Marhaban ya Ramadhan…
Bulan suci yang satu ini memang bulan yang istimewa. Bulan di mana Tuhan sedang mengobral pahala. Bahkan tidur pun bisa jadi pahala yang besar. Nggak heran kalau banyak orang yang berlomba-lomba berbuat kebaikan. Masjid jadi ramai, banyak yang membagikan makanan dengan cuma-cuma, dan setiap orang terlihat setingkat lebih ramah.
Sayangnya, berbuat kebaikan pun nggak mudah. Rasanya tentu menyebalkan saat kamu mau berusaha berbuat baik tapi malah diceng-cengin dan dianggap pencitraan. Hanya karena kamu yang biasanya tidak sealim ini, bukan berarti kamu munafik ketika ingin mulai memperbaiki diri. Bukannya setiap orang punya momen sendiri untuk belajar?
Ya, inilah yang sering kamu rasakan. Atas inisiatifmu untuk berbuat berbenah diri, berbagai reaksi kerap kali kamu dapatkan. Apakah kejadian-kejadian ini terasa familiar buatmu?
ADVERTISEMENTS
1. “Avatar medsos pakai jilbab, edisi ramadhan nih yee!” Pakai baju seksi diomelin, pakai baju tertutup dianggap pencitraan
Ketika bulan puasa tiba, avatar-avatar media sosial memang mengalami perubahan. Kalaupun nggak pakai jilbab, pasti pakai baju yang tertutup. Jadi inget momen-momen pemilu, di mana calon-calon legislatif dan eksekutif perempuan tiba-tiba berubah penampilan menjadi lebih elegan. Mungkin karena inilah komentar-komentar sinis itu bermunculan, dan jilbab yang dikenakan hanya untuk pencitraan mentang-mentang edisi Ramadan.
Padahal kan bila hal yang positif, tidak ada salahnya juga untuk berpakaian tertutup. Apakah nanti diteruskan atau hanya saat Ramadan saja, itu urusan belakangan.
ADVERTISEMENTS
2. Ngajakin sholat tepat waktu, malah dicie-ciein. Padahal kan niatnya cuma
“Eh itu udah adzan. Sholat yuk!”
“Cieeeee… mentang-mentang lagi puasa jadi rajin sholat tepat waktu lo ya? Biasanya juga diajakin nanti-nanti-aja.”
Sebagai sesama muslim kita wajib saling mengingatkan bukan? Termasuk soal mengajak sholat tepat waktu. Terutama ketika memasuki bulan penuh berkah ini, justru dianjurkan untuk saling mengajak dalam kebaikan. Tinggal yang diajak itu, mau apa enggak? Hehe.
ADVERTISEMENTS
3. Ngirim SMS permohonan maaf sebelum puasa. Halah, paling ikut-ikutan tren aja. Yaudah deh, maafin ya 🙂
“Cieeee… yang mau puasa, buru-buru beli pulsa buat kirim broadcast SMS permintaan maaf.”
Terkadang dunia memang membuat kita serba salah. Kalau punya salah tapi nggak minta maaf, nanti diomongin di belakang. Merasa punya salah, minta maaf, dibilangnya memanfaatkan momen. Padahal kalau kita menyambut Ramadan dengan hati yang lapang tanpa ganjalan kemarahan atau dendam, bukankah rasanya lebih tenang dan nyaman?
ADVERTISEMENTS
4. “Maklum, lagi puasa, masjid lagi ramai-ramainya.” Semua orang ingin mengejar kebaikan. Meski setahun sekali, tak apa daripada nggak sama sekali
“Wih, kemana bro?”
“Masjid, sob. Udah adzan itu. Yuk?”
“Mumpung masjid lagi ramai ya? Biasanya juga sholat di rumah lo.”
“Yaelah.”
Bukan rahasia umum bila masjid memang lebih ramai ketika bulan puasa daripada hari-hari biasa. Maklumlah, semua orang sedang berusaha mengejar kebaikan. Kalau toh biasanya kamu nggak ke masjid, dan sekarang ke masjid, kan kamu nggak merugikan siapa-siapa. Semua orang sedang belajar menjadi lebih baik di bulan Ramadan, dan itu tidak ada salahnya.
