Masa kanak-kanak identik dengan bermain, membangun pertemanan, meniru hingga belajar berkreasi. Dengan segala aktivitas yang dilakukannya, membuat si anak menjadi bertumbuh, baik secara psikis maupun kemampuan motoriknya. Jika dinalar, naluri anak dan orang dewasa jelas jauh berbeda, apalagi ketika ditanya soal bisnis dan kesuksesan.
Namun, kisah sukses seorang anak yang masih duduk di bangku kelas 4 SD ini membuat kita tercengang.
Adalah Almeyda Nayara Alzier, gadis cilik berusia 9 tahun yang kini menjadi pengusaha beromset puluhan juta setiap bulannya. Meskipun masih berusia sangat belia, anak bungsu dari dua bersaudara ini memiliki pandangan untuk mengembangkan sebuah bisnis. Uniknya, bisnis yang ia tekuni adalah sesuatu yang tak jauh dari dunia masa kecilnya, ia menjadikan mainan yang bernama ‘slime’ sebagai produk usahanya.
Secara harfiah, slime artinya legit, namun dalam praktiknya, slime digunakan untuk membersihkan sela-sela keyboard dan sebagainya. Bentuk dan tampilannya yang unik, dengan tekstur yang lengket, kenyal dan elastis membuat slime disukai anak-anak dan dijadikan mainan dalam genggaman tangan mungil mereka. Belum lagi warnanya yang lucu dan menarik membuat slime terlihat menggemaskan yang bisa ditarik, ditekan, digenggam hingga ditiup seperti balon.
ADVERTISEMENTS
Bermula dari rasa penasaran, Naya merintis kreativitasnya bermodalkan 50 ribu Rupiah pemberian ibunya. Kegagalan demi kegagalan justru membuatnya semakin penasaran dan lebih keras mencoba
Cerita dibalik popularitas bisnis slime ini berawal ketika suatu hari di sekolahnya, Naya bertemu dengan salah seorang kakak kelasnya yang membawa mainan yang belum pernah ia temua sebelumnya. Mainan kenyal seperti jelly ini ternyata bernama slime. Rasa keingintahuannya yang besar membuatnya penasaran dan mempertanyakan, apa sebenarnya slime itu? Karena Naya memang suka dengan benda-benda yang unik, rupanya ia merasa jatuh cinta dengan slime sejak pertemuan kali pertamanya tersebut.
Menariknya, Naya cukup berbeda dengan anak-anak pada umumnya, di mana ketika mereka menginginkan sesuatu, maka akan cenderung merengek pada orang tua untuk memenuhi permintaannya. Hal ini tidak berlaku bagi Naya. Ia justru tertantang untuk membuat sendiri mainan yang membuat penasaran tersebut.
Bukan hal yang mudah bagi Naya untuk mewujudkan rasa penasarannya, mengingat pada waktu itu slime belum terlalu tenar. Beruntung, gadis berparas cantik ini nggak kehabisan akal, berhasil menemukan tutorial cara membuat slime lewat YouTube. Berbekal pengetahuan tentang alat, bahan, serta cara pembuatan slime yang ia dapatkan, Naya kemudian meminta uang kepada ibunya untuk ‘memodali’ usahanya membuat slime. Dengan bekal uang sebesar 50 ribu Rupiah pemberian ibunya, Naya kemudian membeli semua bahan seperti lem, deterjen, pewarna serta bahan pelengkap lain yang dibutuhkan untuk membuat slime perdananya. Namun, poses pembuatan slime pertama kalinya itu gagal dan hasilnya tak sesuai keinginan.
Tak menyerah pada kegagalan, Naya justru malah semakin merasa tertantang. Ia terus mencoba untuk membuat dan membuat lagi mainan kenyal ini berkali-kali. Kendala semakin muncul, terlebih ketika sang ibu merasa keberatan karena Naya yang sering membuat rumah berantakan dengan “proyek”nya tersebut. Namun Naya sama sekali tidak menyerah, meski kerap mendapat omelan dari ibunya, ia tetap nekat untuk terus membuat slime bahkan secara sembunyi-sembunyi di kamar mandi.
Tak cukup sampai disitu, Naya berusaha memberi pengertian tentang slime, mainan yang disebutnya “sedang tren” pada ibunya. Lama-kelamaan, hati sang ibu luluh juga melihat buah hatinya tekun mencoba meski kegagalan berkali-kali dirasakannya. Dan akhirnya, berkat kegigihan dan kerja kerasnya, Naya berhasil membuat slime yang dirasa sempurna.
ADVERTISEMENTS
Pintar melihat peluang, Naya mulai menjual slime buatannya lewat salah satu program ‘Entrepreneur Day’ di sekolahnya. Dari sinilah rejekinya mulai berdatangan
Setelah berhasil membuat mainannya sendiri, Naya kerap memainkan slime dan dilihat oleh kawan sebayanya. Tidak sedikit dari teman Naya yang kemudian tertarik dan ingin memiliki slime seperti milik Naya.
Suatu hari, sekolahannya menggelar event enterpreneurship yang mengharuskan setiap siswa diminta untuk membuat dan menjual barang apapun. Sontak Naya langsung berpikir untuk menjual slime buatannya. Kala itu, satu cup slime dihargai 8 ribu Rupiah. Di luar dugaannya dan sang ibu ketika itu, dagangan mainan kenyal itu langsung ludes diserbu teman-teman di sekolahnya.
