“Respect yourself enough to move away from anything that no longer serves you, grows you, or makes you happy.”
Potongan quote bijak itu bertebaran di linimasa media sosialmu. Beberapa orang membagikannya, bahkan menambahkan kata-kata penyemangat versi mereka sendiri demi menguatkan hati. Pergi, memang bukan hal yang mudah untuk dijalani. Terlebih jika rasa nyaman dan faktor kebiasaan ada dalam ekuasi.
Saat ini kamu pun sedang ada dalam fase yang sama. Semua yang sudah kalian lalui bersama membuatmu merasa tak mungkin bisa lepas darinya. Kamu terlalu terbiasa dengan rengkuhannya di pinggangmu, candaan ringannya yang sedikit melonggarkan keteganganmu, sampai suara rendahnya saat menggumamkan lagu. Dia sudah jadi poros duniamu.
Tapi belakangan tanganmu sudah terlalu handal memeluk dan mengusap air mata sendiri. Dia yang diharapkan bisa memenuhi hati ternyata tak bisa diharapkan mendampingi.
Jika sudah begini, bukankah kamu lebih baik pergi?
ADVERTISEMENTS
Memutuskan pergi membuat rasa sepi menghujam tanpa permisi. Tapi bertahan justru menjadikanmu pesakitan lebih lama lagi
Tidak banyak yang bisa dijanjikan semesta setelah kata pergi menguar ke udara. Kamu jelas akan limbung sementara. Merasa jadi orang dengan hati paling kosong di dunia.
Akan ada malam-malam sepi saat kamu terbangun jam 2 dini hari, merasa kosong sampai ke ulu hati, kemudian membenamkan muka ke bantal agar suara tangismu tidak perlu didengar orang di kanan-kiri. Kelopak di bawah matamu tak lagi kering mulai saat ini, ia jadi danau yang selalu memiliki air yang bisa dikirim turun ke pipi.
Kamu akan lupa rasanya bahagia, Hangatnya hati saat dipenuhi cinta. Berhenti percaya bahwa kamu bisa kembali ditaklukkan oleh rasa.
Namun bertahan di ranting nyaman yang sama juga tak banyak membawa kebaikan setelahnya. Memilih tetap berdiri di tanah yang mulai rapuh tak jauh beda dengan menggali lubang di hati sendiri. Keberadaan ia yang mati-matian kau pertahankan agar tak pergi memang terasa mengisi hati, namun tanganmu tak akan pernah berhenti memperdalam lubang di dada sendiri.
Kamu boleh keras kepala. Kamu boleh merasa tak bisa hidup tanpanya. Tapi ingatlah, hidupmu terlalu berharga untuk disia-siakan sebagai pesakitan lebih lama.
ADVERTISEMENTS
Jangan salah sangka. Bukan rasa bebas yang langsung muncul setelah kalian tak lagi bersama. Tapi paling tidak, kamu akan merasa berdaya
Ini kehidupan nyata. Bukan romantic comedy movie yang menyederhanakan perjalanan patah hati dan putus cinta. Selepas tak lagi berdua rasa bebas dan percaya diri tak akan langsung muncul begitu saja. Perlu waktu cukup lama sampai kamu kembali percaya — dirimu cukup untuk membuat orang tak perlu memalingkan mata. Ada sisi dalam dirimu yang bisa membuat orang sedalam itu jatuh cinta.
Kegagalan sebelumnya terjadi bukan karena kamu tak genap sebagai manusia. Namun karena kalian memang tidak baik bersama.
Titik “baik-baik saja” tak bisa diperkirakan kapan datangnya. Hidupmu akan berubah jadi pendulum yang tak bisa diperkirakan gerakannya. Kamu hancur sebagai manusia. Hidupmu memasuki fase slow motion atau bahkan seperti di pause sementara. Tapi paling tidak, kamu akan merasa berdaya. Mengakhiri sesuatu yang menyakitimu membuatmu percaya bahwa kamu cukup kuat untuk hidup tanpa dia.
ADVERTISEMENTS
Setiap merasa tak bisa — tolong ingat satu fakta. Kamu pernah lebih lama mampu hidup tanpa dia. Tidak ada alasan buatmu untuk tidak baik-baik saja
Sekian belas tahun hidupmu pernah dijalani tanpanya. Orang yang membuat permukaan hatimu tak lagi rata dulu sempat tidak signifikan keberadaannya. Dan bukankah hidupmu sempat terus berjalan meski dia tak ada? Lalu kali ini, apa yang beda? Apa yang membuatmu harus menangguhkan keputusan untuk tak lagi bersama?
Tidak ada yang baik dalam ikatan yang membuatmu merasa tak cukup untuk bisa dicintai. Komitmen yang lebih sering membuatmu menangis dan tersakiti tak sebanding dengan lebam biru yang ia ciptakan di hati. Kamu layak untuk sesuatu yang lebih baik dari ini.
Sampai tiba saatnya nanti ada seseorang yang demimu ia rela berhenti. Ia yang membuatmu mampu percaya lagi. Orang yang bersedia menerima absurdnya tingkahmu dengan lapang hati.
Sampai tiba saatnya nanti: ketika hatimu akhirnya kembali bisa diisi, meski kini bentuknya jelas tak sama lagi. Kamu lebih baik sendiri.
Tolong jangan pernah merasa terlalu sendiri. Atau tak mampu untuk melanjutkan langkah lagi. Hipwee di sini. Menemanimu melewati proses yang tak mudah ini.
Sebab kamu jauh lebih berharga dari apa yang kamu pertahankan mati-matian saat ini. Semoga kamu segera menemukan keberanian untuk berhenti 🙂