ADVERTISEMENTS
5. “Playlist isinya lagu religi semua, mainstream ngikutin selera pasar.” Kalau memang lagunya bisa bikin hati adem, boleh aja kan?
“Apaan nih? Kok playlist isinya Opick sama Debu doang?”
Salah satu yang menambah ke-khasan bulan Ramadan selain iklan-iklan sirup yang bermunculan, juga musisi-musisi Indonesia yang berlomba membuat single religi yang menjadi theme song acara TV sehari-hari. Jika kita lihat dari sisi negatif, memang kesannya aji mumpung dan memanfaatkan momen yang sedang hits.
Tapi bila kita coba lihat sisi positifnya, lagu-lagu religi itu membuat Ramadan kita jadi lebih bermakna. Kapan lagi kita bisa menemukan banyak lagu-lagu religi yang membuat hati adem di tengah gempuran lagu cinta?
ADVERTISEMENTS
6. “Install aplikasi Qur’an di HP. Paling juga habis puasa diuninstall.” Daripada puasa nggak melakukan apa-apa, mending mana?
Kita nggak perlu mempertanyakan kenapa orang mengomentari kegiatan-kegiatan positif yang kita lakukan selama puasa. Salah satunya sering-sering membaca Qur’an. Karena sekarang teknologi semakin maju, kamu bisa membaca Al-Quran di manapun dan kapanpun, karena aplikasi Al-Quran online yang bisa kamu simpan di saku.
Mereka yang berburuk sangka akan mudah menyimpulkan selesai Ramadan aplikasinya kamu hapus juga. Tapi biarkan saja. Setidaknya, kamu sudah melakukan perbuatan positif di bulan puasa ini. Daripada Ramadan berlalu tanpa kamu melakukan apa-apa?
7. “Mentang-mentang lagi puasa jadi rajin mendengarkan ceramah rohani.” Kalau nggak dimulai hari ini, lalu kapan lagi?
“Mentang-mentang lagi puasa jadi hobi nonton acaranya Mamah Dedeh ya?”
Mungkin sebenarnya selama ini kamu sudah ingin mendengarkan ceramah-ceramah rohani untuk memperkaya pengetahuan religiusmu. Hanya saja karena kegiatan yang terlalu padat dan ini itu membuatmu tak sempat. Bila di bulan puasa ini kegiatanmu sedikit berkurang (kantor pulang lebih awal, kegiatan jalan-jalan juga berkurang), kan lebih baik digunakan untuk menyimak siaran yang bermanfaat. Supaya hatimu nggak kering lagi dan puasamu semakin maksimal juga. Kalau nggak sekarang, kapan lagi?
8. Ssstt… Udah, ibadah di bulan puasa memang banyak cobaan. Nggak perlu mendengar apa kata orang, toh, nggak ada kata terlambat untuk belajar
Bulan Ramadan memang bulan yang istimewa. Meski katanya setan dibelenggu di neraka, tapi beribadah masih banyak juga godaannya. Setan memang tak ada, tapi orang-orang di sekeliling kita dan bahkan diri kita sendiri bisa menjelma menjadi setan-setan baru yang menggoda kita. Sudah, nggak perlu mendengarkan kata-kata orang yang nggak menyenangkan. Nggak ada salahnya kalau kamu baru mulai memperbaiki diri di Ramadan kali ini. Toh, nggak ada kata terlambat untuk mulai berbenah.
Segala sesuatu memang tergantung pada kacamata yang kita kenakan saat memandang. Kesan munafik pada kebiasaan-kebiasaan baru yang terjaid di bulan Ramadan ini terjadi bila kamu selalu memandang masalah dari segi negatif. Padahal bila kita coba pindah ke sisi positifnya, toh tidak ada salahnya juga melakukan hal-hal istimewa dalam hal kebaikan di bulan puasa.
Nggak ada salahnya mulai belajar menjadi pribadi yang lebih relijius saat bulan puasa tiba. Bukankah bulan puasa memang bulan yang istimewa?
Untuk kamu yang sedang memperjuangkan puasa, yang kuat ya puasanya!