Dalam pikiranmu, mungkin orang jenius adalah orang yang nggak pernah mengalami kesulitan seumur hidupnya. Kecerdasannya membuat semua masalah bisa beres dengan sekali sentuh. Kreativitasnya pasti membuat segala hal yang nggak mungkin menjadi mungkin. Namun ternyata menjadi orang jenius nggak selamanya mudah, karena ada masalah-masalah yang justru bersumber dari kejeniusannya. Justru mungkin menjadi orang jenius membuat seseorang merasakan hidup yang sulit dan menderita. Nah bila delapan ‘penderitaan’ ini kamu alami, berarti betul kamu memang jenius!
ADVERTISEMENTS
1. Tidak seperti seorang introvert yang memang memilih sendirian, kamu sering kesepian karena mencari teman itu luar biasa sulitnya
Tanpa sadar  kamu sering mencari orang yang sama cerdasnya denganmu. Ini bukan soal pilih-pilih teman. Selayaknya soal jodoh, dalam berteman pun kita butuh setidaknya satu poin kecocokan untuk bisa nyambung ngobrolnya. Sayangnya, sangat sulit bagimu untuk menemukan poin ‘klik’ itu. Sementara memaksa berteman dengan orang yang kurang klik hanya akan membuatmu tersiksa sendiri. Pada akhirnya kamu lebih sering melewati waktumu sendirian dan kesepian. Karena ini juga kamu harus pandai-pandai menata hati, karena kamu rawan depresi.
ADVERTISEMENTS
2. Â Pengennya menghibur dengan melontarkan joke-joke lucu. Sayangnya, orang sering tak paham bagian mananya yang lucu
Apa rasanya bila sudah capek-capek membuat joke untuk menghibur, tapi yang dihibur malah nggak paham. Sebagian ada yang tertawa terpaksa demi menjaga perasaan, sebagian yang lain ada yang memasang ekspresi ‘Apa sih lo? Garing banget’. Sebenarnya joke-mu itu lucu, sayangnya cuma kamu yang tahu di mana letak kelucuannya. Atau bisa saja yang terjadi malah sebaliknya. Hobimu memakai humor sarkas membuat orang lain tak paham pada pesan yang kamu sembunyikan di sana. Akibatnya dia hanya tertawa, tanpa memahami maksudmu apa. Inilah yang sering membuatmu kecewa.
ADVERTISEMENTS
3. Seorang leader seringkali jadi public-enemy bawahan. Bukan karena dirimu atasan yang kejam, hanya saja mereka tak paham arah kebijakan yang kamu tentukan
Kebanyakan orang jenius punya skill komunikasi yang ‘parah’. Kamu kesulitan mengungkapkan isi pikiranmu. Terkadang kamu tidak memahami omongan orang. Sebaliknya, orang tidak bisa memahami maksudmu. Terkadang sikapmu juga berubah-ubah. Hari ini kamu mengeluarkan kebijakan A, besok menggantinya dengan yang baru. Bukannya plin-plan, tapi pikiranmu memang selalu bergerak dinamis mencari solusi terbaik. Inilah yang membuat kamu menjadi atasan yang sulit dipahami bawahan. Terkadang perintahmu atau pola pikirmu dicibir, karena mereka tidak paham apa yang sebenarnya kamu inginkan.
ADVERTISEMENTS
4. Saat berpikir, kamu sering ‘ngobrol’ dengan diri sendiri. Tak heran orang sering menganggapmu aneh
Bayangkan kamu sedang duduk di stasiun menunggu kereta datang. Lalu tiba-tiba orang di sampingmu bicara, bukan padamu, bukan pula pada telepon atau apapun, alias sedang bicara sendiri. Pasti kamu merasa aneh dan awkward sendiri bukan? Nah, itulah yang kira-kira orang lain pikirkan saat melihatmu. Pergerakan otak yang aktif, membuatmu sering berpikir keras dan berdiskusi dengan diri sendiri sehingga tanpa sadar kamu ngomong sendiri. Ya, selama kamu cuma berguman-guman kecil sih nggak masalah. Yang bahaya adalah bila kamu sudah teriak-teriak. Barangkali itu bukan jenius, melainkan gila.
