Kehidupan akan selalu menawarkan dua pilihan–berhasil atau gagal. Namun, tidak seorang pun berhak memesan keduanya. Ada saat di mana kita dibuai keberhasilan, pun dipaksa menyerah pada kegagalan. Namun bukankah kita lebih sering mengutuki kegagalan? Kita tidak sadar bahwa kegagalanlah yang justru bisa mengubah kita menjadi pribadi yang lebih bijak.
Cerita kegagalan atau kesalahan di masa lalu tidak melulu harus dikubur atau disimpan rapat-rapat. Ketika bisa menerimanya sambil terus melanjutkan hidup, kita justru punya kesempatan untuk selalu menengok ke belakang dan berdamai dengan kegagalan. Jadi, sudahkah kamu merasa beruntung dan berdamai dengan kegagalan-kegagalan ini?
ADVERTISEMENTS
Masa depanmu masih terbentang jauh di depan. Menyerah sekarang hanya akan makin memperparah keadaan
Penyesalan bisa jadi kamu rasakan ketika mengingat masa mudamu dulu. Betapa banyak kealpaan yang kamu buat lantaran belum bisa berpikir dan bersikap dewasa. Terancam di keluarkan dari sekolah karena sering membolos, pernah terlibat tawuran, bersinggungan dengan alkohol bahkan obat-obatan terlarang; banyak hal-hal negatif yang menjadikan masa mudamu sah dikategorikan gagal.
Tapi, apakah catatan kegagalan di masa lalu sudah pasti mencederai masa depanmu? Tentu tidak. Ketika bisa menjauh dari kebiasaan-kebiasaan negatif di masa lalu, kamu justru akan terus menjadikannya sebagai pengingat. Bahwa untuk menjadi orang yang lebih baik, haram bagimu untuk kembali terjerumus di lubang-lubang hitam itu lagi. Memperbaiki diri demi masa depan yang lebih cerah adalah hak sekaligus kewajibanmu saat ini.
ADVERTISEMENTS
Masalah yang datang bisa kamu pandang lewat 2 cara: menmbuat hidupmu makin runyam, atau memandangnya sebagai hal yang menguatkan dan menangguhkan
Hidup tidak pernah luput dari masalah. Hampir setiap hari kamu harus rela diuji dan ditempa dengan berbagai problematika yang menghampirimu. Ketika tubuhmu sedang tidak fit, pekerjaan di kantor justru tengah banyak-banyaknya dan menuntut waktu lembur. Di saat bersamaan, bos pun menegurmu lantaran menganggap kinerjamu yang kurang memuaskan.
Namun, banyaknya masalah yang harus dihadapi tidak mengijinkanmu untuk tumbang. Kondisi seperti ini malah menyadarkanmu untuk pintar-pintar menjaga kesehatan sekaligus mengatur ritme kerja dan waktu istirahat. Kamu paham bahwa kebiasaan melalaikan kesehatan adalah akar dari semua masalah yang kamu hadapi. Kamu bukan robot yang bisa bekerja 24 jam selama 7 hari tanpa makan atau tidur. Demi bisa tetap bekerja dengan produktif, kamu hanya perlu memperhatikan tubuhmu sendiri.
ADVERTISEMENTS
Kamu boleh patah hati sampai merasa tak bisa hidup lagi, tapi lewat jalan inilah kamu sedang dituntun menemukan cinta sejati
Tidak ada kata ‘pasti’ dalam kamus hubungan percintaan. Perasaan bisa jadi salah satu hal yang paling fluktuatif di dunia ini. Pasangan yang dahulu memujamu ternyata bisa berubah. Setelah 3 tahun menjalin hubungan, dia kehabisan hasrat untuk mencintaimu. Memilih untuk memutuskan ikatan dan menjalani hidupnya tanpa kamu. Sementara, kamu yang masih mencintainya dalam-dalam hanya bisa merasakan perihnya patah hati.
Dunia tidak berhenti berputar setelah kata ‘putus’ terlontar dari mulut kekasihmu. Putus cinta bukan berarti hidupmu selesai dan berakhir dengan tanda titik. Momen ini justru meyakinkanmu bahwa sekalipun kamu sangat mencintainya, dia bukanlah jodoh yang ditakdirkan mendampingimu seumur hidup. Semesta sedang menguji kesabaranmu sekaligus memberimu kesempatan untuk menemukan cinta baru – cinta yang lebih sejati.
ADVERTISEMENTS
Pekerjaan yang tak memberimu gaji berlimpah juga tetap harus disyukuri. Bukankah darinya renjanamu terpenuhi?
Cita-citamu ingin jadi pengajar sekaligus pegawai negeri. Kamu bermimpi untuk mengabdi pada negara melalui jalur pendidikan. Sayangnya, gagal dalam seleksi CPNS memaksamu bertahan sebagai guru honorer. Gaji dan kesejahteraan yang minim membuatmu ragu untuk melanjutkan niat mengabdi sebagai pengajar. Mari sejenak pikirkan, haruskah realita mengubur cita-cita muliamu begitu saja?
