Sepuluh tahun belakangan, startup mulai mendominasi berbagai situs lowongan pekerjaan. Banyak pengusaha-pengusaha muda yang mengaku enggan bekerja untuk orang lain memilih berdiri di atas kaki sendiri. Pendapat bahwa lebih baik menciptakan lapangan pekerjaan dibanding bekerja untuk orang lain juga makin keras saja.
Serugi-ruginya manusia adalah mereka yang duduk 8 jam sehari di kubikel kerja demi mewujudkan mimpi orang lain. — Begini pendapat yang banyak muncul.
Pertanyaannya, apakah semua orang bisa dan punya bakat untuk menjadi pengusaha? Haruskah kita-kita ini mengikuti omongan yang keras bergaung di luar sana demi menjadi orang yang tidak biasa-biasa saja?
ADVERTISEMENTS
1. Ngapain kerja untuk mewujudkan mimpi orang? Pertanyaannya, dosakah jika jadi karyawan selamanya?
Stigma yang populer dan banyak kita percaya:
Seorang karyawan bekerja untuk orang lain dan bergantung pada kantor tempatnya bekerja. Sementara menjadi pengusaha, artinya berhenti mewujudkan mimpi orang lain, dan mulai mewujudkan mimpinya sendiri.
Tapi toh, mimpi setiap orang berbeda-beda. Ada yang bercita-cita menjadi pengusaha, ada juga yang hanya ingin bekerja sebaik mungkin sekuat apapun yang dibisa.
ADVERTISEMENTS
2. Menjadi pengusaha bukan hanya perlu modal uang. Kamu harus peka. Harus memimpin banyak manusia. Bagaimana kalau kamu tidak bisa?
Ketika semua orang didorong untuk menjadi pengusaha, mengeluarkan seluruh daya kreatifnya, dan menjadi sosok yang mandiri, kamu pasti bertanya-tanya: bagaimana bila kamu tidak punya jiwa leadership yang dibutuhkan? Menjadi pengusaha bukan hanya butuh modal uang. Ada kepekaan dan insting tajam yang dibutuhkan untuk mengangkap peluang. Perlu kreativitas tinggi untuk membuat sesuatu yang punya nilai. Ada karakter leadership yang harus dipunyai agar bisa menjadi sosok yang memimpin kantor sendiri. Karakter-karakter semacam itu, kebanyakan dilahirkanm, bukan diciptakan. Jadi memang tidak semua orang punya mental pengusaha. Dan kamu yang tidak punya, itu bukan dosa.
ADVERTISEMENTS
3. Asalkan tidak bekerja asal-asalan tetap banyak yang bisa kamu dapatkan. Entah itu jadi pengusaha atau karyawan
Satu hal yang sering dikritisi dari keputusan untuk menjadi karyawan adalah kurangnya wewenang untuk mengambil kebijakan dan keputusan.Apa yang kamu lakukan biasanya berdasarkan apa yang diinstruksikan.
“Kan lu bukan robot. Masak mau diatur dan disuruh-suruh begitu saja tanpa punya kewenangan untuk memutuskan?”
Pendapat ini juga tidak sepenuhnya benar. Tidak ada pekerjaan yang sia-sia. Memang sekarang kamu masih belum punya kewenangan jadi decision maker. Tapi pelajaran selalu bisa didapat bahkan dari hal paling remeh sekalipun di kantor. Dari berusaha menjelaskan argumenmu ke teman kantor kamu akan tahu bagaimana caranya presentasi dan meyakinkan orang dengan benar. Saat diminta mengerjakan tugas remeh macam membalas email kamu akab tahu bagaimana cara berkomunikasi dengan taktis.
Selama dikerjakan dengan sepenuh hati akan selalu ada pelajaran yang bisa kamu ambil dari sana.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
4. Hilangkan mindset menjadi karyawan berarti kerja untuk orang. Kamu bekerja dan berkarya untuk dirimu sendiri
Istilah bekerja untuk orang lain sepertinya perlu ditinjau orang. Memang betul kamu bekerja untuk mewujudkan mimpi orang lain. Seorang yang punya modal dan punya mimpi, memperkerjakanmu untuk mewujudkan mimpinya. Tapi toh dalam bekerja itu, kamu bekerja untuk dirimu sendiri. Selain kinerjamu yang menguntungkan perusahaan, kamu juga mendapat keuntungan untuk dirimu sendiri. Apapun pekerjaanmu, kamu sedang melakukan beberapa hal ini: mengembangkan skill, membangun reputasi, dan membangun karakter. Dengan bekerja sebaik-baiknya maka kamu akan punya skill yang semakin mumpuni, reputasi yang positif, serta karakter diri yang bagus. Semua itu untuk dirimu sendiri bukan?
ADVERTISEMENTS
5. Kesuksesan tidak ditentukan oleh di mana atau kepada siapa kamu bekerja. Kamulah yang bisa menciptakannya
Sukses atau tidak sukses, tidak semata-mata ditentukan di mana kamu bekerja ataupun kepada siapa kamu bekerja. Melainkan apa yang kamu lakukan. Kamu bisa menjadi pengusaha sukses yang bergelimang harta, tapi kamu bisa sukses juga dengan menjadi karyawan sederhana, dengan berbagai karya di luar kerja yang terbukti manfaatnya. Kesuksesanmu tidak ditentukan oleh working hours yang kamu jalani. Suksesmu itu, hanya kamu yang bisa memberinya definisi, dan dengan demikian, hanya kamu yang bisa menciptakannya sendiri.
Kamu yang tahu potensi dirimu sendiri seperti apa. Tidak harus memaksa diri menjadi yang bukan ‘kamu banget!’. Karena setiap orang memang memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Meskipun kamu menjadi karyawan selamanya, toh kamu masih bisa berkarya dan menyumbangkan berbagai hal yang bermanfaat untuk banyak manusia.
Bila kamu memang tidak punya mental pengusaha, ya sudah, kerja saja dengan serius. Dari sana kamu bisa mendapatkan banyak hal juga. Daripada dipaksa, padahal memang bukan kemampuannya?
Karena kualitasmu sebagai manusia, tidak ditentukan oleh apa pekerjaanmu saja.