Sungguh enak melihat seseorang bekerja sesuai dengan renjana atau passion-nya. Semua hal jadi mudah dikerjakan, lelah juga nggak terasa menyebalkan, justru menyenangkan. Nggak heran jika banyak orang yang berusaha menemukan passion-nya sebelum masuk dunia kerja, agar semua terasa mudah dijalani.
Namun nggak semua orang beruntung menemukannya. Saya contohnya, sampai usia 23an belum tahu apa yang menjadi passion saya. Dan saya sudah bekerja. Tapi agaknya saya nggak pantas untuk mengeluh. Sebab saya yakin nggak sendirian. Kamu juga mungkin sedang atau pernah merasakannya. Kira-kira beginilah rasanya.
ADVERTISEMENTS
1. Sering menyesali keputusan di masa lalu seperti salah masuk jurusan, karena awalnya yakin namun setelah dijalani ternyata nggak kerasan
Kenapa, ya bosan banget kuliah.. apa aku pindah jurusan aja kali ya?
Barangkali sebagian dari kamu pernah merasa salah masuk jurusan. Awalnya semangat jalani perkuliahan tapi di tengah jalan nggak kerasan. Ingin rasanya berhenti atau pindah jurusan, tapi nggak enak sama orang tua. Selain karena dibayari olehnya, kamu sendiri yang memilih jurusan itu. Alhasil, meski terseok-seok kamu tetap menyelesaikan kuliah sebagai bentuk tanggung jawab.
ADVERTISEMENTS
2. Seringkali kamu sedih sekaligus iri sama teman-teman yang sudah menemukan passionnya, semacam merasa tertinggal dari mereka
Karena nggak kunjung menemukan passion diri kamu jadi bingung sekaligus sedih sebab kadangkala kerjaan jadi sesuatu yang memberatkan bukannya menyenangkan. Semua itu jadi bertambah suram kala melihat teman-teman seperjuangan sudah menemukan yang menjadi passion mereka. Bingung dan sedih berubah jadi iri karena kelihatannya mereka bahagia dengan pekerjaannya. Kamu jadi merasa tertinggal sendiri.
ADVERTISEMENTS
3. Suka kecewa sendiri karena belum bisa memberikan orangtua pencapaian yang menurutmu bisa dibanggakan
Ini adalah kenyataan yang paling berat dijalani kamu yang belum menemukan passion di usia 23an. Sudah bekerja tapi begitu-begitu saja. Belum meraih karir yang tinggi tapi sudah bolak-balik mikir resign karena seringkali merasa nggak cocok bahkan nggak bahagia di lingkungan kerja. Di momen ini kamu berpikir
“Kalau begini terus kapan bisa bikin ibu-bapak naik haji”.
ADVERTISEMENTS
4. Kebimbangan terhadap diri ini lama-lama semakin mengkhawatirkan, paling sering ketakutan kelak kamu nggak jadi apa-apa
Ketakutan terbesarmu tentu saja perihal masa depan. “Mau sampai kapan aku begini terus?” Pertanyaan itu kian hari kian sering muncul dan menghantui, menggantung dilangit-langit pikiranmu. Kamu takut sampai tua nanti passion-mu nggak ketemu-ketemu. Saat teman-temanmu masyhur dan punya banyak karya, kamu belum meraih apa-apa. Jelas ini nggak boleh terjadi. Suka atau nggak, kamu mesti terus mencari apa yang menjadi kesukaanmu. Masih ada waktu. Kamu masih muda.
ADVERTISEMENTS
5. Gara-gara bingung sama passion sendiri kamu jadi semakin sering mencoba hal-hal baru
Meski bingung dan kadang kesel sendiri, tapi kondisi ini membuatmu jadi sosok yang aktif. Kamu sering mencoba hal-hal baru sebagai bentuk pencarian atas apa yang menjadi passionmu. Mulai dari ngeband, belajar desain, latihan menulis sampai ikut EO semua kamu lakukan. Karena itu akhirnya kamu jadi punya pengalaman di banyak hal. Harapannya ini akan berguna untuk masa depanmu. Paling nggak kalau memang nggak menemukan passion-mu, kamu punya hal yang bisa dibanggakan pada masa muda. Kamu telah berbuat sesuatu. Kamu nggak menyerah kepada keadaan.
ADVERTISEMENTS
6. Kamu sendiri nggak tahu sampai kapan kondisi ini berlangsung, tapi kadang nggak ingin terlalu dipikirkan, dan terus jalani hidup dengan melakukan yang terbaik
Apapun yang terjadi. Entah kapan kamu menemukannya. Suka atau tidak, kamu mesti terus jalani hidup dengan penuh semangat. Nggak perlu ambil pusing dengan yang orang sebut dengan passion.
Barangkali memang nggak semua orang ditakdirkan menemukan passionnya. Daripada berdiam diri bahkan bingung sendiri namun nggak melakukan apa-apa, lebih baik enyahkan semua itu dari kepala. Jalani apa yang sedang kamu kerjakan kini dan nanti dengan sebaik-baiknya. Lakukan yang terbaik.