“Aku tahu mimpiku layak diperjuangkan. Dan tidak ada yang bisa memperjuangkannya selain oleh aku sendiri.” – Jerome Polin-
Jerome Polin, YouTuber pemilik channel Nihongo Mantappu sekaligus penerima beasiswa kuliah Jurusan Matematika di Waseda University belum lama ini menerbitkan sebuah buku berjudul Mantappu Jiwa. Buku bersampul biru terbitan Gramedia Pustaka Utama ini spesial, karena ketika di-launching, sebanyak 2000 eksemplarnya langsung habis terjual. Wow!
Ada banyak hal yang bisa saya dapatkan dari buku setebal 228 halaman ini. Kisah Jerome mengejar mimpinya dari nol hingga berhasil meraih beasiswa di Waseda University dan mendirikan channel Nihongo Mantappu, memberikan banyak pengingat sekaligus semangat. Buku ini bukan hanya berisi keberhasilan dan teori matematika seperti tagline di sampulnya, melainkan juga momen kegagalan yang dituturkan dengan jujur, juga momen ragu-ragu yang manusiawi. Setelah membaca Mantappu Jiwa selama sehari semalam, beberapa poin penting ini yang pelajari dari kisah Jerome.
1. Penting untuk tahu apa yang ingin dilakukan sejak awal. Supaya tahu usaha-usaha apa yang perlu dilakukan
Sesungguhnya saya cukup iri dengan kisah Jerome. Sejak masih sangat belia, Jerome sudah tahu apa yang ia inginkan untuk hidupnya kelak. Dia sudah menemukan passionnya–yaitu matematika–sejak awal, sementara saya masih terkatung-katung menentukan mau diapakan hidup saya sampai lulus kuliah. Nggak cuma itu, Jerome juga tahu pasti bagaimana cara meraih mimpinya itu. Meski usaha-usaha yang dilakukannya banyak yang gagal, tapi seenggaknya dia tahu apa yang dia lakukan.
2. Rencana yang sempurna tak akan jadi nyata tanpa usaha. Langkah pertama penting diambil untuk meraih cita-cita
Setelah mengetahui apa yang diinginkan untuk masa depan, lalu apa? Jujur saja, selama ini saya punya banyak keinginan terpendam. Tapi setelah keinginan itu muncul, saya nggak mengambil langkah nyata untuk meraihnya. Saya berkutat dengan pertanyaan “Duh, tapi bisa nggak ya?” dan membuat excuse untuk menunda untuk mulai mewujudkannya.
Bagaimana Jerome memulai langkah kecil dalam usahanya meraih mimpi–seperti mengikuti berbagai olimpiade matematika–membuat saya sadar bahwa langkah nyata harus diambil bila mimpi benar-benar ingin diwujudkan. Kalau cuma ingin doang, tapi nggak segera melangkah, ya bohong dong namanya?
3. Selalu ada yang harus dikorbankan untuk mencapai sesuatu. Tak ada kesuksesan yang jatuh dari langit
Keberhasilan Jerome nggak turun dari langit. Dalam buku ini dikisahkan bagaiman Jerome menghabiskan banyak waktunya untuk belajar, demi bisa mencapai cita-citanya. Karenanya, Jerome mengorbankan waktunya yang lain. Mulai dari melepaskan beberapa kegiatan yang nggak berhubungan dengan akademik, melewati momen-momen santai dengan main medsos, dan lain sebagainya. Well, setiap kesuksesan memang butuh “tumbal”, karena nggak ada keberhasilan yang jatuh dari langit.
4. Kesalahan dan kekalahan dari orang lain seharusnya jadi pendorong untuk lebih keras berusaha. Bukan alasan untuk putus asa
Salah satu momen syarat makna yang dibahas di buku ini adalah ketika Jerome menyadari bahwa saingannya dalam seleksi beasiswa ke Jepang bukan kebanyakan mahasiswa. Sedangkan dirinya masih duduk di bangku SMA. Jika Jerome adalah saya, mungkin sudah mundur dengan pembenaran bahwa persaingan itu nggak imbang dan mustahil untuk saya menangkan.
