Dewasa ini, hampir setiap cewek ingin sekali terlihat cantik secara penampilan. Sedangkan aspek lain dari dirinya, seperti karakter, kecerdasan, bahkan kepekaan sosial yang sebenarnya lebih dibutuhkan untuk membentuk kecantikan justru dikesampingkan. Tapi di tengah kondisi yang seperti itu, sebenarnya masih ada kok cewek-cewek cantik yang juga berkarakter kuat dan punya impian untuk memberikan perubahan ke lingkungannya. Setidaknya mereka bisa menjadi inspirasi kepada kamu juga cewek lainnya, kalau cantik itu tak hanya paras tapi juga hatinya.
Dan lewat Program Putri Sulamit yang digagas oleh Lisa Sanusi dan Yohana Limarno, ketujuh cewek ini dibina dan didukung sepenuhnya untuk merealisasikan program yang mereka ciptakan sendiri. Program Putri Sulamit ini sendiri bukan seperti kontes kecantikan pada umumnya. Sebab ketujuh cewek ini tidak dicari melalui pendaftaran dan ikut berkompetisi untuk memperebutkan siapa yang paling baik. Tapi mereka memang sengaja dicari melalui informasi yang dihimpun di setiap daerah. Lalu setelah terpilih ketujuhnya menjalani karantina untuk dibimbing dalam mewujudkan programnya masing-masing.
Penasaran seperti apa saja sosok cewek-cewek yang tak hanya cantik, tapi juga “Berarti Lewat Hati”? Semoga menginspirasi ya!
ADVERTISEMENTS
1. Lewat proyek Deaf Talk, Gektri dari Bali mengajak kita lebih bisa membuka diri dan menghargai kaum tuna rungu atau tuli
Keteguhan hati adalah kunci meraih mimpi
Dari prinsip itulah A. A. Istri Putri Dwi Jayanti alias Gektri memberanikan diri untuk menggagas program Deaf Talk yang bertujuan untuk mengangkat kesetaraan kamu tuli atau tuna rungu dalam masyarakat. Dimana ide program ini tercetus atas rasa iba karena kaum tuli menjadi kamu minoritas dalam berbicara. Apalagi kakak angkat Gektri sendiri seorang tuna rungu. Gektri tak hanya merasakan bagaimana menghadapi mereka, tapi juga kesulitan yang dialami oleh kaum tuli.
Sampai akhirnya cewek berusia 20 yang juga anak komunikasi ini berusaha memotivasi serta memfasilitasi kaum tuli di Bali untuk mengenalkan diri serta budaya mereka ke kaum dengar. Mengingat para kaum tuli ini juga punya mimpi atau cita-cita yang sangat besar. Mereka juga sebenarnya orang-orang yang ramah dan baik, hanya saja perbedaan cara berkomunikasi sering membuat mereka dianggap sombong oleh masyarakat.
ADVERTISEMENTS
2. Tak hanya peduli dengan kecantikan dirinya, Yunita dari Papua pun peduli dengan kelestarian lingkungan dan wisata daerahnya
Cantik itu bukan hanya kulit yang putih mulus atau rambut yang lurus tergerai. Tapi cantik pun seperti Yuanita Alanda Monim, cewek asli Sentani Papua berumur 19 tahun ini, yang dengan berani menceburkan diri pada kegiatan-kegiatan sosial yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan dan pariwisata. Seperti tahun 2015 lalu, Yuanita sendiri terpilih sebagai Duta Generasi Berencana, kemudian di tahun 2016 sebagai Duta Wisata Indonesia – Papua, dan di tahun 2017 ini dia terpilih sebagai salah satu Putri Sulamit.
Sebagai Putri Sulamit sendiri, Yuanita masih menunjukkan konsistensinya, dengan mengusung proyek PokDarLing dan PokDarWis yang bertujuan untuk membangkitkan kepedulian anak muda dalam gerakan pelestarian lingkungan dan pariwisata. Setidaknya Yuanita juga ingin anak muda di Papua tak lagi mengikuti budaya pernikahan dini serta terjerumus dalam pergaulan berisiko.
