Tak ada yang spesial pada laki-laki ini. Dia seorang pekerja kantoran di sebuah perusahaan swasta di kotanya. Secara fisik, tak ada wajah tampan dan badan tegap serta tinggi yang ia punya. Sebagai seorang karyawan biasa di kantornya, gaji pria ini pun tak seberapa, dan mungkin sedikit sekali wanita yang berpikir untuk mempunyai suami seperti dirinya. Ia hidup sendirian di sebuah apartemen kecil. Tapi siapa sangka, pria yang tak pernah mendapatkan perhatian dari sekitar ini mempunyai hati yang istimewa. Dia tahu apa tujuan hidupnya agar dia bahagia. Bukan persoalan uang dan hidup bermewah-mewah yang ia cari, namun hal yang jauh lebih sederhana lagi.
ADVERTISEMENTS
Perjalanannya yang panjang ke kantor harus ia capai dengan berjalan kaki setiap paginya. Tak ada yang spesial baginya kecuali ia memberikan pertolongan pada lingkungannya
Dia yang tak punya banyak uang untuk sekadar menaiki bus, memilih untuk berjalan kaki sepanjang trotoar untuk sampai ke tempat kerjanya. Tak ada yang ia keluhkan, hanya saja tiba-bisa air mengguyur dirinya yang sedang berjalan pagi itu.
Ia tak mengeluh walaupun pagi itu bajunya basah terkena siraman air
Yah, mau bagaimana lagi? Mungkin orang yang tinggal di bangunan atas sana memang tak memahami pejalan kaki seperti dirinya sehingga membiarkan air mengalir deras ke trotoar. Tak ada yang ia risaukan kecuali takut orang lain akan mengalami hal yang sama hari itu. Maka ia ambil tanaman pot yang sudah mulai kering di pinggiran jalan, lalu ia letakan pot tersebut di bawah guyuran itu. Tanaman itu terlihat tak terurus dan kering hampir mati karena kekurangan air. Ah, kebetulan sekali, pikirnya.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Perjalanannya pagi itu ia lanjutkan dan mendapati seorang ibu-ibu pedagang tak mampu mengangkat gerobak dagangannya naik ke trotoar. Tak merasa harinya sedang buruk, ia membantu ibu itu saat tak ada orang yang mau untuk membantunya
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Seperti biasa, siang itu ia menuju ke warung langganannya untuk pergi makan siang. Ia sendirian, karena teman kantornya merasa enggan pergi ke warung sederhana seperti itu
Tempatnya di pojokan di suatu pinggir jalan dekat pasar dan hanya ditemani angin yang berhembus dari kendaraan yang lalu lalang di jalanan tersebut. Siang itu, tak seperti biasa, ada anjing liar yang mendekatinya dan meminta makanan darinya. Anjing itu kotor, tak rupawan, dan tak ada orang yang mau didekati olehnya. Pria itu berbeda, ia tak segan memberikan makanannya siang itu yang baru saja disajikan di mejanya.
ADVERTISEMENTS
Sore itu ia habiskan dengan perjalanannya kembali ke apartemennya. Ia melihat seorang orang ibu dan anaknya yang sedang mengemis di jalanan
Mereka tak banyak berbicara, hanya menunduk dan meminta belas kasihan orang-orang yang melewati jalan tersebut. Secarik kertas bekas kusam mereka letakkan tepat di depan tempat mereka duduk yang bertuliskan “Untuk Biaya Pendidikan”
Ia pun merasa iba dengan ibu dan anak tersebut. Anak perempuan itu pasti sangat ingin bersekolah, pikirnya polos.
Saat ia melihat dompet, ia sedih karena uang yang ia bawa hari itu tak banyak dan tak akan cukup untuk menyekolahkan anak perempuan itu. Tidak, ia tak akan mampu membantu banyak. Namun tanpa berpikir panjang, ia mengambil satu-satunya uang dengan nominal terbesarnya untuk diberikannya pada anak malang itu. Tak apa jika besok ia tak tahu akan makan apa. Walau hanya mampu membeli nasi tanpa lauk pun, ia tak masalah.
Ia pun tak menghiraukan tanggapan orang di sekitarnya atas tindakan yang dilakukannya. Mereka tak habis pikir kenapa pria itu mau memberikan sebagian besar uangnya hanya untuk seorang pengemis jalanan.
