Menurut KBBI, emosi berarti luapan perasaan yang berkembang dan bisa surut dalam waktu singkat. Diakui secara universal bahwa ada 6 emosi dasar pada manusia yakni bahagia, sedih, takut, marah, terkejut, dan jijik.
Pada dasarnya, manusia memang terlahir dengan kelebihan memiliki emosi-emosi dasar tersebut. Sayangnya, orang yang sering menunjukkan emosi malah cenderung dianggap lemah. Kenapa? Karena mereka yang mampu meredam perasaan dan tidak mudah terbawa perasaanlah yang dianggap kuat. Dengan begitu, mereka juga dinilai punya kecerdasan emosional yang mumpuni.
Nah, apakah anggapan dan penilaian itu sepenuhnya benar? Apakah karaktermu yang emosional lantas hanya bisa dianggap sebagai kekurangan? Tidak. Alasan-alasan berikut inilah yang akan meyakinkanmu bahwa sikap emosional bukan melulu pertanda kelemahan, tapi justru jadi kelebihan.
ADVERTISEMENTS
1. Kamu yang emosional sebenarnya patut berbangga. Terbiasa meluapkan perasaan adalah bukti bahwa kamu pribadi yang jujur dan apa adanya.
Kata “emosional” terkadang disalahartikan. Kata ini seringkali digunakan untuk melabeli orang-orang yang mudah meledak karena marah saja. Padahal, bentuk emosi manusia sebenarnya bermacam-macam seperti yang sudah disebutkan di pembuka artikel ini.
Marah karena sedang kesal, menangis lantaran sedang sedih, atau tertawa lepas ketika ada hal yang lucu memang wajar-wajar saja. Tak ada salahnya ketika kamu terbiasa meluapkan perasaan-perasaan itu. Toh daripada harus memendam, bisa jadi kamu memang merasa lebih nyaman dengan mengungkapkannya.
Bukan berarti “lebay”, terbiasa meluapkan emosi dan perasaan justru adalah tanda bahwa kamu sudah nyaman dengan dirimu sendiri. Kamu lebih suka tampil apa adanya tanpa perlu khawatir mendapat anggapan miring dari orang-orang sekitarmu. Intinya, kamu hanya berusaha jujur dengan dirimu dan orang lain.
ADVERTISEMENTS
2. Karakter yang mudah terbawa emosi tak harus dirutuki. Emosi ibarat investasi yang menjadikan dirimu lebih baik lagi.
“Lhoh, kok nangis? Kenapa?”
“Nggak apa-apa. Sedih aja lihat kucing di tempat sampah tadi. Kasian.”
“Ya elah. Gitu aja nangis. Lembek, loe!”
Emosi adalah yang menghubungkan dirimu pada duniamu atau lingkunganmu. Sebenarnya, terbawa emosi atau menunjukkan perasaan adalah tanda bahwa kamu punya kemampuan untuk merespon segala yang terjadi di sekitarmu. Kamu bisa merasa gembira lantaran mendapat pekerjaan baru. Ketika ada teman yang membuatmu kesal, kamu pun akan merasa marah dan itu sangat lumrah.
Sadar atau tidak, sifat dan karaktermu yang emosional sebenarnya adalah investasi. Hal itulah yang sesungguhnya menjadikanmu pribadi yang “kaya”. Emosi itu pula yang sesungguhnya bisa memacu diri untuk memaksimalkan kemampuan diri. Sebut saja rasa cinta atau rasa suka juga adalah bentuk dari emosi. Ketika kamu menjalani pekerjaan atau kuliah atas dasar rasa suka dan cinta itu, tentu kamu akan terpacu untuk bisa maksimal menjalaninya.
ADVERTISEMENTS
3. Orang yang emosional cenderung mudah berempati. Mereka punya rasa peduli yang tinggi dan tak suka menghakimi.
Tidak semua orang mau atau bahkan punya rasa empati pada selainnya. Kadang, orang-orang terlalu egois dan sibuk memikirkan kepentingan dirinya sendiri. Akibatnya, mereka juga bisa dengan ringan menilai atau menghakimi apa yang dilakukan orang lain.
Padahal, rasa empati adalah yang membuat hidupmu lebih berarti. Dengan berempati berarti kamu berusaha memahami apa yang dirasakan orang lain. Ada teman yang sedang berjuang menuntaskan skripsinya, ada yang sedang berjibaku demi mendapatkan pekerjaan, ada pula yang sedang galau-galaunya memulai kehidupan berumah tangga.
Berempati pada orang lain menjadikan hidup yang kamu jalani lebih bermakna dan dirimu itu ada gunanya. Menempatkan diri di posisi orang lain juga membuatmu tidak akan pernah merasa sendirian di dunia ini.
