“Yah, Minggu malem nih. Yah, besok Senin dong! Sedih gue.”
“Iya, besok kerja. Males banget yak.”
Gak bisa dipungkiri, rutinitas pekerjaan seringkali terasa membosankan. Berangkat kerja pagi-pagi, bergulat dengan tugas-tugas kantor, lalu pulang setelah petang dengan badan dan otak yang sudah kelelahan. Jika boleh, satu-satunya yang kamu inginkan pastilah mengambil cuti panjang lalu melipir pergi liburan.
Ya, rasa malas dan bosan menjalani pekerjaan sehari-hari memang sulit diatasi. Tapi, jangan jadi lemah dan membiarkan dirimu terus-terusan gak produktif lagi. Nah, supaya semangatmu bangkit kembali, coba deh simak sebentar kisah orang-orang hebat ini!
ADVERTISEMENTS
1. Usia senja bukan halangan baginya. Demi mencukupi kebutuhan keluarga, Kakek Saimin tak sekalipun malas bekerja.
Beruntung jika saat ini kamu punya pekerjaan yang layak. Bekerja kantoran, fasilitas yang memadai, dan pendapatan yang mencukupi. Kamu tak harus panas-panas di jalanan demi mendapat beberapa peser uang untuk memenuhi kebutuhan.
Namun, kondisi yang berbeda nyatanya harus dilalui Kakek Saimin. Meski sudah menginjak usia 80-an, beliau masih harus bekerja menjajakan jasa pijatnya dari satu tempat ke tempat lainnya. Bayangkan, di usianya yang sekarang, seberapa besar beliau harus mengerahkan tenaga supaya bisa memijat pelanggan-pelanggannya?
ADVERTISEMENTS
2. Meski kebutuhan hidup bukan satu-satunya alasan, beliau tetap berjuang karena memang mencintai pekerjaan.
Bagi kamu yang berdomisili di kota Solo, mungkin pernah sesekali bertemu dengan nenek yang satu ini. Yup! Mbah Kasinem namanya, beliau sering terlihat berjualan di kawasan stasiun Balapan Solo dan di lampu merah sekitar Balapan. Meski sudah berusia senja, Mbah Kasinem mengaku ingin berjualan karena memang menyukai pekerjaannya ini.
Setiap hari tepat pukul 5 pagi, beliau akan berangkat dari rumahnya. Dengan berjalan kaki, Mbah Kasinem membawa barang-barang dagangan dengan tenggok atau sejenis bakul yang digendong. Mbah Kasinem menjual apa saja, mulai dari pisang, melon, ubi, sampai bawang putih, dan kacang-kacangan. Coba deh pikirkan, berapa uang yang bisa beliau hasilkan setiap harinya? Bagi kita, mungkin uang itu tak seberapa, tapi pikirkan soal kegigihannya.
ADVERTISEMENTS
3. Kalau sampai hari ini kamu masih sering males-malesan kerja, apa gak malu sama bocah kecil ini yang gigihnya luar biasa?
Gak cuma dari mereka yang sudah senja saja, pelajaran berharga juga bisa kamu dapat dari dia. Ya, anak kecil yang masih usia sekolah dasar ini ternyata harus melalui kehidupan yang boleh dibilang keras. Demi bisa makan, anak ini bekerja menjajakan jasa semir sepatu di kawasan Gambir. Di saat anak-anak lain asik belajar di sekolah dan bermain sepulangnya, dia justru harus banting tulang demi menghidupi dirinya.
ADVERTISEMENTS
4. Sakit yang diderita tak lagi jadi halangan. Berbekal kemauan untuk belajar, toh Kakek Sukardi ini tetap bisa bertahan.
Pernah bekerja sebagai kuli di Pelabuhan Tanjung Priok, Kakek Sukardi harus menerima kenyataan pahit ketika kakinya lumpuh akibat kecelakaan kerja dan kelalaian seorang temannya. Setelah selama 2 tahun menjalani proses penyembuhan, kakek berusia 69 tahun itu pun harus memutar otak agar bisa menghidupi istri dan kelima anaknya.
