Bagi sebagian orang, kalimat “aku cinta Indonesia” mungkin tak lebih dari slogan saja. Sekadar ditulis sebagai pelengkap, saat ada event-event yang digelar untuk menggalakkan rasa bangga pada tanah air tercinta.
Namun bagi sebagian orang lainnya, kalimat “aku cinta Indonesia” nyatanya bukan sekadar slogan belaka. Ungkapan dan perkataan itu justru diikuti sikap dan aksi yang nyata. Uniknya, orang-orang ini bahkan bukan orang asli Indonesia alias orang asing lho!
Nah, penasaran gimana pengabdian dan kontribusi mereka di negara kita? Jika dibanding perjuangan mereka, yakin kamu masih berani ngaku cinta Indonesia?
ADVERTISEMENTS
1. Robin Lim adalah pahlawan bagi para ibu melahirkan. Mengabdi lebih dari 20 tahun di Indonesia sebagai bidan, dia memilih membantu mereka yang kekurangan.
“Menyelamatkan satu bayi adalah menyelamatkan dunia. Kita bisa mengubah dunia hanya dengan kelahiran satu bayi sehat.”
Beliau memang bukan orang Indonesia asli, tapi dedikasinya pada tanah air tak perlu diragukan lagi. Ya, Robin Lim adalah bidan berkewarganegaan Amerika yang punya kepedulian besar terhadap perempuan-perempuan miskin yang melahirkan di Indonesia.
Memiliki klinik kesehatan bernama Yayasan Bumi Sehat di Bali sejak tahun 2006, Robin Lim menawarkan pelayanan persalinan dan perawatan setelah melahirkan secara gratis bagi warga yang tidak mampu. Berkat dedikasi dan pengabdiannya, Robin Lim pernah mendapatkan berbagai gelar kemanusiaan, salah satunya adalah Hero 2011 dari CNN.
ADVERTISEMENTS
2. Memilih meninggalkan tanah kelahiran, Aurelien Brule justru menetap di Indonesia. Dia berjuang demi nasib primata di hutan Sumatera dan Kalimantan.
Aurelien Brule tidak butuh waktu panjang untuk berpikir sebelum akhirnya memutuskan menetap di Indonesia. Pria yang akrab disapa Chanee ini konon sudah jatuh cinta dengan Indonesia sejak usia 19 tahun. Alasannya, lantaran Indonesia adalah tempat tinggal primata-primata yang dicintainya.
Datang ke Indonesia di tahun 1998, Chanee yang berasal dari Perancis mantap untuk menetap di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Di sana, Chanee fokus untuk bekerja menyelamatkan primata-primata liar. Chanee mendirikan Yayasan Kalawit Gibbon dan Program Konversi Siamang, dia pula yang mendirikan Radio Kalaweit pada tahun 2003 dengan misi mengajak masyarakat untuk ikut serta menjaga primata dan habitatnya.
ADVERTISEMENTS
3. Prihatin melihat tanah Sumba yang dilanda kekeringan, Andre Graff memilih datang ke Indonesia dan segera turun tangan.
Siapapun yang mendengar kisahnya pasti akan kagum. Andre Graff, pria asal Perancis yang mantap meninggalkan negaranya dan kini menetap di Indonesia. Graff bukanlah orang asing atau bule biasanya, lantaran kedatangannya ke Indonesia ternyata membawa misi yang mulia.
Ya, pernah datang ke Sumba dan daerah-daerah di wilayah Timur Indonesia, Graff merasa prihatin lantaran banyak daerah yang seringkali dilanda kekeringan. Kesulitan mendapat pasokan air bersih membuat masyarakat di beberapa daerah tersebut menderita. Merasa tidak tega, Graff yang sebelumnya berprofesi sebagai pilot balon gas itu pun berinisiatif untuk membuat kelompok-kelompok penggali sumur di Sumba. Kabarnya, sumur pertama yang dahulu digali Graff dapat dimanfaatkan lebih dari 180 kepala keluarga lho!
ADVERTISEMENTS
4. Banyaknya anjing dan kucing terlantar membuatnya iba. Karin Franken mendirikan Jakarta Animal Aid Network untuk menyelamatkan mereka.
Karin Franken adalah perempuan asal Belanda yang akhirnya menikah dengan orang Indonesia. Menetap lebih dari 20 tahun di Jakarta, Karin aktif terlibat dalam berbagai kegiatan penyelamatan anjing dan kucing terlantar. Perempuan cantik ini pula yang kemudian mendirikan Jakarta Animal Aid Network (JAAN) di Kemang, Jakarta Selatan.
Selain aktif berburu kucing dan anjing terlantar, serta memberikan mereka tempat tinggal yang layak. Karin bersama JAAN juga melakukan sosialisasi tentang perdagangan hewan yang dilindungi, termasuk kampanye larangan konsumsi daging anjing. Karin juga mendirikan klinik yang khusus fokus pada program sterilisasi binatang untuk membantu masyarakat agar lebih peduli dan bertanggung jawab pada hewan peliharaannya.