ADVERTISEMENTS
4. Emosi ibarat kompas penunjuk jalan. Ketika sesuatu bisa membuatmu sangat emosional, mungkin itu adalah renjana yang harus kamu wujudkan.
“Sebaik-baik manusia adalah dia yang merawat mimpi dan menghidupi renjananya.”
Passion atau renjana adalah bentuk keinginan yang tak hanya muncul sekejap lalu mudah berganti. Renjana itu datangnya dari hati, dan orang-orang yang gigih berjuang demi menghidupi renjannya adalah orang-orang yang berbahagia.
Emosi adalah yang akan mengantarkanmu pada renjanamu. Di awal, bisa jadi kamu memang tak menyadarinya. Tapi, lama-kelamaan kamu akan mampu merasakannya. Kenapa kamu begitu gembira ketika salah satu artikel buatanmu dimuat di koran? Kenapa kamu bisa demikian kelimpungan saat naskah tulisanmu ditolak penerbit yang sudah lama diincar? Dan kenapa menulis menjadikanmu sangat emosinal? Karena itulah renjanamu, dan di situlah letak mimpimu.
Kerjakan apa saja yang kamu suka, dan seberapa hebat emosimu dibuat naik turun karenanya. Ketika mengerjakan sesuatu bisa luar biasa memancing emosi, maka mungkin kamu memang sedang menghidupi mimpi dan renjanamu.
ADVERTISEMENTS
5. Bukan berarti kelemahan, sikap emosional justru akan membawa banyak kebaikan selama bisa dikendalikan.
Seperti di tulis di poin sebelumnya, emosi sebenarnya bisa jadi kompas penunjuk jalan. Maksudnya, emosi bisa menuntun langkahmu menuju sesuatu yang sesungguhnya sangat kamu impi-impikan. Namun, hal ini bukannya tanpa syarat. Emosi yang tidak diimbangi dengan kecerdasan emosional hanya akan membuatmu hilang arah dan tersesat.
Karaktermu yang emosional akan memberi banyak keuntungan selama kamu mampu mengendalikannya. Kamu tahu hal-hal apa saja yang bisa dan boleh membuatmu marah. Kemarahanmu patut diluapkan tapi kamu bisa memilah perkara kapan dan dimana momen yang paling tepat. Seorang bos misalnya, tentu tidak bisa setiap saat memarahi karyawan ketika dirinya merasa kesal. Marah juga harus ada alasannya, ada takaran porsinya, dan ada akibat yang harus diperhitungkan setelahnya.
ADVERTISEMENTS
6. Meluapkan emosi berarti mengikuti inginnya hati. Kebiasaan ini pula yang akan membuat hidupmu lebih lama lagi.
Banyak penelitian yang sudah membuktikan bahwa orang-orang yang ringan meluapkan perasaan punya umur yang lebih panjang bahkan wajah yang awet muda. Alasannya, mengungkap perasaan atau meluapkan emosi akan membuatmu lega. Baik hati maupun pikiran akan terasa lebih longgar lantaran semua yang mengganjal sudah diluapkan.
Sementara, sering memendam perasaan bisa berarti menyiksa diri sendiri. Bukannya diluapkan, rasa marah atau kesal malah terus-menerus disimpan dalam hati. Akibatnya, emosi-emosi itu akan bertranformasi jadi pikiran-pikiran negatif yang semakin menggerogoti dirimu. Merasa stres, tertekan, atau tidak bahagia adalah puncak dari semuanya.
7. Tak ada yang harus disesali, toh menjadi orang yang emosional membuatmu semakin mengenali diri sendiri.
“Siapa dirimu sebenarnya? Sudahkah kamu benar-benar mengenalnya?”
Berbekal kesadaran, sikap emosional akan membantumu mengenali dirimu sendiri. Kamu akan mampu memilah. Membedakan hal-hal yang membuatmu senang, sedih, marah, atau kesal. Hal ini pulalah yang akan jadi dasar ketika kamu akan membuat keputusan-keputusan penting dalam hidup.
Bagaimana pun, emosi adalah pengalaman yang sangat personal. Tidak ada yang sanggup memahami perasaanmu kecuali dirimu sendiri ‘kan? Ketika kamu enggan menjadi pribadi yang emosional dan tidak jujur mengungkapkan perasaan, maka kamu akan kesulitan menjalani hidupmu sendiri. Karena pada dasarnya emosi adalah tentang dirimu sendiri dan segala yang ada di sekitarmu.
Tak ada salahnya menjadi orang yang emosional. Meski banyak orang yang menyebutmu “lebay” atau berlebihan dan bahkan “cengeng” misalnya, toh ada sekian kebaikan yang sebenarnya kamu miliki ‘kan? Orang lain tak benar-benar tahu, bahwa sebenarnya ada jiwa yang tangguh bersemayam dalam dirimu! 🙂