Menjadi ibu rumah tangga dengan gelar sarjana tentu kamu harus siap dengan sejumlah pertanyaan dan pernyataan. Seakan menjadi ibu rumah tangga adalah sebuah keputusan yang patut untuk disayangkan.
“Nggak sayang apa sama gelar? Buat apa orang tua lo capek-capek nyekolahin lo kalau ujung-ujungnya lo di rumah aja? Ngurus anak sama suami doang? Urusan ngurus anak kan bisa pakai baby sitter. Toh, dengan tetap menjadi wanita karir secara nggak langsung lo ikut membantu finansial keluarga.”
Semua pertanyaan dan pernyataan tersebut pada akhirnya bikin kamu mikir: “Apa iya menjadi ibu rumah tangga dengan gelar sarjana itu sebuah hal yang patut disayangkan?”
ADVERTISEMENTS
Menjadi ibu rumah tangga adalah keputusan yang datang dari hati. Sebuah keinginan sederhana – mendedikasikan diri untuk anak dan suami.
Awalnya kamu adalah pribadi dengan segudang mimpi dan rencana di masa depan. Banyak hal yang ingin kamu usahakan selepas lulus kuliah. Pekerjaan impian, melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, hingga punya usaha sendiri. Namun, tanpa kamu duga seseorang datang dan menawarkanmu masa depan.
Kamu pun tak kuasa untuk menolaknya. Setelah resmi menikah dan menjadi seorang istri, sudut pandangmu soal kehidupan pun berubah. Segudang rencana besar tak lagi jadi prioritasmu. Tanpa adanya paksaan darinya, kamu memutuskan untuk mendedikasikan diri menjadi ibu rumah tangga. Sebuah keputusan sederhana yang datang dari hati.
ADVERTISEMENTS
Dibesarkan dengan perhatian yang penuh dari seorang ibu rumah tangga, kamu pun ingin mewariskan kebahagiaan yang sama pada anak-anakmu nantinya.
Kamu tumbuh dengan perhatian penuh dari ibumu. Seorang ibu yang memutuskan untuk menanggalkan pekerjaannya demi mengurus keluarga. Kamu pun bertekad untuk mewariskan kebahagiaan yang sama pada anakmu kelak. Alasan inilah yang menguatkanmu untuk fokus menjadi ibu rumah tangga selepas menikah. Menjadi ibu rumah tangga bukanlah beban buatmu. Karena kamu merasakan kebahagiaan tak terkira mana kala menyiapkan sarapan pagi, menikmati perkembangan sang buah hati, atau sekadar menunggu suami pulang kantor.
ADVERTISEMENTS
Orang lain seringkali bertanya: “Bukankah perkara mengurus anak bisa kamu serahkan ke baby sitter?”
Pertanyaan seperti itu kerap ditujukan kepadamu yang memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga penuh. Sungguh pertanyaan yang berdasarkan logika. Karenanya kamu perlu menjawabnya dengan jawaban yang juga berlandaskan logika.
“Kamu tentu enggan menitipkan perhiasan milikmu pada orang lain kan? Tapi mengapa kamu rela menitipkan anakmu yang bahkan lebih berharga dari perhiasan mahal sekalipun pada orang lain?”
ADVERTISEMENTS
Kadang, komentar orang-orang pun tak kalah menyakitkan. “Tidakkah sia-sia orang tua menyekolahkanmu, jika pada akhirnya kamu hanya sibuk di dapur?”
Tidak mudah memang menjawab pertanyaan yang satu ini. Terlebih untukmu anak sulung yang menjadi tulang punggung keluarga. Kamu dihadapkan pada dua pilihan, fokus mengurus anak dan suami atau membantu perekonomian orang tua yang sudah tak lagi bekerja. Sungguh pilihan yang sulit memang. Namun, dengan niat tulusmu keduanya bisa kamu jalani. Urusan keuangan demi membantu orang tua dan adikmu bisa diatasi dengan bisnis online. Kamu bisa bekerja di rumah sambil tetap mengurus keluarga.
ADVERTISEMENTS
Saat teman sepermainan masih bebas mengembangkan diri, sementara kamu sudah dihadapkan pada tanggung jawab sebagai istri – tidakkah hal itu membuatmu iri?
Tidak jarang kamu merasa iri ketika melihat teman-temanmu masih bebas bermain, semantara kamu dihadapkan pada tanggung jawab sebagai istri dan ibu muda. Biar pun terkadang kamu iri melihat mereka, tapi buatmu saat ini tak ada yang lebih membahagiakan dari menghabiskan waktu bersama anak dan suami. Kalaupun kamu rindu berkumpul dengan teman-teman, kamu masih bisa mengatur jadwal ketemuan.
ADVERTISEMENTS
Namun, di atas segalanya kamu harus bangga menjadi ibu rumah tangga bergelar sarjana. Bukankah untuk mencetak anak yang cerdas juga diperlukan ibu yang pengetahuan dan wawasannya kaya?
Banyak dari kamu yang merasa minder dengan profesi sebagai ibu rumah tangga. Padahal kamu seharusnya bangga. Kamu layak tahu kalau untuk mencetak anak-anak yang cerdas, diperlukan sosok ibu yang cerdas pula. Karenanya ibu yang berpendidikan punya potensi besar untuk mencetak anak-anak yang sukses di masa depan. Jadi, berbanggalah kamu yang seorang ibu rumah tangga bergelar sarjana.
Tidak ada yang perlu disayangkan dari menjadi seorang ibu rumah tangga yang bergelar sarjana. Jangan terlalu banyak memikirkan tentang pertanyaan dan pernyataan yang menohok hatimu. Jalani saja niat tulusmu yang ingin fokus mencurahkan waktu untuk keluarga. Demi menciptakan anak-anak yang sukses di masa depan.