Hypochondria sering disebut sebagai ‘health anxiety’, yaitu kekhawatiran berlebihan bahwa kamu mengidab penyakit yang mematikan. Seorang Hypochondriac selalu memonitor kesehatannya sendiri secara berlebihan. Sedikit sakit yang dia rasakan di bagian tubuh sudah membuatnya terkena serangan panik karena yakin dia mengidap penyakit serius nan mematikan.
Dalam dunia medis, Hypochondria termasuk salah satu dari penyakit mental yang menyebabkan kegelisahan. Seoirang pengidap Hypochondria memiliki daya kreatif yang luar biasa untuk menganalisa apa-apa yang terjadi di tubuhnya. Hal baik? Tentu bukan. Karena bagaimanapun kamu bukan dokter yang bisa mendiagnosa penyakitmu sendiri.
Nah, untuk kamu yang sering merasa parno dengan kondisi tubuhmu, coba cek dulu beberapa tanda-tanda Hypochondria ini. Karena terkadang, sakit yang kamu rasa itu hanya ada dalam pikiranmu saja.
1. Cuaca yang berubah-ubah, teman yang sakit flu, membuatmu ketakutan setengah mati. Kamu yakin, kamu akan segera sakit juga
Inti dari Hypochondria adalah kekhawatiran berlebihan terhadap kesehatan. Teman sekantor terkena flu, sudah membuatmu insecure abis. Lalu diam-diam kamu akan membeli obat flu untuk siap-siap karena yakin kamu akan segera tertular. Cuaca yang buruk, angkutan umum yang kotor bagaikan mimpi buruk bagimu. Kamu tahu bahwa penyakit akan menyerang saat kamu lengah. Karena itu, kamu selalu waspada dan tidak mau sempai lengah. Kewaspadaan super itu terkadang membuatmu merasa ada yang salah dengan dirimu (padahal tidak).
2. Kalau sedang konek internet, kamu bukannya main media sosial, tapi justru googling tentang penyakit-penyakit menyeramkan untuk melihat apakah kamu punya gejalanya atau tidak
Apakah kamu punya situs kesehatan favorit yang selalu kamu kunjungi saat berselancar di dunia maya? Apakah kamu terobsesi dengan acara-acara kesehatan di radio atau televise? Seorang yang mengidap Hypochondria selalu paranoid dengan kesehatan, namun dia juga punya hobi googling tentang penyakit-penyakit seram untuk melihat apakah dia punya gejalanya atau tidak. Nggak heran, kamu pun hafal dengan gejala-gejala kanker, penyakit jantung, TBC, Tifus, sampai HIV. Hingga akhirnya, kamu yakin bahwa kamu mengidap salah satunya hanya karena kamu punya satu gejala yang sama.
3. Pusing seharian bisa membuatmu yakin bahwa kamu kena kanker otak, dan sesak nafas sedikit sudah membuatmu merasa akan terkena serangan jantung
“Duh, kenapa malam-malam keringetan begini…ah! Pasti jantung! Pasti! Astaga, aku sakit jantung!”
“Perutku sakit bangeeett…ya ampun! Bukan kanker rahim kaan?”
Mengenali diri sendiri memang perlu. Jadi, ketika ada sesuatu yang terasa salah, kamu bisa segera menyadarinya. Merasakan sakit dan tidak enak badan sesekali itu wajar, namun seorang Hypochondriac akan langsung berasumsi yang terburuk. Sakit kepala, sakit perut, mual, sakit punggung, dan insomnia adalah hal-hal yang bila terjadi sesekali tidak masalah. Hal itu terjadi karena memang fungsi tubuh terkadang terganggu terkait dengan perubahan hormon. Namun bila kamu langsung berpikir bahwa kamu mengidap penyakit serius dan akan mati sebentar lagi, jelas, kamu Hypochondriac.
4. Kamu merasa perlu segera kedokter pada setiap sakit yang kamu rasa, meski hanya pusing sekalipun. Dan saat dokter bilang kamu baik-baik saja, seringnya kamu tak percaya
Ketika kamu merasa tidak enak badan, kamu akan selalu kepikiran. Dalam benakmu sudah berderet list kemungkinan penyakit seram yang mungkin menyerang. Jangan-jangan jantung, jangan-jangan gejala stroke, jangan-jangan kanker, jangan-jangan HIV! Karena itu, kamu selalu tidak kuasa menahan diri untuk periksa ke dokter. Kamu takut terlambat dan nyawamu tidak selamat. Anehnya, ketika akhirnya kamu bertemu dokter, diperiksa dengan seksama, dan dokter bilang kamu baik-baik saja, kamu tidak percaya.
