bisa bicara, bukan main banyaknya. Tapi dirimu tak hanya bisa angkat suara, telingamu pun mampu menyimak sebaik-baiknya apa yang orang lain kata
Karena terlatih untuk berpikir dahulu sebelum melakukan atau mengatakan sesuatu, kamu terbiasa benar-benar mendengarkan lawan bicara. Ketika mengutarakan perkataannya kembali, kamu bisa menunjukkan bahwa kamu benar-benar memahaminya. Tentu ini akan sulit dilakukan mereka yang suka berkomentar dan memotong pembicaraan orang lain.
Mengapa bisa begitu? Kuncinya ada pada perbedaan cara kerja otak. Kamu yang pemalu cenderung tak punya keinginan untuk banyak bicara dan itu membuat otak tidak memikirkan kata-kata yang akan keluar dari mulut, sehingga kapasitas otak untuk mendengarkan akan lebih besar. Itulah sebabnya mengapa kamu akan lebih memahami informasi yang diutarakan padamu lebih dalam dan jelas.
Sedangkan kebanyakan orang yang suka berkomentar dan berbicara akan memiliki otak yang lebih “penuh”. Karena harus memikirkan kata-kata yang akan dikeluarkan mulut, belum lagi menelaah apakah yang akan diucapkan itu masuk akal, kemampuan mereka untuk mendengarkan otomatis akan berkurang.
ADVERTISEMENTS
Di balik tampak luarmu yang penurut dan “manut”, jiwa kepemimpinanmu justru terasah tajam. “Menusuk” mereka yang kerap menggodamu tak pandai berbaur di keramaian
Di dalam sifat pemalu itu, kamu punya jiwa kepemimpinan yang bagus walaupun sering tak tampak. Bagaimana bisa? Pertama, kamu punya kemampuan untuk memanfaatkan waktu untuk memikirkan tindakan secara rasional dan hati-hati, walau terkadang kamu juga seseorang yang gemar mengambil risiko. Dengan ini kamu akan bermain dengan kalkulasi manfaat dan kerugian atas tindakan yang akan kamu ambil. Sikap kehati-hatian ini yang menjadikan kamu seorang pemimpin yang patut dijadikan panutan.
Kedua, sifatmu yang senang mengamati pola sosial yang terjadi disekitar menjadikan kamu orang yang dapat menerima informasi dari segala perspektif untuk dijadikan pertimbangan sebuah tindakan. Kamu juga akan menjadi pemimpin yang tidak egois, karena kamu akan mempertimbangkan perspektif-perspektif yang kamu tau betul itu akan mempengaruhi keputusanmu mengambil tindakan. Inilah yang akan menjadikanmu pemimpin yang cermat dalam bertindak.
Jadi jangan malu menjadi diri sendiri. Menjadi pemalu bukan sebuah dosa, tapi itu adalah pilihan yang seharusnya dihormati oleh setiap orang. Kamu bukannya tak pandai bersosialisasi. Kamu hanya hebat dengan caramu sendiri.