ADVERTISEMENTS
7. Kalau ditawari orang jualan di jalan, seringnya kamu nggak bisa nolak untuk beli. Bukan karena butuh, tapi karena kasihan
Di jalan kamu juga bisa bertemu dengan banyak pedagang yang menawarkan barang dagangannya. Di sini kamu nggak pernah bisa menolak. Apalagi kalau pedagangnya orang tua ringkih atau anak-anak kecil. Rasanya kamu pengen beli semua dagangannya, meski nantinya kamu nggak tahu barang itu mau diapakan.
ADVERTISEMENTS
8. Pengamen juga layak didengarkan. Kamu selalu nggak tahan untuk memberi seribu atau dua ribu, walau teman-temanmu bilang itu tidak perlu
Teman-temanmu selalu bilang bahwa tak perlu memberi uang pada pengamen. Toh mereka masih muda-muda, kalau mau, mereka pasti bisa mendapatkan pekerjaan. Emang dasarnya malas aja kali. Tapi buatmu, merelakan seribu atau dua ribu untuk pengamen nggak pernah jadi masalah. Apalagi kalau suara dan nyanyiannya bagus. Bukan hanya itu, jika penumpang lain biasanya sok sibuk dan nggak repot-repot mendengarkan nyanyian si pengamen, kamu selalu merasa nggak enak kalau nggak memperhatikan. Mungkin kamu membayangkan dirimu sendiri di sana, berusaha menyanyi dan menghibur, tapi nggak seorang pun peduli. Duh, jadi sedih…
ADVERTISEMENTS
9. Mengkhawatirkan sesuatu secara berlebihan juga sering kamu lakukan. Nggak bisa ditahan, meski itu bikin kamu stres sendirian
Khawatir terhadap sesuatu atau seseorang memang wajar. Itu tandanya kamu punya kepedulian. Tapi rasa khawatirmu seringnya di batas nggak wajar. Misalnya kamu pesan makanan delivery. Setelah itu hujan deras dan petir mulai menyambar. Kamu mulai mengkhawatirkan keselamatan abang-abang delivery yang tadi mengantarkan makanan. Sama seperti ketika hujan deras melanda tapi ada anggota keluargamu yang di luar rumah. Rasa khawatir itu benar-benar menyiksamu dan membuatmu stres sendiri.
ADVERTISEMENTS
10. Orang selalu bilang kamu baper. Emang iya sih, tapi ya nggak usah gitu. Jadi makin baper kan…
“Gitu aja baper.”
Mungkin itu kalimat yang paling sering kamu dengar dari teman-teman di sekitarmu. Kebiasaanmu mengkhawatirkan yang nggak perlu, dan mencemaskan hal-hal yang tidak penting membuat kamu sering dianggap lebay. Iya sih, kamu memang bawa-bawa perasaan alias baper. Tapi apa salahnya menjadi baper? Dan nggak perlu lah ditegasin betapa bapernya kamu. Nah kan, kamu malah makin baper.
ADVERTISEMENTS
11. Kamu nggak ngerti kalau orang bilang padamu: “Udaah, nggak usah dimasukin ke hati!” Masalahnya, bagaimana caranya?
Setelah ‘gitu aja baper’, kalimat kedua yang sering kamu terima mungkin ‘udah, jangan dimasukin ke hati.’ dan ‘jadi orang jangan terlalu sensitif’. Kamu yang sudah baper, malah semakin baper. Masalahnya kamu nggak mengerti bagaimana caranya nggak memasukkan ke hati hal-hal yang mengganggu itu. Bagaimana caranya untuk nggak usah dipikirin kalau kenyataannya hal itu nggak bisa dihilangkan dari pikiranmu? Rasa empati dan simpati itu seringnya muncul tanpa bisa dikendalikan.
ADVERTISEMENTS
12. Kadang kamu juga pengen bersikap ‘bodo amat’, nggak peduli kata orang. Tapi, mana bisa kamu menghilangan rasa khawatir yang ada
Meski begitu, kamu juga sering menuruti saran teman-temanmu untuk mencoba lebih kuat dan tega. Kamu berusaha untuk mengabaikan omongan orang dan mencoba untuk bodo amat pada setiap keadaan. Tapi meskipun kamu sudah berusaha keras, seringnya apa yang kamu lakukan berujung gagal. Bagaimanapun juga, hatimu yang memang halus dan sensitif itu tetap berfungsi seperti biasanya. Mencoba bersikap masa bodoh justru lebih membebani karena kamu sendiri tahu itu hanya menipu diri.
Menjadi orang sensitif nggak pernah sesederhana yang orang pikirkan. Perasaan nggak bisa diubah-ubah dengan mudah seperti mengubah channel televisi. Tenanglah, bukan berarti kamu sok baik atau jiwamu rapuh. Tapi memang kamu punya cara sendiri untuk merasakan berbagai hal di dunia.