Mungkin kamu sering terheran-heran melihat temanmu yang cantik, smart, sukses, bisa menyelesaikan banyak masalah sendiri, tapi hidupnya juga masih sendiri, alias single. Temanmu yang bagai berlian di etalase itu masih saja jomblo, padahal temanmu yang lain, yang menurutmu biasa-biasa saja, begitu mudahnya melenggang ke pelaminan dengan pasangan kesayangan.
Atau justru kamu sendiri yang mengalaminya? Hmm.
Sebelum kamu menganggapnya sebagai kutukan, memang ada kecenderungan seorang perempuan yang smart dan mandiri kesulitan mencari pasangan. Bila kamu masih bingung dan tidak habis pikir, inilah beberapa alasan ilmiah mengapa kamu yang smart dan super mandiri, cenderung lebih suka sendiri.
ADVERTISEMENTS
1. Kamu belum menjadikan percintaan sebagai prioritas. Maklum, masih segudang tujuan yang sedang kamu kejar
Seorang yang cerdas selalu punya rencana di kepala. Otaknya seperti sudah diset dengan sistem buat target, susun rencana, dan mencapai target. Yang kamu pikirkan bukan saja untuk kehidupan sekarang, tapi juga jauh ke depan. Alih-alih memikirkan soal hubungan percintaan, kamu lebih mencurahkan perhatian pada pencapaian-pencapaian lainnya. Mulai dari pekerjaan, traveling keliling dunia, sampai kebahagiaan keluarga. Bukan berarti kamu membuang sisi percintaan dalam dirimu, melainkan kamu belum menjadikannya prioritas saja.
ADVERTISEMENTS
2. Seorang perempuan smart selalu berpikir jangka panjang, menganalisa segala hal dengan mendalam. Ini yang membuatmu enggan memulai hubungan
Seseorang dengan kecerdasan tinggi terbiasa melihat jauh ke depan, dan meneropong jauh ke belakang. Artinya, dalam menghadapi suatu hal, dia terbiasa melihatnya dari segala sisi, mempertimbangkan segala risiko, dan membuat keputusan yang paling masuk akal. Uniknya, semakin kamu pintar, semakin kamu merasa tidak tahu apa-apa. Rasa tidak tahumu ini membuatmu menganalisa lebih dalam. Sehingga pada akhirnya, banyak alasan yang membuatmu enggan memulai sebuah hubungan yang mungkin berakhir tidak bahagia.
ADVERTISEMENTS
3. Ego pria sangatlah tinggi. Mereka mudah mengangumi sosok perempuan yang pintar dan mandiri, tapi soal hubungan asmara tentunya lain lagi
Alasan yang ini tidaklah bersumber dari diri si perempuan. Kecerdasan dan kemandirian punya dua sisi yang tajam. Satu sisinya bisa sangat memukai orang-orang, sisi lainnya bisa membuat orang lain merasa terpojok dan ketakutan. Begitulah seorang perempuan yang cerdas dan super mandiri, meski mudah membuat orang jatuh hati, tapi sulit untuk menjadikannya pilihan hati. Bahkan sebuah penelitian tentang Personality and Social Psychology Bulletin menyebutkan bahwa ego dan maskulinitas pria cenderung membuatnya tidak memilih perempuan yang smart dan mandiri.
ADVERTISEMENTS
4. Cewek smart punya pilihan sendiri. Mereka lebih suka sendiri tapi happy, daripada berdua tapi terluka
Perempuan smart bukannya tidak bisa menjalin hubungan. Kamu bisa bersenang-senang dengan pria, tapi seringnya kamu enggan melangkah lebih dalam untuk masuk dalam hubungan. Bukan karena trauma, semata-mata soal preferensi saja. Tentu kamu tahu bahwa dalam cinta, hati seseorang sangat rentan pada luka. Sementara perempuan smart punya banyak hal yang bisa membuatnya bahagia dan tetap sibuk di akhir pekan meskipun statusnya sendirian. Bila sendiri saja sudah cukup senang, mengapa harus memaksa berdua dan terluka?
ADVERTISEMENTS
5. Perempuan smart punya kontradiksi dalam dirinya. Satu sisi, kamu begitu percaya diri terhadap segala hal, di sisi lain, bila berhubungan dengan asmara, kamu akan mundur perlahan
Menurut Dr. Ali Binazir, penulis buku Tao Of Dating, mengapa seorang perempuan smart dan mandiri sulit mendapatkan pasangan, adalah karena tanpa disadari, perempuan itu tidak mempercayai dirinya sendiri. Ini sangat unik. Karena sebagai perempuan yang smart, kamu bisa memberikan komentar-komentar yang cerdas tentang permasalahan global, memberikan solusi pada problem sosial, dan memukai banyak orang hanya dengan sepatah atau dua patah kata saja. Kamu sangat percaya diri dalam banyak hal, tapi untuk mengajak kenalan seorang pria, kamu akan mundur perlahan.
Menurut Dr. Ali Binazir lagi, kamu terlalu mengedepankan potensi maskulinmu (kecerdasan, kemandirian, dsb), tapi kamu lupa bahwa kamu juga punya power of feminine yang bisa kamu manfaatkan. Hei, betapa beruntungnya menjadi cewek ya?
ADVERTISEMENTS
6. Kecerdasanmu dengan sendirinya mengeliminasi banyak kandidat pasangan yang kurang potensial. Mau bagaimana lagi? Standarmu kadang terlalu jauh di awang-awang
Sebagai seorang yang hidupnya terarah, kamu cenderung punya target dan ekspektasi yang tinggi. Termasuk soal memilih pasangan. Pertama, jelas kamu mencari pria yang lebih smart daripada dirimu sendiri. Kedua, dengan segala semangat kesempurnaan, kamu juga menginginkan seorang pria dengan paket lengkap. Tanpa kamu sadari, kamu membentuk sosok dan kisah cinta yang ideal dalam kepala. Di sini, kamu membuat standar yang maha sulit untuk dipenuhi oleh para kandidat pasangan. Karena sudah jelas, yang sempurna hanya ada dalam harapan saja.
7. Perempuan smart sering menyamakan cinta dengan pencapaian lainnya. Semakin tinggi prestasi, semakin dia dicintai. Padahal, dua hal itu tidak terkait sama sekali
Sejak kecil, kamu dibentuk menjadi sosok pengejar prestasi. Bila kamu mendapat nilai yang bagus dan punya prestasi yang menggemparkan, orang tuamu akan semakin bangga, dan teman-temanmu juga akan semakin sayang padamu. Kamu berpikir bahwa semakin banyak prestasi yang kamu punya, kamu akan semakin dicintai dan disayangi, dan dengan demikian cinta akan mendekat sendiri. Memenangkan cinta tidak sama dengan memenangkan trofi. Memenangkan hati seseorang tidak cukup dengan kepiawaian mengolah angka atau membuat solusi. Ada hati yang dilibatkan di sini.
Tapi tentu saja ini nggak berarti menjadi smart dan mandiri itu salah. Jelas itu pilihan yang tepat. Bila ada pria yang merasa terkucilkan dengan kecerdasan dan kemandirianmu, buat mudah saja. Memang dia bukan orang yang tepat untukmu. Di luar sana, banyak orang lain yang mungkin bisa menjadi Mr. Right-mu, kamu hanya belum bertemu dengannya saja. Tapi satu hal yang harus kamu pahami, soal percintaan nggak sama dengan mengejar prestasi. Keduanya adalah dua hal yang berbeda, dan karenanya, kamu juga harus membuat ekspektasi yang berbeda. Karena mengharapkan sosok yang sempurna, adalah sia-sia belaka.