Sangat manusiawi jika kita tidak ingin dibilang salah. Jika ada orang yang menangkap basah – apalagi kalau di depan orang banyak – rasanya sungguh memalukan. Karena itu, di hadapan teman-teman kita selalu berusaha terlihat benar. Sadar atau tidak, kita ingin terlihat pintar di depan mereka.
Keinginan untuk terlihat pintar sebenarnya wajar. Namun, akan jadi masalah jika ini membuat kita ngotot ingin jadi yang paling benar dan paling didengarkan. Sikapmu yang ngotot bisa membuat teman-temanmu bad mood dan memilih menyingkir dari diskusi. Kamu ditinggal sendiri, deh.
Menjadi yang paling benar di antara teman-teman bukan segalanya di dunia. Justru sebenarnya, ada beberapa kualitas yang jauh lebih penting daripada menjadi benar. Kualitas apa saja sih?
ADVERTISEMENTS
1. Setiap manusia perlu punya pemikiran terbuka, yang membuat orang-orang merasa dihargai — terlepas dari apa yang mereka percaya
Kita tak selalu bisa sependapat dengan opini orang lain. Tapi kalau kamu menemukan dirimu kesulitan menerima pendapat temanmu, minimal hargailah hak temanmu itu untuk memercayai sesuatu.
Penting bagimu untuk mendengarkan dulu pendapat-pendapat orang di sekitarmu. Jika kamu merasa tidak sependapat, jangan buru-buru menyangkal atau memotong kalimatnya. Dengan begitu, diskusimu dengan orang lain bisa berjalan dengan baik dan sehat.
Selain itu, mendengarkan pendapat orang lain terlebih dahulu bisa membuat pemikiranmu jadi terbuka lebih lebar lagi. Cara pandangmu terhadap persoalan yang sedang kamu diskusikan bisa saja tiba-tiba jadi berubah. Bisa berpikiran terbuka adalah suatu kemewahan, loh.
ADVERTISEMENTS
2. Sifat sabar mungkin tak selalu mampu membuatmu menang. Namun setidaknya, kesabaran menjadikan hatimu tenang di tengah sengitnya perdebatan.
Sabar dan mengesampingkan ego adalah hal yang penting kita lakukan, demi kenyamanan orang lain dan diri sendiri. Kita harus sedikit lebih sabar untuk mengungkapkan pendapat-pendapat kita kepada orang lain. Terkadang secara nggak sadar keegoisan kita tiba-tiba muncul ketika kita sedang berusaha menyampaikan pendapat kita pada orang lain. Pada akhirnya kita malah memaksa orang lain untuk menerima dan setuju dengan pendapat kita.
Kesabaran dalam menyampaikan pendapat bisa membuat kita menjadi lebih merasa bebas dalam mengutarakan ide-ide dan pendapat kita. Kita juga bisa jadi lebih obyektif dalam menilai pendapat kita dan orang lain.
ADVERTISEMENTS
3. Sikap rendah hati menjadikanmu istimewa. Banyak orang pintar di dunia, namun yang rendah hati masih terlalu sedikit jumlahnya.
Ketika kita selalu ingin menjadi orang yang paling benar di antara yang lain, itu cukup menandakan bahwa kita bukanlah orang yang rendah hati. Padahal, di dunia ini orang yang pintar itu banyak. Tapi yang rendah hati? Masih terlalu sedikit jumlahnya.
Kita juga harus belajar untuk ikhlas ketika orang lain mengatakan pendapat kita tidak benar. Renungi alasan dia mengatakan hal seperti itu. Nggak perlu ngotot untuk menunjukkan pada mereka bahwa kitalah yang benar. Ini nggak berarti kita mengorbankan kebenaran yang udah kita yakini, ini artinya kita tahu bagaimana seharusnya berperilaku dalam kehidupan sosial. Bersikap rendah hati dan saling toleransi pada sesama manusia adalah hal yang nggak boleh kita lupakan.
ADVERTISEMENTS
4. Daripada terus sakit hati dan merasa dipermalukan, lebih baik bersikap memaafkan
Keegoisan untuk jadi orang yang paling benar bisa berdampak pada merenggangnya hubungan kita dengan orang-orang terdekat. Bayangkan kamu berkonflik dengan mereka, dimana kamu tidak mau mengkompromikan posisimu. Yang akan lakukan kemudian adalah berusaha membuktikan bahwa sebenarnya mereka yang bersalah. Ini akan membuat mereka merasa tersudutkan dan ujung-ujungnya hanya memperkeruh situasi.
Untuk menghindari hal semacam ini, kita harus segera sadar akan pentingnya saling memaafkan. Untuk apa kita mengorbankan hubungan dengan orang-orang yang kita sayangi hanya demi ingin dianggap benar? Meskipun pada nyatanya memang kamu yang benar, kamu harus bisa berbesar hati untuk memaafkan dan menerimanya. Menjaga dan menjalin hubungan baik dengan orang-orang sekitar itu jauh lebih penting dan bermakna, ‘kan?
ADVERTISEMENTS
5. Mustahil untuk menjadi benar setiap waktu. Lebih baik berusaha menjadi baik hati setiap waktu.
Tanpa kita sadari, kita seringkali terperangkap dalam obsesi kita sendiri untuk bisa menjadi orang yang selalu benar di mata orang lain. Hati dan pikiran kita jadi terbutakan karena kita terlalu takut untuk disalahkan oleh orang lain.
Karena obsesi kita itu, kita bahkan bisa melakukan hal-hal buruk yang seharusnya nggak kita lakukan. Padahal, menjadi benar itu belum tentu bisa membawa hidup kita menuju kebahagiaan dan ketenangan, tapi berbuat baik kepada orang lainlah yang bisa membuat kita merasakan kebahagiaan. Ketika kita diberi pilihan antara yang benar atau berbaik hati, pilihlah jadi berbaik hati.
Nah, semoga dengan ini kita bisa ingat lagi bahwa menjadi paling benar bukanlah nggak selalu jadi hal yang paling mulia. Sebelum kita bersikeras membela pendapat kita, pertimbangkanlah pentingnya hal-hal yang sudah di sebutkan di atas tadi!