Mahasiswa veteran, mahasiswa bangkotan atau mahasiswa angkatan tua adalah beberapa julukan yang sering diberikan untuk mahasiswa semester tingkat atas. Mereka orang-orang yang sudah ‘terbebas’ dari beban tugas kuliah, laporan praktikum, serta ujian semester. Nggak ada lagi namanya masuk kelas pagi, nggak ada lagi persentasi dan gak ada lagi yang namanya TA alias Titip Absen sama teman. Namun, apakah sekarang mereka sudah bahagia bebas dari itu semua?
Tidak, dipastikan tidak sama sekali. Jiwa mereka akan terguncang dengan berbagai pertanyaan-pertanyaan dan permasalahan yang mungkin dirasakan sebagai yang tersulit dalam hidup. Entah baru ngurus judul skrispi atau sudah masuk dalam tahap revisi, bahkan ada juga yang masih mengambil teori lagi. Pastinya akan ada ketakutan dan kekhawatiran tersendiri bagi mahasiswa tingkat akhir menyelesaikan tugas akhirnya. Tapi tenang aja, nggak usah takut. Tuhan pasti bersamamu wahai mahasiswa tingkat akhir.
ADVERTISEMENTS
1. Bingung ngajuin judul skripsi apa. Mantapkan niat dan bulatkan tekad, yakinlah pada ilmu yang sudah kamu timba selama ini!
Salah satu syarat untuk ngajuin skripsi itu, ya judul skripsi. Buat kamu yang akan memasuki pra-skripsi dalam bentuk judul proposal tentu kamu pernah mengalami kebingungan mau kearah mana tujuan skripsimu diarahakan. Keragu-raguan menentukan topik yang cocok sering menghadang. Ketakuan judul skripsimu akan ditolak selalu terbayang.
Percaya diri dan mantapkan hatimu kawan. Percaya saja bahwa topik yang akan ditulis itu memang cocok buat skrispi kamu dan sesuai dengan passion dengan bidang yang kamu timba selama ini. Yakinkan dosen pembimbing kamu untuk menerima judul skrispi itu untuk diteliti, karena memang menarik dan pantas untuk diteliti. Walaupun ada koreksi dari dosen pembimbing nanti, setidaknya kamu sudah ada gambaran untuk menyelesaikan tahap awal.
ADVERTISEMENTS
2. Meski menemui dosen pembimbing itu perjuangan tersendiri, jangan takut atau malu-malu! Memang sudah tugas mereka membimbingmu
Hidup mahasiswa tak pernah lepas dari campur tangan seorang dosen.Dosen pembimbing skripsi salah satunya. Mereka yang dengan sabar memandu kita dari awal penyususnan skripsi sampai pada tahap sidang serta revisi dan memastikan kamu lulus ‘tepat waktu’. Tapi kendala yang paling sering dijumpai mahasiswa menentukan waktu yang tepat bertemu dengan dosen untuk bimbingan, konsultasi dan revisi skripsi.
Ya, begitulah dosen terkadang selalu menghilang saat dibutuhkan dan selalu ada saat “tidak” dibutuhkan. Walaupun seperti itu kamu harus tetap semangat. Jangan putus asa dan terus berusaha. Percayalah ini semua pasti bisa diewati. Buktinya, masih banyak teman-teman yang menemui kendala yang sama, namun bisa lulus tepat waktu juga. Ini cuma masalah usaha semata, yakin’kan diri kamu, aku bisa!!!
ADVERTISEMENTS
3. Jangan menyerah menghadapi skripsi, walaupun harus revisi berkali-kali. Tidak usah patah hati, jadikan saja motivasi tetap semangat dan mulai kerjakan lagi
Mungkin cuma manusia superhero saja yang tidak pernah direvisi saat menulis skrispi. Wajib hukumnya ada revisi dalam skripsi. Coret ini, coret itu. Perbaiki ini, perbaiki itu. Tiada skripsi yang sempurna tanpa ada revisi. Ketika rasa lelah, muak, dan tak yakin pada diri sendiri mulai menghampiri. Ketika kamu cape mengetik ribuan kata dan revisi lagi dan lagi.