ADVERTISEMENTS
5. Kamu sering dimintai pendapat ini dan itu. Tapi kalau kamu serius memberikan pandanganmu, orang-orang malah bilang ‘yaelah, serius amat sih?’
Kamu juga sering mengalami momen serba salah dalam sebuah diskusi. Kalau kamu diam, kamu dianggap sombong dan nggak mau berbagi ilmu. Apalagi bila teman-temanmu memang sudah tahu ‘kejeniusanmu’. Tapi kalau kamu mengeluarkan pendapat, atau meluruskan sesuatu yang menurutmu kurang tepat, mereka akan melewatimu sambil berkata ‘Yaelah, jangan serius-serius ah. Ini bukan sidang skripsi’. Itu masih mending. Lebih sial lagi bila kamu dibilang kurang piknik. Padahal kamu hanya ingin membagi informasi. Ini yang pada akhirnya membuatmu memilih diam saja.
ADVERTISEMENTS
6. Overthinking adalah kegiatan sehari-hari. Karenanya kamu lebih sering frustrasi daripada happy
Dalam kepalamu begitu banyak pertanyaan ‘What if…’. Percaya atau tidak, orang yang apatis akan lebih mudah bahagia karena dia tidak memikirkan banyak hal. Apapun yang terjadi di dunia, yang penting dia senang untuk saat ini. Berbeda denganmu, mengabaikan hati ataupun logika adalah hal yang luar biasa sulitnya. Begitu banyak hal yang mengganggu pikiranmu, sehingga membuat tidurmu nggak nyenyak. Kamu merasa ada yang harus diperbaiki dari hidup ini, yang sayangnya nggak bisa kamu kerjakan sendiri. Karena apa-apa dipikirkan dengan serius, hidupmu sendiri jadi terkesan lebih berat dan nggak tenang.
Pada akhirnya, kamu sering sulit mengambil sebuah keputusan. Terlalu banyak hal yang kamu pertimbangkan, terlalu banyak pertanyaan ‘what if’ yang kamu ajukan kepada dirimu sendiri. Hingga akhirnya, mengambil keputusan di waktu yang kilat bukanlah bidangmu.
7. Orang jenius selalu percaya diri? Ah tidak juga. Keseringan mengritisi diri sendiri malah membuat kamu jadi terlihat kurang percaya diri
Lalu apakah orang yang jenius selalu identik dengan hal-hal yang positif seperti percaya diri? Ah, ternyata tidak selalu begitu. Sisi jeniusmu bekerja dengan mengritisi segala hal. Informasi apapun yang kamu terima nggak luput dari acara penelaahan lebih dalam. Tak hanya mengritik pemikiran orang lain, pemikiranmu pun kamu kritisi sendiri. Saat kamu memikiskan sebuah simpulan A, maka kamu akan membuah sanggahan B, C, D, dan seterusnya hingga akhirnya kamu yakin bahwa A adalah yang paling pas. Karena hal ini, seringkali kamu justru terlihat nggak percaya diri. Kamu meragukan segala hal, termasuk terkadang meragukan dirimu sendiri.
8. Bagian paling membuatmu menderita adalah mimpi-mimpi yang tak pernah kelihatan ujungnya. Terlalu banyak keingintahuan, terlalu banyak hal yang ingin kamu lakukan
Kamu juga sering ‘kejam’ pada dirimu sendiri. Saat ada sesuatu yang kamu nggak paham, maka kamu akan menyiksa diri dengan mencarinya sampai dapat. Kamu juga selalu merasa harus melakukan sesuatu yang hebat, namun seringnya mimpi di kepalamu berubah-ubah. Di dunia ini terlalu banyak hal yang memancing rasa ingin tahu. Dan terlalu banyak juga hal yang ingin kamu lakukan. Hingga akhirnya kamu bingung sendiri mana yang harus kamu kerjakan terlebih dahulu. Sudah begitu, kamu juga sering memasang target yang begitu tinggi, dan menerapkan kata ‘harus’ untuk meraihnya.
Ternyata menjadi jenius nggak semudah yang terlihat. Apapun itu, berbeda dengan orang kebanyakan memang sedikit menyusahkan. Butuh usaha ekstra keras untuk bisa menyesuaikan. Jadi, kamu ‘menderita’ nggak nih?