Menikah adalah hal yang luar biasa, apalagi ketika kamu sudah menjalaninya. Ya, menikah seolah hidup yang kamu jalan sudah lengkap adanya. Kamu mungkin merasa yang paling beruntung. Sudah menikah, sementara teman-temanmu masih banyak yang sendiri. Kamu pun sering bertanya mereka yang masih sendiri dengan pertanyaan “Kamu kapan nyusul aku?”.
Terdengar remeh dan menurutmu hanya sekadar bercanda. Namun ada baiknya kamu mulai berhenti untuk menggoda temanmu dengan pertanyaan itu. 6 hal ini akan menyadarkan kamu, bahwa sekalipun kamu sudah menikah, kamu tidak berhak menanyakan “Kapan nyusul?” ke temanmu. Yuk, lebih bijak lagi.
ADVERTISEMENTS
1. Buatmu itu memang sekadar godaan. Tapi jika temanmu seseorang yang sensitif, itu bisa jadi melukai hatinya
Terkadang, kita tanpa sadar melukai seseorang dengan hal yang sebenarnya bertujuan untuk sekadar bercanda. Begitu juga dengan pertanyaanmu yang seringkali kamu tujukan untuk temanmu, baik yang masih jomblo atau yang sudah punya pacar tapi nggak tahu kapan nikahnya. Yakni pertanyaan “Kamu kapan nyusul aku? Buruan deh, nunggu apalagi?”.
Untukmu dan sebagian orang, itu mungkin terdengar biasa saja. Namun bagaimana dengan mereka yang perasa, dan mungkin pertanyaanmu itu bukannya terdengar menghibur, tapi malah melukai?
Kamu memang mengenalnya cukup lama, kalian sering menghabiskan waktu bersama, tapi itupun bukan jaminan bahwa kamu sudah mengenal temanmu dengan baik. Apa yang kamu lihat tentangnya tak selalu seperti apa yang ada dalam dirinya. Bisa jadi dia memiliki pengalaman kisah cinta yang menyakitkan, diputuskan begitu saja, atau malah sebuah pernikahan yang gagal ia pernah alami.
ADVERTISEMENTS
2. Daripada nanya “Kapan nyusul?”, mending kamu bilang “Semoga lekas bertemu jodoh,” ke temanmu
Mungkin kamu sering lupa bahwa tingkat humor seseorang itu berbeda-beda. Terdengar lucu di telingamu, namun menyakitkan untuk orang lain. Itulah mengapa kamu perlu berhenti bertanya “Kapan nyusul?” ke temanmu yang belum juga menikah.
Selain bisa menyakiti hati temanmu, pertanyaan itu berkesan membuatmu terlalu ikut campur urusan mereka. Daripada mempertanyakan hal itu padahal mungkin saja dia belum memiliki pasangan, atau modal untuk menikah, malah lebih baik kalau kamu mendoakan mereka untuk segera bertemu dengan jodohnya. Ini juga tanda, kalau kamu adalah teman yang baik dan selalu mendoakan yang terbaik untuknya.
ADVERTISEMENTS
3. Kamu tidak pernah tahu tentang beban hidup temanmu. Kamu juga pasti paham kalau menikah tidaklah mudah
Hidup masing-masing orang itu berbeda, dan kamu juga tahu itu. Kemampuan seseorang untuk kemudian berani ambil langkah untuk menikah juga berbeda dengan kesiapanmu kemarin sebelum memutuskan untuk menerima pinangan kekasihmu.
Banyak faktor yang masih membuatnya merasa perlu pikir panjang soal pernikahan. Di luar, kamu memang memandangnya sebagai seseorang yang menyenangkan, tak pernah kesulitan untuk bergaul dan mapan dalam urusan materi. Hal itu pasti membuatmu tergoda untuk menanyakan, mengapa ia tak kunjung menikah sepertimu.
Ia tentu juga ingin menikah sepertimu, tapi mungkin pasangannya tak kunjung melamar atau terganjal restu orangtua. Tak banyak yang tahu beban temanmu untuk memperjuangkan sebuah pernikahan sepertimu. Kamu yang lebih dahulu melangkah, pasti paham benar bahwa mempersiapkan sebuah pernikahan itu tak semudah membalikkan telapak tangan.
ADVERTISEMENTS
4. Life goal antara kamu dan temanmu mungkin berbeda. Ada banyak hal yang membuatnya lebih memilih sendiri dulu
Masing-masing orang jelas memiliki tujuan hidup yang berbeda. Kalau kamu sangat ingin menikah di usia muda, mungkin berbeda dengan temanmu yang ingin lebih dulu menggapai cita-citanya sejak ia masih kecil, atau ingin membahagiakan orangtuanya terlebih dahulu.
Itulah mengapa kamu tak perlu lagi menanyakan kapan ia segera melepaskan masa lajangnya seperti kamu. Karena terus mencecarnya dengan pertanyaan seperti itu berarti kamu tak bisa menghargainya dengan baik. Kamu juga akan gerah jika ada seseorang yang mencecarmu dengan pertanyaan “Kapan punya momongan ‘kan?”. Karena keduanya jelas takdir Tuhan, yang manusia kadang tak bisa memprediksinya.
ADVERTISEMENTS
5. Toh kamu seharusnya paham, bahwa menikah bukan satu-satunya takaran kebahagiaan
Untuk sebagian orang, menikah memang terdengar terasa indah. Hidup lengkap dan tak lagi sendirian. Memang lebih menyenangkan memiliki pasanganan halal dengan segera, namun bukan berarti mereka yang belum menikah atau malah masih jomblo tidak sebahagia kamu.
Menikah bukanlah sebuah ukuran kebahagiaan yang hakiki, karena kebahagiaan menurut tiap orang pun berbeda. Tak perlu lagi menanyakan kapan ia akan menyusulmu menikah, karena bisa saja dia sudah merasa bahagia dengan keadaannya yang sekarang. Bila kamu merasa kebahagiaanmu memang patutnya dibagikan, bagikanlah cerita tentang bagaimana indahnya berumah tangga, bukan memburu temanmu dengan pertanyaan kapan menyusul.
ADVERTISEMENTS
6. Karena sejatinya, menikah itu bukan siapa cepat dia yang dapat. Menikah juga perihal kesiapan lahir dan batin
Jika menurutmu menikah adalah hal yang mudah, bersyukurlah bahwa Tuhan telah mempermudah langkahmu. Kamu menemukan seseorang yang juga telah sama siapnya seperti kamu dan juga materi yang berkecukupan. Namun, kemudahan itu tak selalu dimiliki oleh orang lain, seperti temanmu misalnya.
Ia mungkin memiliki pekerjaan yang baik, dengan orangtua yang juga menginginkannya segera untuk menikah, namun dia belum menemukan takdirnya. Atau malah dia sudah memiliki kemudahan yang sama sepertimu, namun hati dan pikirannya belum juga siap. Dia yang paling tahu kapan akan siap memasuki gerbang pernikahan. Kamu sebagai temannya hanya berhak untuk mendukungnya, tanpa harus memburunya dengan pertanyaan yang sebenarnya tak penting itu.
Mulai sekarang belajarlah menjadi bijak. Ada hal-hal dalam hidup orang lain yang tak harus selalu kamu tahu. Toh kalau diperlakukan sama, kamu juga akan merasa tersinggung ‘kan?