Meski dengan keterbatasan, kakek Sukardi akhirnya mulai belajar membuat kerajinan replika kapal pinisi. Ide ini muncul setelah beliau melihat kerajinan kapal pinisi yang indah dan menarik. Namun, minimnya pengetahuan membuat beliau harus kerja keras: mulai dari memilih bambu sebagai bahan, belajar membuat satu demi satu bagian, hingga merakit kapalnya. Bahkan, Kakek Sukardi sendiri lho yang harus berkeliling menjual hasil kerajinannya dengan menggunakan kursi roda. Gimana? Kamu berani adu gigih sama beliau?
ADVERTISEMENTS
5. Meski dengan kondisi fisik yang terbatas, beliau tak pernah sekalipun terlihat malas.
Bagi kita, pendapatan dari menjual koran mungkin tak seberapa. Untuk satu koran saja, beliau mungkin hanya mengambil untung beberapa ratus rupiah. Sementara, dengan kondisi sebelah mata yang sudah tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya, beliau tetap semangat bekerja kok. Berjualan koran meski cuaca sedang panas atau hujan. Kadang, beliau juga harus tetap berjualan hingga sore atau malam hari lantaran koran-korannya belum terjual. Sementara, kita yang boleh dibilang pekerjaannya lebih layak bisa berkali-kali mengeluh soal pekerjaan.
ADVERTISEMENTS
6. Kondisi berlebih seringkali malah bikin kita malas-malasan. Sementara, banyak orang yang harus hidup dengan kondisi serba kekurangan.
Namanya Kakek Arsilan dan usianya sudah mencapai 90-an. Dahulu, beliau adalah pejuang yang terlibat dalam pertempuran yang terjadi di Tangerang, Banten. Kabarnya, Kakek Arsilan juga pernah bekerja sebagai tukang kebun di keluarga Bung Karno hingga tahun 2013. Tidak pernah menerima tunjangan dari pemerintah, beliau hanya pernah mendapat dana pensiun sebesar 1,5 juta rupiah.
Setelahnya, beliau tidak lagi punya penghasilan. Satu-satunya yang bisa beliau lakukan adalah bekerja sebagai pemulung. Bekerja dengan mengumpulkan botol plastik yang kemudian ditukar seharga beberapa rupiah saja. Sekali lagi, ini satu-satunya yang bisa beliau lakukan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Coba deh bandingkan dengan kita yang masih punya banya pilihan dan kemungkinan untuk bekerja.
7. Sebagai anak muda yang fisiknya masih prima, malu dong sama nenek ini kalau kita kerja seenaknya.
“Males banget balik ke kantor. Pengennya melipir buru-buru pulang atau liburan sekalian…”
Sadar atau tidak, selama ini kita mungkin tidak mensyukuri apa yang dipunya. Sudah punya pekerjaan oke, tapi masih sering males-malesan atau bahkan “magabut”. Pengennya gaji lancar tapi kerja enak-enakan. Duh, coba deh lihat nenek yang satu ini!
Biasa dipanggil nenek gerobak, sehari-harinya beliau menarik gerobak dan mengumpulkan barang bekas. Pekerjaan mengumpulkan barang bekas ini dilakukan karena memang untuk memenuhi kebutuhan. Entah berapa rupiah yang sehari-harinya beliau dapatkan, intinya beliau tetap berjuang dan tidak menyerah pada keadaan.
8. Masih ingat sama dia? Pemuda ganteng ini lulus kuliah S2 dengan bekerja sebagai pemulung sehari-harinya.
Dulu, wajah dan kisah hidupnya sempat terlihat wara-wiri di media sosial. Dia adalah pemuda bernama Wahyudi yang pekerjaan utamanya adalah sebagai pemulung. Uniknya, dia memang bukan pemulung biasa. Wahyudi ini bekerja sebagai pemulung demi bisa membiayai kuliahnya sendiri. Setelah lulus S1 dan S2, dia kabarnya juga melanjutkan pendidikan ke jenjang S3 lho!
Nah, gimana? Masih mau males-malesan setelah membaca kisah hidup orang-orang dalam artikel ini? Selagi muda, semoga kita bisa memaksimalkan waktu dan kemampuan dengan sebaik-baiknya, ya!
Foto-foto dalam artikel ini diambil dari akun resmi Ketimbang Ngemis yang bisa kamu akses di sini.