ADVERTISEMENTS
5. Ketikan generasi muda kita semakin berkiblat pada budaya asing, Elizabeth Karen Sekar Arum justru tertarik belajar ‘nyinden’ dan menggeluti seni tradisional Jawa.
Orang asing yang menetap di Indonesia memang lama kelamaan bisa fasih berbahasa Indonesia. Uniknya, wanita kelahiran Chicago bernama Elizabeth Karen ini justru semakin lihai berbahasa Jawa. Bahkan saking cintanya dengan seni tradisional Jawa, Karena pun fokus untuk belajar ‘nyinden’ lho!
Sebagai orang Amerika yang dahulu melancong ke Indonesia, Karena mengaku sangat tertarik dengan budaya Indonesia khususnya Jawa. Karen mengaku gemar menonton beragam event seni tradisional Jawa hingga akhirnya dia jatuh cinta pada profesi sinden yang merupakan bagian dari pertunjukkan wayang kulit. Karen pun akhirnya menetap di Indonesia dan menjadi istri seorang dalang. Tampil sebagai sinden namun dengan wajah bulenya tentu membuat banyak orang merasa kagum.
“Tidak ada yang melarang jika orang suka musik rock atau dangdut. Tapi, jangan lupakan seni tradisional sendiri.”
ADVERTISEMENTS
6. Memungut sampah jadi aktivitas Gavin Birch sehari-hari, semata-mata demi rasa cintanya pada Pantai Senggigi.
Lahir di Selandia Baru dan besar di Australia, namun Gavin Birch akhirnya menghabiskan masa tuanya di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Uniknya, Gavin memilih menghabiskan waktu sehari-harinya untuk mengumpulkan sampah di Pantai Senggigi. Setiap pagi tepat pukul 6, dia akan mengambil sampah ke rumah tetangga-tetangganya, lalu membersihkan jalanan sejauh 2 kilometer.
“Saya sering kali dicemooh dan dikira gila karena pekerjaan saya ngurus sampah dan kotoran saja. Tapi ya tidak apa-apa.”
Bukan tanpa alasan, apa yang dilakukan semata-mata karena rasa cintanya pada Lombok dan Pantai Senggigi. Dibantu anaknya, Gavin mendaur ulang sampah dan membuat pupuk kompos yang kemudian dibagikan pada yang membutuhkan. Selain itu, Gavin pun aktif memberikan penyuluhan tentang kebersihan lingkungan di Lombok, baik pada wisatawan asing maupun warga lokal. Sayangnya, pahlawan kebersihan dikabarkan sudah meninggal beberapa waktu lalu.
7. Rasa cinta memang harus dibuktikan. Itulah yang dilakukan Annette Horschmann pada Danau Toba yang ada di Medan.
Berasal dari negara Jerman, wanita bernama Annette Horschmann mengaku sudah jatuh cinta pada keindahan Danau Toba. Satu hal yang membuat dia kecewa adalah lantaran banyaknya sampah di kawasan Danau Toba. Annette pun berusaha untuk melakukan aksi nyata. Sambil terus belajar tentang bahasa dan budaya Batak, dia aktif melakukan kegiatan bersih-bersih danau.
Annette mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk lebih perhatian pada kawasan Danau Toba, tidak membuang sampah sembarangan, dan mengurangi banyaknya eceng gondok yang mengganggu debit air di danau. Perjuangan Annette memang tidak hanya setengah-setengah, dia terus vokal berkampanye tentang kebersihan kawasan Danau Toba.
8. Profesi sebagai pengacara di Spanyol rela ditinggalkan. Jatuh cinta pada tanah air kita, Carlos Ferrandiz membangun sekolah dan mengajar anak-anak miskin di Sumbawa.
Indonesia memang negara pilihan yang memiliki beragam destinasi wisata. Tidak heran jika dahulu Carlos Ferrandiz terbang dari Spanyol menuju Bali. Kesenangan bertualang mengantarkan Carlos untuk menjelajahi berbagai daerah di Indonesia. Namun, hal itu yang akhirnya membuat dia menyadari betapa kurangnya fasilitas pendidikan di negara kita.
Awalnya, Carlos yang punya hobi surfing ini hanya iseng untuk mengajar anak-anak dan mengenalkan bahasa Inggris. Lama kelamaan aktivitas itu pun jadi bagian dalam kehidupannya sehari-hari. Carlos yang begitu mencintai pekerjaan barunya pun memilih untuk menetap di Sumbawa dan mendirikan sebuah yayasan yang fokus memfasilitasi kebutuhan pendidikan bagi anak-anak yang tidak mampu.
“Melihat anak-anak yang ingin belajar, saya memutuskan untuk mengubah hidup demi membantu mereka.”
Nah, gimana? Jika mereka sudah menunjukkan rasa cintanya pada negara kita, kalau kamu kira-kira mau berbuat apa? 🙂
Gambar andalan diambil dari sini.