Sebelum ia sampai ke apartemennya, ia membeli buah pisang di toko buah pinggir jalan untuk diberikan pada orang yang spesial baginya
Orang spesial itu merupakan perempuan yang spesial baginya, ia tak mengenalnya secara langsung. Tapi ia kagum karena perempuan yang sudah renta ini mampu hidup sendiri dan ia merasa ingin menghiburnya dengan kejutan setiap hari. Ya, pria itu melakukan hal ini setiap hari tak hanya untuk iseng, ia melakukannya dengan hatinya. Tak jarang ia merasa senang saat melihat eksperesi nenek itu saat menemukan setandan pisang di pintu kamarnya. Ia bingung bercampur senang setiap saat ia menemukan pisang pemberian pria misterius itu.
Adakah perasaan sedih dan berat saat pria itu melakukan semua hal tersebut? Jawabannya: tidak
Mungkin orang lain akan berpikir dia melakukan sebuah kesia-siaan setiap harinya. Ia memberi dan selalu memberi pada lingkungan sekitarnya tanpa ada imbalan yang ia dapat. Tapi yang ia dapat ternyata lebih dari sekadar materi. Dia bahagia menyaksikan kebahagiaan orang lain yang mendapat bantuan darinya. Ia ingin berbagi. Ia tau mereka pun berharap hal baik akan terjadi pada mereka dan ia rela memberikannya.
Tapi yang ia dan orang lain tak tahu, perbuatan baiknya untuk orang lain pun ternyata berhasil membuat perubahan pada sekitarnya
Suatu sore di hari itu, ia bingung saat mendapati ibu pengemis hanya duduk sendirian. Ia pun bingung mencari di mana anak perempuan yang selama ini ia temui itu. Ia khawatir dengannya.
Saat itu, terlihatlah seorang anak perempuan yang manis berseragam sekolah yang dikenalinya sebagai anak dari ibu pengemis itu. Ia sudah bersekolah saat ini, ia pun berubah menjadi seorang anak yang manis dengan seragamnya yang baru dan badannya yang bersih
Hatinya pun merasa sangat bahagia melihat anak itu tersenyum senang karena pulang dari sekolah. Ia tak menyangka melalui dirinyalah anak itu berhasil mencapai apa yang ia inginkan. Dan ia pun merasa berarti sebagai manusia. Walaupun tak punya apa-apa tapi ia bahagia saat melihat orang lain bahagia. Ia benar-benar merubah sekitar dalam keterbatasan yang dimilikinya. Tak hanya dia yang terenyuh melihat kejadian ini, orang sekitar yang awalnya menyangsikan perbuatannya pun ikut tersentuh dibuatnya.
Karena itu, ia bergegas pulang ke apartemennya untuk menemui orang spesial satunya lagi untuk menjalankan kebiasaannya memberi kejutan pada seorang nenek tetangganya. Kali itu ia ingin nenek itu tau siapa dirinya. Seketika saat sang nenek melihatnya, ia segera memeluk pria itu dengan erat. Mendadak ia sangat menyayanginya seperti cucunya sendiri. Ia terharu dengan apa yang dilakukan pria itu terhadapnya, dan mungkin memang hanya ia yang pernah melakukan hal seperti ini padanya bahkan dari anaknya sendiri pun belum pernah ia mendapatkan perhatian serupa.
Sedangkan si anjing jalanan, dia mengikuti pria itu kemanapun ia pergi sejak ia sering memberinya makanan. Dia pun menjadi sangat setia pada pria itu sehingga menjadi teman hidupnya mulai saat itu.
Tumbuhan kering dan hampir mati yang ia tolong di pinggir jalan pun sekarang telah subur berdaun dan berbunga. Ia kuat dan sekali lagi mampu membuat dunia menjadi berwarna berkat hal kecil yang dilakukan si pria pada pagi itu.
Suatu saat pria itu sedang menemani ibu pedagang yang sekarang ia kenal itu. Ia terkejut dengan apa yang ibu itu lakukan. Ia memberikan dagangannya lebih banyak dari yang seharusnya kepada seorang pembeli. Tak disangka kebaikan yang ia berikan kepada si ibu pun menjadikannya tergerak untuk juga berbuat baik kepada orang lain. Ternyata suatu kebaikan itu menular.
Jadi, kebaikan apa yang sudah kamu lakukan untuk lingkungan sekitarmu? Tak ada alasan tak bisa berbuat kebaikan saat kita sendiri sedang dalam kesempitan. Yakinlah kebaikan darimu akan membuka jalan kebaikan untukmu di masa yang akan datang.