Siapa sih yang ingin kamu bikin bangga saat bekerja keras tak kenal waktu hingga lupa menggunakan logika? Siapa yang ingin kamu senangkan hatinya dengan sederet prestasi yang akan terlihat sangat keren saat diunggah di media sosial? Atau mungkin pertanyaannya … apakah semua yang kamu kejar itu memang untuk pencapaian diri sendiri atau sekadar supaya profil di media sosialmu terlihat mentereng?
Menjadi manusia yang “bodo amat” memang nggak gampang. Akui saja, terkadang kita begitu peduli dengan omongan orang. Kita selalu ingin jadi sosok yang disukai dan dianggap “keren” menurut standar orang lain. Padahal, sampai kapanpun kita nggak akan mampu membanggakan dan menyenangkan semua orang. Lagipula, sesungguhnya kamu hanya perlu membahagiakan dan membanggakan beberapa orang saja. Misalnya orang-orang di bawah ini.
ADVERTISEMENTS
1. Orangtua yang mengajarimu sejak kecil, menerima dan memaklumi kesalahanmu, dan mengorbankan banyak hal agar kamu menjadi ‘orang’
Hari di mana kamu lahir, adalah ‘hari lahir’ orangtuamu juga. Yang tadinya sepasang suami-istri, lalu menjadi Ayah – Ibu. Mereka mengajari kita mulai dari nol dan memantau perkembangan hingga ke detil-detil terkecil. Setelah kamu lebih besar, tibalah masa kamu mendapatkan pendidikan. Orangtua menyimpan rahasia di sini. Kesulitan finansial dan hal-hal buruk lainnya nggak dikatakan, supaya kamu bisa berkembang dengan tenang.
Memang nggak selamanya keinginan kita sejalan dengan keinginan orangtua. Kamu ingin jadi seniman, tapi mereka ingin kamu menjadi pengacara. Berbeda pendapat dengan orangtua itu wajar. Lagipula, membanggakan orangtua kan nggak hanya dengan cara menjadi seperti apa yang mereka mau kok. Ada banyak cara, misalnya menjadi tumpuan di hari-hari tua mereka.
ADVERTISEMENTS
2. Sahabat yang selalu ada di sisimu, bagaimanapun situasimu. Bukan sekadar datang saat perlu dan menghilang ketika dibutuhkan
Menemukan sahabat sejati itu nggak kalah sulit dari menemukan pacar. Sahabat sejati adalah orang yang selalu ada di sisi, bagaimanapun kondisi yang terjadi. Saat kita bahagia, ia pun ikut berbahagia. Pun ketika dunia kita sedang luruh, mereka tetap di sisi dan menyediakan bahu untuk bersandar atau peluk untuk meredakan gelisah.
Teman-teman yang datang saat sedang butuh bantuan doang itu nggak perlu kamu pikirkan. Sedangkan sahabat-sahabat sejati harus kamu pikirkan perasaan, pendapat, dan masukannya. Sebab mereka adalah orang-orang yang nggak akan pergi meski kamu melakukan kesalahan. Mereka adalah orang pertama yang akan menertawakan kesialan yang kamu alami, sekaligus orang pertama yang akan mengulurkan tangan untuk membantumu berdiri.
ADVERTISEMENTS
3. Orang yang selalu memberimu kritik tetapi ada di baris pertama saat kamu butuh tempat bersandar. Bukan mereka yang mengkritik tanpa benar-benar ingin kamu lebih baik
Di kehidupan sehari-hari, kita nggak mungkin bisa lepas dari kritik. Meskipun kita sudah berusaha sangat keras, dan karya itu sebenarnya nyaris sempurna, pasti ada saja yang memberikan kritik. Tapi kita harus membedakan antara orang yang mengkritik karena kepedulian, dengan yang mengkritik karena memang hobinya mengkritik saja.
Golongan pertama, adalah orang-orang yang memiliki kontribusi terhadap hidupmu. Kritik dan masukannya kadang memang pedas, tapi mereka akan bertepuk tangan ketika kamu bisa berkembang. Golongan ini bisa siapa saja, mulai dari keluarga, pacar, teman, atau mungkin guru dan mentor. Sementara golongan kedua, mereka nggak peduli dengan perkembangan ataupun usahamu. Mau kamu bagus atau buruk, berkembang atau nggak, di mata mereka sama saja: salah.
ADVERTISEMENTS
4. Yang terpenting sekaligus paling sering dilupakan, diri sendirilah yang harus kamu buat bangga. Baru memikirkan yang lain-lainnya
Terakhir, terpenting, dan ironisnya, paling sering dilupakan. Sebelum kita berkomitmen membanggakan orang lain, diri sendirilah yang harus kita buat bangga. Sebelum kita menyenangkan orang lain, diri sendiri dululah yang harus kita buat bahagia. Sebelum berharap disukai orang lain, kita harus menyukai diri sendiri terlebih dahulu.
Mengikuti standar orang lain akan sangat sulit dan belum tentu membuat kita bangga. Jadi sebelum memikirkan yang lain-lainnya, kita perlu membuat bangga diri sendiri. Jadi, mari berhenti mengerdilkan pencapaian diri sendiri hanya karena nggak sesuai dengan standar orang lain. Pun, setiap kesuksesan sekecil apa pun, ataupun hal-hal baik yang berhasil diraih, kepada diri sendirilah kita pertama-tama harus berterima kasih karena sudah berjuang.
Menyenangkan semua orang, membanggakan dunia, dan menjadi “keren” sesuai standar media sosial itu sulit. Menjadikan kesuksesan dan standar orang lain sebagai standar diri sendiri juga rumit. Bagaimanapun kita adalah manusia biasa. Tak akan bisa dan tak perlu membanggakan semua orang di dunia. Empat sosok di atas, sudah cukup. Jadi, tak perlu dengarkan omongan orang yang nggak tahu apa-apa soal hidupmu. Apalagi yang ada di media sosial. 🙂