Yang pasti, kesuksesan dalam hidup tidak melulu diukur dengan materi. Kamu mungkin belum sukses secara finansial, tapi jika merunut renjanamu, tentu kamu boleh dibilang berhasil. Sekalipun gagal dalam tes pertamamu, kamu masih punya kesempatan di tahun-tahun berikutnya. Setidaknya, kamu sudah berhasil menyalurkan passion-mu sebagai pengajar. Percayalah bahwa pekerjaan yang kamu jalani dengan bahagia akan mencukupkan hidupmu.
ADVERTISEMENTS
Kehilangan teman adalah hal biasa. Nanti kamu akan tahu siapa yang pantas dapat predikat sahabat yang sebenarnya
Selayaknya, teman adalah dia yang siap mendampingimu dalam kondisi apapun – baik susah maupun senang. Ketika menyadari bahwa dia tidak sebaik yang kamu bayangkan, kamu pun memilih sendiri. Dia yang hadir saat pesta ulang tahun dan perayaan kelulusanmu, ternyata tidak menampakkan batang hidungnya saat kamu sakit dan menjalani proses bimbingan skripsi yang menjemukan.
Yup, menyadari bahwa tidak semua temanmu bersikap tulus adalah kenyataan pahit. Tapi, hal inilah yang menjadi pelajaran penting dalam hidup. Tidak mudah menemukan seseorang yang tulus dan mau berteman tanpa pamrih apapun. Pada akhirnya, kamu pun akan lebih menghargai dan berusaha menjaga teman-teman sejatimu baik-baik.
ADVERTISEMENTS
Wajar jika kamu merasa hilang arah, tapi percayalah pada akhirnya rencana Tuhan selalu indah
Ibarat perjalanan, banyak halangan dan rintangan yang harus kamu lewati dalam hidup. Bahkan, ada kalanya kamu merasa hilang arah tanpa tau kemana harus melanjutkan langkahmu. Dulu, setelah lulus kuliah kamu sempat bingung memilih pekerjaan yang sesuai untukmu. Saking lamanya menimbang-nimbang, kamu justru enggan melamar pekerjaan dan berlarut-larut menjadi pengangguran.
Momen itulah yang akhirnya menyadarkanmu bahwa kamulah yang memegang kendali atas hidupmu. Kamu akan selamanya hilang arah ketika tidak punya cukup tekad untuk menemukan jalan keluar dari ketersesatanmu. Ketika dirimu sendiri tidak mampu memutuskan, masih ada teman dan keluarga yang akan membantu. Berbagi pengalaman dan memberikan saran adalah bukti keberadaan mereka yang selalu mendukungmu.
Apapun yang terjadi, bukankah hidupmu tetap bergulir saban hari? Episode kegagalan ini hanya harus dijalani
Kehilangan pasangan dan teman pernah membuatmu merasa benar-benar kesepian. Merasa dikhianati, kamu pun mulai mempertanyakan kualitas dirimu sendiri. Pertanyaan seperti: “apakah aku tidak cukup baik?” atau “apakah keberadaanku berharga?” seringkali terlintas di kepalamu. Di saat seperti inilah kamu merasa benar-benar rapuh dan butuh ditolong.
Namun, keterpurukan justru mengajarkanmu tentang bagaimana menghargai diri sendiri. Dalam kondisi paling kronis, kamu justru mengalami sebuah titik balik. Muncul keyakinan dan kepercayaan diri bahwa kamu adalah pribadi yang unik dan berharga. Bukan salahmu ketika mereka memilih untuk meninggalkanmu. Setidaknya, kamu sudah berlaku layak sebagai pasangan atau teman. Di saat ini, kamu berhak merengkuh dirimu erat-erat – menghargai dirimu sendiri.
Kehilangan harapan adalah cara Tuhan menuntutmu untuk bertahan. Dia ingin kamu berjuang sembari mengandalkannya dalam semua kesempatan. Tak cukupkah ini jadi sumber kekuatan?
Dalam hidup, banyak hal yang harus kamu terima dengan lapang, baik itu rasa sedih atau kecewa. Ingatan tentang pertengkaran dengan orang tuamu, momen ditolak dari perusahaan impian, gagal lulus kuliah tepat waktu, merasa ‘dibuang’ mantan kekasih; banyak hal yang berhasil menghancurkan hati dan perasaanmu hingga berkeping-keping.
Namun, semakin pahit kehidupan yang kamu cerapi, semakin banyak pelajaran berharga yang bisa kamu ambil. Dengan sangat keras, kamu ditempa untuk jadi pribadi yang dewasa dan sabar. Hidup telah mengajarkanmu keabsahan manusia sebagai makluk yang tidak sempurna; yang harus rela menerima kegagalan demi menjadikan mereka sempurna sebagai manusia.
Yup, kegagalan memang bukan hal yang bisa dibanggakan. Namun dari kegagalan mengajarkan kita tentang sebuah ‘penerimaan’. Mendidik kita untuk rajin-rajin melihat pada diri sendiri, bahwa manusia adalah yang tidak boleh berhenti belajar setiap harinya.