“Hai, gimana kabar kalian hari ini?”
Pertanyaan yang pada tahun 2020, mungkin secara serempak dijawab dengan nada lirih dan depresif karena apa yang sedang terjadi di dunia ini. Hanya dalam hitungan beberapa bulan, kehidupan kita seakan-akan dijungkirbalikkan oleh virus corona. Apa yang sebelumnya kita sebut sebagai rutinitas: jabat tangan, nongkrong bareng teman, pergi ke sekolah, berangkat kerja, atau berlibur, kini dibatasi atau bahkan dilarang sampai waktu yang belum bisa ditentukan. Semua orang diminta untuk rajin cuci tangan, #jagajarak aman dari satu sama lain, dan sebisa mungkin tetap #dirumahaja, demi memutus rantai penularan virus berbahaya yang sudah terlanjur menyebar.
Di tengah ketidakpastian kapan semua ini akan berakhir, wajar banget sih kalau akhir-akhir ini kamu sering tenggelam dalam kepanikan dan kekhawatiran yang tampaknya tidak berujung. Maka dari itu, bertepatan dengan hari ulang tahun Hipwee ke-6 yang jatuh pada tanggal 17 April ini, kami ingin mengirim sebuah surat cinta pada kalian semua. Sekadar ingin bertukar sapa dan memberi #pelukjauh lewat tulisan di tengah masa-masa sulit seperti sekarang. Percayalah, Hipwee akan terus menemani langkahmu meski kini dunia sedang jungkir balik tidak keruan.
Sebuah virus yang tak kasat mata akhirnya membuka tabir akan betapa rentannya kehidupan manusia yang selama ini kita jalani. Berbagai kenyamanan modern yang kita nikmati juga ternyata ada harganya. Semakin cepat dan mudahnya kita bepergian melintasi batas negara atau wilayah, ironisnya sekaligus jadi faktor utama meningkatnya penyebaran virus dan penyakit menular seperti Covid-19. Belum lagi perihal persebaran informasi yang makin tak terbatas dan bisa diakses di mana saja, justru berisiko menimbulkan kebingungan, misinformasi, dan bahkan bisa jadi pemicu depresi, terutama di masa-masa genting seperti sekarang.
Karenanya, sejak beberapa tahun lalu, banyak pakar dan ahli sebenarnya banyak yang menyuarakan kekhawatiran akan betapa tidak siapnya masyarakat dunia jika pandemi berskala global terjadi. Video lama Bill Gates 5 tahun lalu berjudul ‘The Next Outbreak? We’re Not Ready‘ pun kembali viral dan jadi sensasi, karena dia seakan-akan bisa memprediksi apa yang terjadi saat ini. Alhasil, salah satu teori konspirasi yang cukup populer adalah Billl Gates adalah dalang di balik pandemi ini. Padahal dari dulu di kalangan ilmuwan sudah jadi kesepakatan umum bahwa ‘outbreak‘ atau serangan virus seperti virus corona, adalah ancaman nyata yang pasti akan terjadi suatu saat nanti. Dan ‘suatu saat nanti’ itu ternyata sekarang, ini pun diyakini tidak akan jadi yang terakhir.
“Jadi wajar saja merasa takut, tidak apa-apa. Banyak yang belum kita tahu tentang virus yang baru berumur beberapa bulan ini. Apalagi ketakutan terbesar itu biasanya berakar dari ketidaktahuan. Kita perlu menerima, beradaptasi, dan memahami realita baru yang kita masuki saat ini. Alih-alih panik atau justru mencoba bersikap tak acuh, ketenangan mungkin lebih cepat datang jika kita mencoba memahami situasi ini dengan benar”
Sama sekali bukan bermaksud menakut-nakuti atau mengompori teori konspirasi lo, tapi penting untuk mengerti bagaimana atau mengapa kita semua bisa sampai di titik ini. Pandemi dalam skala sebesar ini terakhir kali terjadi sekitar 100 tahun lalu, pandemi yang kemudian populer disebut ‘Flu Spanyol’ pada tahun 1918. Mungkin kebanyakan orang terlena atau disibukkan dengan ancaman-ancaman lain seperti perang dunia atau senjata nuklir, sampai pandemi kali ini menyadarkan kita semua bahwa ancaman penyakit menular itu masih sangat nyata dan sangat berbahaya.