5. Satu dokter saja tak cukup untuk meyakinkan bahwa kamu baik-baik saja. Kamu selalu mencari opini kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya
Meski dokter mengatakan kamu sehat-sehat saja, kamu masih merasa tubuhmu ada yang salah. Karena itu, kamu tidak berhenti di satu dokter saja untuk memastikan semuanya. Kamu mencari opini kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya, sampai kamu menemukan dokter yang berpendapat sama denganmu. Duh, jadi bingung ya, di sini yang dokter siapa. Akibatnya, terlalu banyak obat kimia yang masuk ke dalam tubuhmu. Padahal mungkin sebenarnya tidak perlu.
6. Selain KTP dan ATM, Dompetmu penuh dengan berbagai kartu member rumah sakit dan apotik.
Jika orang lain shopping ke mall, kamu shopping ke rumah sakit. Hal itu bisa dibuktikan dari berapa banyak kartu kesehatan dan member rumah sakit yang kamu simpan di dompet. Rasa kekhawatiran berlebihan tentang kesehatan, keraguan pada pendapat dokter, dan hobi mencari banyak opini kesehatan dari dokter yang berbeda membuat kartu kesehatan di dompetmu semakin banyak. Berjaga-jaga bagus juga, namun kalau berlebihan justru bisa berbahaya.
7. Berita mengenai sebuah penyakit baru yang mewabah adalah mimpi buruk bagimu. Kamu akan kepikiran sepanjang hari dan mulai merasa bahwa kamu mengidapnya juga
“Ra, makan yuk?”
“Nggak ah. Aku bikin mie rebus sendiri aja.”
“Lho, kenapa? Kamu harus makan nasi.”
“Kamu nggak lihat berita? Hepatitis B mewabah di sebuah SMA di Depok. Kamu nggak takut kena? Ah, aku nggak mau makan di luar dulu sementara ini. Hepatitis B kan menularnya gampang banget!”
Berita tentang wabah penyakit ataupun penyakit baru yang mengerikan dan membuat banyak orang tidak selamat, menjadi teror berlebihan untuk dirimu. Kamu jadi parno ke mana-mana. Kamu takut keluar rumah, takut makan makanan yang tidak kamu masak sendiri. Dan tentu saja, kamu akan melihat gejala-gejalanya, serta shock setengah mati ketika merasa kamu punya satu gejala yang sama. Padahal tadinya kamu sehat-sehat saja.
Meski tidak ada salahnya peduli pada kesehatan diri sendiri, lakukan seperlunya saja. Banyak dampak buruk yang justru akan kamu dapatkan akibat dari Hypochondria. Orang-orang akan mulai menganggapmu lebay dan membesar-besarkan masalah. Akibatnya kelak, kekhawatiranmu tidak akan diseriusi lagi. Belum lagi banyaknya biaya rumah sakit dan dokter yang kamu keluarkan untuk memuaskan hasratmu. Efek terburuknya tentu saja bila apa-apa yang kamu takutkan itu menjadi kenyataan. Kesehatan mental sangat berpengaruh pada kesehatan fisikmu. Stress dan ketakutan yang kamu rasakan itu bisa membawa dampak buruk juga untuk fisikmu.
Kalaupun kamu benar-benar sakit, menjaga pikiran untuk tetap positif tentu akan membuatmu lebih cepat sembuh daripada terus-terusan memikirkan kemungkinan terburuk.
Bila Hypochondria masih ringan, kamu bisa mengontrolnya sendiri dengan beberapa cara. Pertama, menjaga kesehatan dengan hal-hal basic seperti makanan sehat dan olahraga teratur bisa menjadi solusi. Kedua, karena kamu bukan dokter, jangan mencoba-coba untuk mendiagnosa dirimu sendiri. Bila memang perlu, periksa ke dokter dan melakukan medical check up juga boleh. Ketiga, kamu harus tahu bahwa kamu seorang Hypochondriac, sehingga, alih-alih browsing tentang penyakit seram di internet, kamu bisa mencari tahu apa saja yang bisa kamu lakukan untuk mengontrol ketakutanmu. Keempat, untuk mengurangi waktu luang yang bisa kamu lakukan untuk menebak-nebak penyakitmu, kamu bisa menyibukkan diri sendiri dengan berbagai kegiatan positif. Namun bila Hypochondria sudah terlalu parah, menemui psikolog adalah solusi yang terbaik, karena mungkin kamu membutuhkan terapi.
Khawatir pada kesehatan sendiri adalah hal yang baik, bila dilakukan secara wajar. Dengan begitu, kamu akan lebih perhatian dan menjaga kesehatanmu sendiri. Namun bila kekhawatiran itu berlebihan, dan menjadikan yang tidak ada seolah-olah ada, itu juga bisa berbahaya. Kanker, jantung koroner, TBC, HIV itu mungkin tidak ada dalam tubuhmu. Namun justru Hypochondria itulah yang menjadi penyakitmu.