Ingat, kamu tak sendirian. Hal sudah pernah dirasakan semua mahasiswa di Indonesia yang wajib mengerjakan skripsi. Jika mereka berhasil melewatinya, bukankah kamu juga bisa? . Tidak ada alasan untuk berpikir bahwa kamu tidak mampu. coba lagi, lagi dan lagi………
ADVERTISEMENTS
4. Skrispi belum selesai dikerjakan, namun pertanyaan-pertanyaan tentang masa depan sudah mulai datang. Fokus pada hari ini dan percaya hari esok pasti lebih baik
“Gimana, Mas? Skripsinya udah sampai mana? Kira-kira kapan wisuda? trus habis ini mau kerja dimana dan kapan nikah”
Kadang, saat masa-masa mengerjakan skripsi sudah terasa melelahkan. Kamu semakin terbebani ketika keluarga, pacar, atau teman menyampaikan pertanyaan seperti di atas.Tak perlu membebani diri sendiri dengan pikiran-pikiran negatif. Tenangkan dirimu dengan cara berpikir positif.
Bertanya mereka bukan berarti ingin membuatmu tertekan. Sebaliknya, mereka yang bertanya adalah orang-orang yang benar-benar peduli denganmu. Justru pertanyaan-pertanyaan mereka yang sebenarnya bisa dijadikan motivasi. Fokus saja pada hari ini dan percayalah esok hari pasti lebih baik.
ADVERTISEMENTS
5. Ingin menyerah dan berhenti, kamu sudah sejauh ini lho. Jika berhenti itu sama saja kamu menyakiti diri sendiri, sedikit lagi kok…
“Ah, sudahlah. Cape, bosan dan nggak tau lagi mau nulis apa”
Ada perasaan sedih, kecewa, bosan, lelah, dan capek saat mengetahui berat banget menjalani hari-hari terkahir sebagai mahasiswa semester akhir. Banyak sekali di fase ini orang-orang mengalami putus asa dan akhirnya menyerah serta kalah dalam perjuangan dalam menghadapi tantangan tugas akhirnya.
Tak ada yang bisa dilakukan kecuali bertahan dengan sisa-sisa kekuatan yang kamu punya. Meski harus berkali-kali revisi dan diminta menambahkan referensi, dan sudah tidak tahu lagi mau nulis apa. Pikirkan bahwa mundur atau berhenti bukanlah opsi yang bisa dipilih. Teruslah melangkah maju dengan perlahan walau terasa berat untuk berjalan. Jika kamu masih belum motivasi lagi, telfon orang tuamu dan minta mereka untuk mendoakan dirimu.
ADVERTISEMENTS
6. Perjuangan jadi mahasiswa marih gelar sarjana memang berat, tapi harus tetap semangat. Ingat, orang tua serta keluarga merindukanmu memakai toga
Meraih gelar sarjana memang bukanlah segalanya dalam hidup, banyak yang bisa sukses meski tak memilikinya. Tapi ingatlah perjalananmu sebagai mahasiswa yang bagai lari maraton, sayang jika tahapan ini tak kamu selesaikan sampai akhir. Jika babak kehidupan ini bisa kamu tutup dengan baik, niscaya itu akan jadi modal perjuangan-perjuangan lain di esok hari. Bukti kalau kamu pernah berjuang dan ketakutan tapi bisa bertahan serta menyelesaikannya.
Pasti ada rintangan dan ketakutan bermunculan begitu dekat garis finish, tapi percayalah kebanyakan itu hanya ada di dalam kepalamu. Di saat-saat terendah dalam hidupmu, ingatlah orang-orang yang kamu cintai. Pikirkan mereka yang menggantungkan harapan di pundakmu dan mengharapkan kesuksesanmu. Ada kedua orang tua, keluarga, teman-teman, dan bahkan pasangan yang ingin melihatmu mengenakan toga wisuda. Mereka yang akan turut berbahagia saat kamu berhasil jadi sarjana dan menambahkan gelar di akhir namamu.
Jadi mahasiswa tingkat akhir memang “sedikit” menakutkan. Demi masa depan, banyak alasan untuk kamu terus melawan. Percayalah ini semua bisa dilewati.