Halo Bapak dan Ibu? Apa kabar? Semoga Tuhan selalu melindungi Bapak dan Ibu di rumah. Kabarku di perantauan baik-baik saja. Semoga Bapak dan Ibu tak pernah lelah untuk mendoakan saya. Mungkin Bapak dan Ibu sudah menunggu-nunggu kabar dari saya, tentang kapan saya bisa menyandang gelar sarjana dan diwisuda.
Sayangnya, nasib baik memang belum juga berpihak pada anakmu ini. Proses pengerjaan skripsi belum juga bisa diakhiri. Berbagai kesulitan dan permasalahan masih harus saya hadapi. Maafkan saya, mungkin Bapak dan Ibu memang masih harus menunggu.
ADVERTISEMENTS
Anakmu ini bukannya ingin mangkir dari kewajiban. Meski harus susah payah, toh sebenarnya saya masih berjuang.
Bapak dan Ibu, pertama, maafkan saya kalau sampai saat ini belum bisa memberikan undangan wisuda untuk Bapak dan Ibu di rumah. Maafkan saya kalau sampai saat ini, belum bisa mengajak Bapak Ibu di rumah, datang ke upacara kelulusan saya. Maafkan saya, kalau saya belum bisa memberikan senyuman merekah yang ikhlas, khas senyuman orang tua, kala melihat anaknya sukses.
Saya tahu, beribu maaf dari saya, akan selalu bisa engkau maafkan. Dan permintaan maaf ini serasa tak berarti, kalau saya tak bisa segera lulus. Saya paham betul itu. Saya pun di sini, di tempat ini, terus berusaha untuk menyelesaikan segala kewajiban.
ADVERTISEMENTS
Lulus kuliah adalah satu-satunya yang saya ingini. Selain usaha, doa Bapak dan Ibu yang menguatkan saat ini.
Bohong kalau saya tak ingin segera lulus. Bohong kalau saya ingin mengulur-ulur waktu. Bohong kalau saya tak geregetan, dan tak ingin segera menyelesaikan studi. Percayalah, di sini, saya sedang berusaha. Di sini, di tempat yang saya ingin segera saya lewati.
Bapak dan Ibu, saya ingin segera lulus. Bapak dan Ibu pun tahu keinginan itu. Saya tahu, Bapak dan Ibu di rumah akan selalu memberikan doa agar anakmu di sini bisa cepat lulus. Tanpa perlu saya minta pun, Bapak dan Ibu di rumah juga akan selalu memberikan doa untuk saya.
ADVERTISEMENTS
Sebagai anak, saya seringkali merasa tak enak hati. Tak tega rasanya melihat Bapak dan Ibu yang selalu berusaha memaklumi.
Bapak, tak ada niat dariku untuk bermain-main dan melupakan kewajiban sebagai seorang mahasiswa. Tak ada sedikitpun niat itu. Saya berjuang melaksanakan kewajiban itu. Saya pun tak enak hati, kalau terlalu lama lulusnya. Saya tak enak hati karena uang yang Bapak berikan untuk saya kuliah, belum bisa dibalas dengan sebuah ijazah kelulusan. Meskipun saya tahu, Bapak tak akan pernah ungkit-ungkit itu. Tapi tetap saya tak enak hati.
Ibu, tak ada niat saya untuk membuat Ibu sakit hati. Tak ada sedikit pun ingin melihat Ibu terluka karena pertanyaan dari tetangga, “Anakmu sudah lulus, belum?”. Saya pun merasakan sakit yang sama dengan yang Ibu rasakan saat itu. Maafkan saya, masih belum bisa membuat Ibu bangga.
ADVERTISEMENTS
Membuat orang tua bahagia menjadi harapan utama. Saya janjikan gelar sarjana akan disandang segera.
Bapak dan Ibu, saya juga ingin lulus. Ada impian di depan sana, yang ingin saya rengkuh. Ada cita-cita yang ingin saya capai. Dan yang paling penting, ada keinginan saya untuk membuat Bapak dan Ibu bahagia.
Saya juga ingin, melihat Bapak dan Ibu dengan bangga memperkenalkan saya ke rekan kerja dan tetangga. “Ini lho anakku. Sudah lulus kuliah.” Saya merinding mendengarnya. Membayangkannya saja saya tak sudah tersenyum.
Saya juga ingin membalas kebaikan Bapak dan Ibu selama ini. Meskipun saya tahu, kebaikan Bapak dan Ibu, tak akan bisa dibalas dengan uang segunung ataupun istana megah sekalipun. Tapi, saya ingin membalasnya dengan memberikan kasih sayang yang bakal mengobati luka.
Tapi kembali, maafkan saya. Bapak dan Ibu harus menunggu lagi, lagi, dan lagi. Tapi percayalah, Bapak dan Ibu tak akan menunggu lama lagi. Bapak dan Ibu hanya perlu menunggu sedikit lagi. Sampai akhirnya, saya bisa memberikan undangan wisuda untuk Bapak dan Ibu di rumah.
Bapak dan Ibu, saya sayang kalian. Saya doakan, Bapak dan Ibu di rumah selalu sehat dan dalam lindungan Tuhan. Agar Bapak dan Ibu bisa mendampingi saya ketika hari bahagia nanti. Saya akan lulus di waktu yang tepat. Sebentar lagi, saya berjanji.