Tapi untunglah Jerome bukan saya. Alih-alih menyerah karena kalah secara pengalaman, hal itu justru membuat Jerome berjuang lebih keras. Ketertinggalannya dan kekalahannya harus ia kejar, bukannya menjadikan hal itu sebagai alasan untuk menyerah saja.
5. Apa yang terlihat tidak mungkin belum tentu mustahil. Asal usaha gila-gilaan segalanya bisa saja diwujudkan
Salah satu part favorit saja di buku ini adalah ketika Jerome mengikuti tes bahasa Jepang yang katanya susah sekali ditembus. Apalagi, Jerome belum punya pengalaman tes-tes di bawahnya sebelumnya. Pokoknya terlihat mustahil banget deh. Tapi nyatanya, apa yang terlihat mustahil itu bisa ditakhlukkan dengan usaha yang mati-matian, dan belajar yang “gila”. Hal inilah yang kemudian saya catat untuk diri sendiri, yaitu untuk tidak mundur hanya karena tujuan itu terlihat mustahil. Karena pada dasarnya mungkin/tidak mungkin hanyalah soal persepsi, dan kita nggak pernah tahu sekeras apa kita bisa berusaha bila benar-benar ingin meraihnya. So, push it to the limit~
6. Tak perlu silau melihat keberhasilan seseorang. Kita tidak pernah tahu seberdarah apa perjuangannya dan sebanyak apa kegagalan yang pernah dialaminya
Barangkali ketika kita melihat Jerome dari luar, kita silau dengan segala keberhasilannya. Mulai dari beasiswa, kuliah ke luar negeri, channel YouTube yang ramai subscriber, sampai buku yang laris manis. Terlihat super duper keren, bukan? Tapi membaca buku ini, kita jadi tahu kalau untuk meraih semua itu, Jerome harus belajar mati-matian.
Begitu juga yang terjadi dalam dunia di sekitar kita. Kamu mungkin mudah kagum dengan kesuksesan seseorang. Kamu mudah memberikan komentar “Betapa sempurnanya hidup si A, Tuhan memang nggak adil”. Tapi kita nggak pernah tahu usaha apa yang mereka lakukan dan sebanyak apa kegagalan yang pernah mereka lalui untuk bisa tiba di posisi ini. Kalau kata Jerome, kesuksesan itu seperti puncak gunung es yang terlihat dari permukaan laut. Sedang kegagalan dan perjuangan adalah badan gunung yang tersembunyi di bawahnya.
7. Terkadang hasil memang terlihat mengkhianati usaha. Tapi bisa jadi ada rencana yang jauh lebih sempurna untuk kita
Ketika apa yang diharap-harapkan nggak bisa terwujudkan, hal itu memang menyakitkan. Apalagi kalau usaha yang dilakukan sudah mati-matian. Mungkin itu juga yang dirasakan Jerome ketika menemui kegagalan setelah belajar mati-matian. Namun, terkadang apa yang kita inginkan bukan selalu yang kita butuhkan. Sedang apa yang kita dapatkan sekarang, bukanlah hal buruk yang sia-sia meski tak sesuai cita-cita. Seperti Jerome yang pada akhirnya bisa lihat dan mensyukuri hikmah di balik kisah hidupnya, hal ini penting juga untuk saya agar nggak terlalu lama berkubang dalam kekecewaan.
Setiap orang memang punya definisi sukses masing-masing, serta cara masing-masing untuk meraihnya. Kisah Jerome Polin dalam buku Mantappu Jiwa, mengingatkan saya banyak hal. Mulai dari pentingnya menentukan target yang tinggi agar perjuangan sepadan, berani mencoba meski sekilas terkesan mustahil, serta bagaimana belajar menerima saat hasil yang diharapkan nggak sesuai dengan kenyataan.