Ketika ditanya oleh pihak sekolah, kenapa ia memilih slime untuk dijual, jawabannya sederhana, mencerminkan keluguan dan kekanak-anakannya, “karena lucu aja, aku suka”. Dengan larisnya slime buatan Naya tersebut membuat sang ibu ingin memaksimalkan bakat yang dimiliki anaknya dengan mengikutsertakan Naya ke kursus kesenian. Setelah Naya memiliki bekal seni yang memadai, slime yang sebelumnya hanya dijual dalam bentuk cup, kini ia inovasikan dalam bentuk-bentuk lainnya seperti angka, huruf, buah-buahan, dan bentuk lain yang dirasa cocok untuk mainan anak-anak.
ADVERTISEMENTS
Naya tak cepat puas, ia memanfaatkan teknologi agar hasil penjualannya meningkat. Lewat akun Instagram miliknya, ia berhasil melebarkan sayap usahanya hingga ke setiap penjuru daerah
Kesuksesan yang diraih Naya menjual slime perdananya tak membuatnya berhenti sampai disitu saja. Tidak hanya berjualan dari kelas ke kelas di sekolahnya, Naya memutuskan untuk memanfaatkan teknologi hasil penjualannya bisa meningkat.
“Awalnya karena aku lihat orang-orang punya olshop, lalu aku mau punya juga. Aku minta buatin sama abang akun Instagramnya. Waktu itu aku mau buat namanya ada 18-nya, biar kayak tanggal lahir aku, 18 April. Followers aku awalnya cuma 12, isinya saudara-saudara. Terus aku minta temen aku promosiin IG aku, jadi tambah banyak, tambah banyak, tambah banyak. Aku juga bingung gimana bisa.”
Dengan bantuan sang kakak, Naya akhirnya membuat akun Instagram @Nayaslime18 untuk memasarkan produk slime buatannya. Awalnya, Naya hanya memposting cara membuat slime beserta video tutorialnya. Usaha tersebut tentu tidak langsung membuahkan hasil. Naya mengaku hanya memiliki 12 followers yang kesemuanya merupakan sanak saudaranya sendiri. Kemudian ia meminta teman-temannya untuk mempromosikan akun Instagramnya agar lebih dikenal banyak orang. Naya pun lebih gencar melakukan promosi dan mengkreasikan postingan di Instagramnya.
Berkat keyakinan dan bantuan dari saudara serta teman-temannya, dalam waktu beberapa tahun followers Instagramnya bertambah banyak dan usaha slime karyanya menjadi viral. Hingga saat ini, followers Instagramnya mencapai 293 ribu orang.
Dari titik inlah, perlahan bisnis online milik Naya dikenal banyak orang. Bahkan hanya berselang beberapa bulan saja, Naya yang saat ini sudah dibantu oleh beberapa karyawan untuk memproduksi slime aneka warna ini, telah mendapat pesanan hingga mencapai ratusan buah tiap bulannya. Yang luar biasa, kabarnya Naya mampu mengantongi omset hingga mencapai 60 juta per bulan dari bisnisnya tersebut.
ADVERTISEMENTS
Meski omsetnya mencapai 60 juta Rupiah per bulan, Naya tak lantas besar kepala. Gadis cilik ini tetap menyisihkan sebagian rejekinya untuk peduli sesama
Menjadi pengusaha cilik yang sukses, pemikiran Naya ternyata juga tak kalah inspiratif dalam menyikapi ketenarannya tersebut. Di usianya yang masih sangat muda, Naya sudah memiliki hati yang mulia. Tak hanya sebagai pendapatan pribadi, tujuannya berjualan sebagian besar adalah untuk bersedekah. Naya pun tak sungkan untuk membagikan tutorial membuat slime di Instagramnya seakan tak punya kekhawatiran rahasianya dicontek orang.
“Sedekah nggak harus uang, sedekah ada banyak, nggak harus ngasih uang”. Bagi Naya, uang bukan barang wajib yang digunakan untuk bersedekah. Memberikan ilmu dan pengalaman ke semua orang juga merupakan bentuk sedekah, cara berbagi selain melalui bantuan finansial.
Jiwa sosialnya ini tumbuh bahkan sebelum penghasilannya mencapai angka jutaan. Saat masih berjualan di sekolah, Naya sudah mulai menyedekahkan uang hasil jualannya untuk membelikan buku iqra’ dan Al Quran untuk Tempat Pendidikan Al Quran di belakang rumahnya. Kini, Naya pun menabung untuk tujuan yang tidak kalah mulia, yakni, mendirikan pesantren serta membeli mobil ambulans dan mobil jenazah untuk masyarakat di sekitar tempat tinggalnya.
Naya menyebut, “Sedekah itu bukan seperti 2-1=1, tapi 2-1=4. Sedekah itu melipatgandakan!”
Belajar dari kepolosan dan ketulusan anak kecil yang membuahkan hasil ini, agaknya menginspirasi kita agar menjadi orang yang kreatif, inovatif, bisa berpikir cerdas, percaya diri dan tak lupa memupuk rasa empati. Kesuksesan Naya sekarang ini bisa jadi karena niatnya yang berjualan untuk sedekah.
Di luar sana, mungkin tidak semua orang mampu mengambil sikap seperti Naya ketika hidupnya di puncak kesuksesan dan bergelimang harta. Tapi anak perempuan berusia 9 tahun ini mengajarkan banyak hal, bahwa sesungguhnya kegigihan dan kesungguhan yang diiringi keikhlasan berbagi dengan sesama-lah yang menuntun sebuah usaha pada kesuksesan.