Virus berbahaya juga sebenarnya bisa berasal dari mana saja. Bukan hanya dari pasar hewan liar di Wuhan, China, tapi juga tempat seperti peternakan ayam yang tersebar di mana-mana. Tiap tahunnya tercatat selalu terjadi wabah flu burung yang terus berulang di berbagai peternakan ayam di seluruh dunia, walaupun skalanya kecil. Tapi tidak ada yang bisa menjamin, wabah itu tidak akan menyebar dan bermutasi jadi berbahaya bagi manusia. Intinya, risiko mutasi virus berbahaya dari hewan ke manusia memang makin besar karena habitat asli hewan terus tergeser peradaban manusia. Maka dari itu, penting untuk juga memahami bahwa ini bukan cuma masalah satu negara, satu kelompok, atau satu orang saja. Sebagaimana semua orang tanpa terkecuali akan atau sudah terkena dampaknya, semua orang pun pada dasarnya bertanggungjawab jadi penyebabnya.
Tidak ada gunanya juga menyalahkan atau bersikap rasis terhadap sebuah negara. Dulu penyebutan ‘Flu Spanyol’ pun muncul bukan karena flu itu berasal dari Spanyol, tapi karena pertama kali diberitakan di media Spanyol. Makanya secara resmi, pandemi ini pun disebut Covid-19 berdasarkan tahun 2019 bukan tempat atau origin. Pandemi harus diselesaikan dengan solusi dan toleransi dalam skala global. Jika semakin banyak orang terpecah dan mementingkan kepentingannya masing-masing, akhir dari pandemi ini juga akan semakin sulit dan lama datangnya.
“Setiap orang memiliki perannya masing-masing dalam menghentikan pandemi ini. Kita semua harus bertanggung jawab menjalankan peran tersebut dengan baik demi kebaikan bersama”
Di masa-masa seperti inilah terungkap bagaimana kehidupan kita sangat tergantung dengan satu sama lain. Seperti bagaimana jerih payah dan pengorbanan tenaga medis di garis terdepan akan sia-sia, jika masyarakat terus mengabaikan imbauan untuk mencuci tangan, menjaga jarak, dan sebisa mungkin terus di rumah saja. Tetapi imbauan penting untuk tetap di rumah saja juga tidak akan bisa terlaksana, jika pemerintah tidak siap menjamin penghidupan yang layak bagi semua warga. Akan sangat egois jika hanya mengharapkan dokter dan perawat mati-matian mengurus pasien tanpa perilaku bertanggung jawab dari masyarakat luas, seperti juga egois sekali jika pemerintah mengharapkan masyarakat bisa di rumah saja tanpa sistem bantuan yang jelas. Begitu pula di level internasional, negara-negara maju jelas harus siap membantu negara yang lebih rentan supaya krisis ini benar-benar bisa berakhir. Tidak ada gunanya satu atau dua negara saja yang ‘bersih’, seluruh dunia harus bersih dari virus ini jika ingin situasi aman atau kembali normal.
Boleh saja semua orang menggantungkan harapan dengan penemuan vaksin, tetapi lebih penting lagi jika kita paham dan menjalankan peran masing-masing untuk memutus mata rantai penularan. Yang bisa di rumah, please stay #dirumahaja. Yang memang harus bekerja di luar rumah, pastikan terus mempraktikkan physical distancing dengan sebaik-baiknya. Para ilmuwan berjibaku mencari vaksin, para tenaga medis berusaha menyelamatkan nyawa, pemerintah harus bertanggung jawab atas kesejahteraan warganya, dan semua orang harus memastikan tangan, hidung, mulut, dan matanya selalu bersih. Walaupun virus ini sangat mengerikan, jika semua orang saling bekerjasama, bertoleransi, dan melengkapi satu sama lain, pandemi ini pasti akan segera berakhir.