Di usia muda, ada berbagai pertanyaan tentang hidup yang terus bermunculan — tak bisa dilenyapkan. Apakah kita sudah ada di jalur yang benar? Apa yang kita usahakan saat ini sampai kurang tidur berhari-hari memang akan berguna nanti? Akan terbayarkah, atau justru kita sesali?
Di sisi lain, para teman yang seumuran dengan kita selalu terlihat baik-baik saja. Oh, lebih dari baik-baik saja bahkan. Ada yang baru bahagia setelah melahirkan anak pertama. Ada yang sukses menembus tes CPNS dan sekarang sedang menjalani pelatihan di Jakarta. Ada yang baru saja kembali dari traveling ke bagian timur Indonesia. Mereka punya sesuatu. Mereka punya sesuatu yang tidak dimiliki oleh kamu.
Tapi percayalah, di balik fasad teman-teman sejawat yang baik-baik saja, menetap pertanyaan yang sama. Apakah jalur yang mereka ambil sudah paling tepat di antara banyak alternatif yang ada. Apakah jerih payah mereka akan terbayar atau justru sia-sia.
Dan itu tak mengapa. Tak berarti hidupmu atau mereka kurang dari sempurna. Tenanglah, kamu akan baik-baik saja. Ini hanyalah konsekuensi dari menjadi muda.
ADVERTISEMENTS
Di usia muda, mempertanyakan keputusan pribadi bukan berarti kamu tak percaya diri. Ini hanya konsekuensi alami dari memiliki banyak potensi
Salah satu kebingungan yang kerap menghabiskan waktumu adalah apakah yang kamu lakukan sekarang adalah hal yang benar. Apakah yang kamu inginkan sekarang juga akan kamu inginkan di masa depan. Apakah dengan mengusahakan hal ini, cita-citamu akan lebih mudah tergapai. Tapi mempertanyakan hal ini bukan berarti kamu tak yakin pada diri sendiri. Kamu bertanya, justru karena kamu menyadari potensimu di lebih dari satu lini.
Aku daftar ke bank aja kali ya? Tapi kontraknya 4 tahun. Kalau jadi PNS, kayaknya aku bakal bagus juga deh. Atau kerja di swasta? Lebih menantang, cepat berkembangnya. Aduh… yang mana ya?
Andai kamu rendah diri, tak akan ada sesi bertanya dan introspeksi seperti ini. Kamu justru pasrah saja, langsung mengambil penawaran kerja yang datang pertama karena tak yakin akan diterima lagi di mana-mana. Sudah jelas, bukan, bahwa mempertanyakan keputusan adalah tanda bahwa kamu adalah pribadi yang serba bisa?
ADVERTISEMENTS
Ketidakpastian adalah risiko dari usia muda. Justru ini cara selamat dari kebosanan tingkat dewa
Andai segalanya sudah pasti. Andai kita bisa pergi bekerja tiap hari tanpa dibayang-bayangi risiko diminta berhenti. Andai kita bisa mengobrol dengan orangtua tanpa harus bimbang bagaimana meladeni pertanyaan soal pasangan. Andai kita tahu kapan kita akan menjadi ayah atau ibu. Andai ada yang memberi sontekan tentang segala detil yang terjadi di masa depan.
Ah, betapa membosankan.
Ketidakpastian memang tak menghadirkan rasa nyaman. Tapi inilah risiko dari menjadi muda dan dianugerahi banyak pilihan. Kita hanya harus sedikit bersabar. Segala pertanyaan yang kita punya sekarang akan terjawab, pelan-pelan.
ADVERTISEMENTS
Semua anak muda menghadapi kekhawatiran yang sama — sebagian hanya pandai menyembunyikannya. Tenanglah, kamu akan baik-baik saja.
Temanmu yang sebentar lagi menempuh hidup baru? Dia akan kehilangan hidupnya yang lama, dan khawatir bagaimana jika dia merindukannya
Temanmu yang baru saja kembali dari traveling? Tabungannya habis untuk jalan-jalan dan dia cemas karena tak lagi punya cadangan
Temanmu yang mantan mahasiswa berprestasi, yang sibuk ambil job bergengsi sana-sini? Dia merasa bersalah karena tak menghabiskan cukup waktu dengan orangtuanya.
Tenanglah, kalian semua punya kekhawatiran yang sama. Jadi percayalah, kalian akan baik-baik saja. Kecemasan yang kamu hadapi sehari-hari hanyalah buah dari masa muda. Jangan biarkan apapun yang kamu rasakan saat ini membuatmu lupa bahagia.
Lima sampai sepuluh tahun lagi kamu akan tersenyum saat mengingat kembali masa-masa ini. Ketidakpastian adalah risiko terbaik dari menjadi muda.