Menjadi karyawan muda tentulah ada senang dan nggak-nya. Senang karena akhirnya kamu bisa merasakan atmosfir dunia kerja, pakai seragam, dan beradaptasi dengan kawan-kawan baru. Tapi di sisi lain, kamu udah nggak bisa lagi leha-leha kayak anak kuliah yang selow tanpa beban.
Setelah menapaki pekerjaan pertama kamu merasa bahwa ini saatnya kamu benar-benar tumbuh dewasa. Yup, termasuk dewasa dalam hal menyikapi permasalahan yang kamu temui di lingkungan kerja. Satu hal yang
ADVERTISEMENTS
1. Sebagai fresh graduate, kamu sadar betul bahwa mencari kerja tak semudah kelihatannya. Karenanya pantang bagimu pilih-pilih kerjaan
Akhirnya kamu menanggalkan status mahasiswamu. Saatnya kamu menyimpan toga dan berburu pekerjaan. Dari mulai menyebar lamaran hingga berjibaku menghadiri bursa kerja, semua kamu usahakan demi tidak lagi menjadi pengangguran. Dari pekerjaan yang sesuai jurusan, hingga pekerjaan yang nggak nyambung dengan latar belakang pendidikanmu, kamu lamar saja. Yang penting dapat kerja. Karena mencari kerja nggak beda jauh sukarnya dengan mencari jodoh.
ADVERTISEMENTS
2. Hingga akhirnya kamu berlabuh pada perusahaanmu sekarang. Senang rasanya ketika kamu resmi menjadi karyawan. Yeaay kerja!
Setelah berjibaku dengan serangkaian psikotes dan interview, akhirnya kamu berhasil berjodoh dengan perusahaanmu saat ini. Mungkin bukan perusahaan idamanmu, tapi reputasinya cukup baik dan berprospek cerah ke depannya. Hari pertama kerja menjadi hari yang paling kamu tunggu. Bagaimana tidak? Setelah berhasil mengalahkan ribuan pelamar lainnya, kamu pun resmi menjadi karyawan.
Aku kerjaaaaa!
ADVERTISEMENTS
3. Lingkungan baru, teman baru, dan setumpuk agenda membuatmu excited. Bye teori, sekarang benar-benar bisa aplikasi~
Ada sebuah fakta yang sudah sering kamu dengar sebelumnya. Bahwa teori yang kamu pelajari di perkuliahan seringnya berbeda jauh dari kenyataan yang kamu hadapi di dunia kerja. Bahkan untukmu yang bekerja tidak sesuai jurusan, segala sesuatu tentang profesimu saat ini kamu pelajari dari nol lagi. Seperti misalnya, kamu yang lulusan peternakan kemudian berkarir di industri TV. Tentu saja kamu yang masih awam tentang dunia broadcasting harus mempelajari bidang tersebut dari nol. Walaupun kagok, kamu yakin kalau kamu pasti akan sukses!
ADVERTISEMENTS
4. Setelah berbulan-bulan, barulah beban kerjamu terasa. Bersinggungan dengan deadline tak semudah kelihatannya
Ternyata bekerja dengan tenggat waktu cukup menyiksa. Ya, kamu sadar bahwa bekerja kantoran nggak mungkin ongkang-ongkang kaki saja. Entah itu industri IT, perbankan, atau media. Kamu dihadapkan pada target yang akan terus membuntutimu hingga kamu pulang dari kantor. Bahkan di akhir pekan sekalipun! Setumpuk agenda pekerjaan yang diawal membuatmu optimis, kini malah bikin kamu berpikir kalau kerja itu isinya capek!
ADVERTISEMENTS
5. Ketika atasan marah-marah, kamu bisa mengungkap counter untuknya. Tapi seringnya sih dia banyak benarnya~
Nampaknya belum sahih jika kamu menjadi karyawan tapi belum pernah kena semprot atasan. Minimal teguran. Alasannya macam-macam, dari mulai karena kecerobohanmu hingga pekerjaanmu yang kerap molor dari tenggat waktu. Meski mendapat perlakuan yang nggak menyenangkan, kamu tetap berusaha untuk berbaik sangka dan berpikir positif.
ADVERTISEMENTS
6. Nggak ada momen yang membahagiakan selain gajian. Segala peluh dan beban kerja mendadak hilang sejenak dari pikiran
Yeaaay, gajian! Mendadak perasaan stress kabur begitu saja manakala sejumlah uang menghampiri rekeningmu. Waktunya me time dengan belanja dan jalan-jalan. Jerih payahmu bekerja terbayar dengan kesenangan-kesenangan yang sederhana. Mau nonton di bioskop atau ngopi cantik di coffee shop sekarang bisa pakai duit sendiri, nggak mengandalkan kiriman orangtua lagi. Hhehehe…
7. Tapi sayangnya, entah emang gajimu yang terlalu sedikit atau pengeluaranmu saja yang besar pasak daripada tiang, gaji terasa walaikumsalam…
Sepertinya karena pengeluaranmu yang lebih besar dari pemasukanmu, kamu merasa bahwa gaji yang kamu terima ibarat hari ini gajian, besok gaji udah walaikumsalam. Gajimu yang masih Rp 2 jutaan ternyata belum sepenuhnya mencukupi segala kebutuhan. Strategi berhemat pun kembali menjadi andalanmu. Saat kamu berkeinginan untuk membeli baju, maka pengeluaran yang lain perlu kamu pangkas. Demi nggak defisit di akhir bulan.
8. Nyaris setahun bekerja sempat terpikir untukmu resign saja. Tapi mencari pekerjaan nggak segampang beli kacang..
Ritme kerja yang hectic, ditambah lagi dengan beban kerja yang nggak ringan, membuatmu berpikir untuk angkat kaki dari perusahaan. Namun, nyatanya mencari pekerjaan di tanah air nggak semudah jajan kacang di pinggir jalan. Nyari kerja itu syusyah… Terkadang persyaratannya bikin kamu geleng-geleng kepala, berpenampilan menarik dan tinggi minimal 155 cm. Huft.
9. Pada akhirnya kamu memilih untuk berlelah-lelah pada pekerjaan pertama. Suka dukanya kamu terima. Toh, perusahaanmu saat ini memberi ruang untukmu berkembang
Kamu masih percaya bahwa semenderita-menderitanya bekerja, masih lebih menderita saat kamu jadi pengangguran. Karenanya, beruntung kamu masih berstatus sebagai karyawan. Meski entah sudah berapa kali kamu berpikir untuk resign. Tapi, pada akhirnya selalu ada alasan untukmu kembali mencintai pekerjaanmu yang sekarang. Bukan tidak mungkin segala kerja kerasmu saat ini menjadi bekal untukmu mencapai sukses di masa depan.
Menjadi pekerja muda yang masih merintis karir tentu ada suka-dukanya. Terkadang kamu dihadapkan pada target kerja yang memberatkan, hingga kena semprot atasan. Meski nggak nyaman, kamu tetap berusaha berdamai dengan ketidaknyamanan. Karena kamu percaya bahwa kerja kerasmu sekarang bisa menjadi bekalmu mencapai kesuksesan.