ADVERTISEMENTS
3. Akwilina seorang penari dari Ngabang yang ingin anak muda sadar dengan kebudayaan Indonesia salah satunya lewat tari tradisional
Akwilina Jeni, Putri Sulamit termuda berusia 17 tahun dan masih duduk di bangku SMA. Tapi biarpun muda, kamu tak bisa menyepelekan cewek asal Ngabang Kalimantan Barat ini. Akwilina yang memiliki bakat sebagai penari pun ingin mengajak generasi muda sadar dengan kebudayaan yang dimiliki Indonesia. Lewat proyek “Menari Luar Biasa” Akwilina juga ingin menari sembari menayomi anak-anak berkebutuhan khusus.
ADVERTISEMENTS
4. Karena dari tubuh yang sehat akan tercipta individu yang hebat, dan Nisha dari Surakarta ingin menyadarkan kembali hal ini ke masyarakat
Menjadi Putri Solo 2015 tak membuat Nishada Warih Segara Muncar berhenti mengukir prestasi. Terbukti dengan terpilihnya kembali Nisha menjadi Putri Sulamit 2017. Cewek berusia 21 tahun ini berharap bisa menyadarkan masyarakat akan pentingnya kesehatan lewat proyek sosialnya “Kecantikan yang Mengalir”. Setidaknya masyarakat khususnya anak muda paham bagaimana pola hidup sehat. Toh generasi yang hebat akan muncul dari jiwa-jiwa serta tubuh yang sehat.
ADVERTISEMENTS
5. Tak hanya memotivasi, Trya asal Manado pun berusaha memfasilitasi mereka untuk bisa mendapat ilmu atau pendidikan yang layak
Dibesarkan dari keluarga broken home tak membuat Trya Dinity Malensang terjerumus dalam pergaulan yang salah. Kondisi keluarganya justru membuat Trya lebih semangat untuk mengangkat martabat dirinya juga keluarganya. Cewek 20 tahun asal Manado ini pun tergerak untuk berkontribusi dalam Tim Kolintang dalam perekrutan Nyong dan Noni Sumatra Utara. Tim Kolintang sendiri bertugas untuk melestarikan alat musik tradisional kolintang dari Sulawesi Utara.
Sementara proyek sosial yang Trya usung dalam Putri Sulamit ini bernama “Pasar Pustaka” yang bertujuan untuk membantu anak-anak pasar mendapatkan ilmu pengetahuan atau pendidikan yang layak. Mengingat pendidikan ini hal penting untuk kemajuan generasi selanjutnya.
ADVERTISEMENTS
6. Duma asal Medan yang tak hanya berjuang untuk mengangkat derajat dirinya, tapi juga ingin wanita lain pun mengikuti jejaknya
Menjadi anak penjual sayur tak membuat Duma Mariana Simanjuntak asal Medan berputus asa. Duma justru gigih menunjukkan kemampuannya pada orang-orang, kalau seorang anak penjual sayur yang sempat bekerja sebagai cleaning service pun mampu melanjutkan kuliah dan mengukir prestasi.
Segala omongan yang tak menyenangkan berusaha dia kesampingkan. Bekerja keras demi mengumpulkan biaya kuliah Duma lakoni tanpa pernah mengeluh. Sampai akhirnya Duma mendapat kesempatan untuk menjadi inspirasi bagi cewek lainnya lewat Proyek “Beauty Express” di Program Putri Sulamit ini. Duma ingin wanita Indonesia bisa terus gigih memperjuangkan mimpinya dalam kondisi apapun.
7. Berbagi tak perlu muluk-muluk seperti yang dilakukan Poppy asal Banten dengan proyek hijab berbaginya
Mungkin di mata orang, guru Sekolah Dasar bukanlah profesi yang wah. Tapi Poppy Indrawati Safitri asal Serang Banten mematahkan segala stereotip tersebut. Dengan berbekal keinginan untuk berbagi yang kuat, Poppy pun menggagas proyek sosial “Hijab Berbagi”. Proyek sederhana, dimana Poppy mengajak mahasiswi yang ada di Serang untuk berbagi hijab yang mereka miliki. Hijab-hijab ini akan dijual kembali, yang hasil penjualannya akan disumbangkan ke tempat-tempat ibadah yang ada di Serang.
Setidaknya para Putri Sulamit ini bisa menjadi teladan untuk wanita di Indonesia untuk terus mengembangkan potensi diri dan kecantikan yang tak hanya dari parasnya saja. Karena dengan begitu, mereka bisa benar-benar menjadi generasi yang berguna bagi bangsa dan negara.