Percaya atau Tidak, 5 Jutawan Ini Dulunya Hidup Susah. Bahkan Ada yang Gelandangan

Jutawan yang Dulu Miskin

Di dunia usaha, kita kenal dengan nama Bob Sadino, Jack Ma, dan Oprah Winfrey. Ketiganya menjadi ikon from zero to hero yang sesungguhnya. Sosok-sosok kaya di dunia yang memiliki masa lalu kehidupan yang berat. Mereka membuktikan bahwa kesuksesan bukan mimpi di siang bolong, dan hanya bisa didapatkan dengan perjuangan.

Ternyata selain ketiga orang tersebut, masih ada banyak milyader dunia yang terlahir sebagai orang miskin dan kekurangan. Mereka berjuang dari nol hingga memiliki perusahaan raksasa seperti sekarang. Perjuangan mereka tentunya bisa jadi inspirasi orang-orang yang berharap sukses dan kaya seperti kita. Yuk, simak kisah hidup mereka.

ADVERTISEMENTS

1. Pernah jadi pemulung dan hidup menggelandang, kini John Paul DeJoria kini punya perusahaan dengan 100 produk perawatan rambut di dunia

Percaya atau Tidak, 5 Jutawan Ini Dulunya Hidup Susah. Bahkan Ada yang Gelandangan

John Paul DeJoria via www.bjtonline.com

Paul Mitchell System adalah sebuah perusahaan besar di Amerika Serikat yang memiliki brand-brand ternama untuk produk perawatan rambut. Mulai dari shampo, cat rambut, dan lain sebagainya. Perusahaan ini ditaksir memiliki kekayaan lebih dari 37 triliun. Nah, siapa sangka, salah satu pendirinya yaitu John Paul DeJoria dulunya adalah gelandangan?

Di usia 19 tahun, DeJoria terpaksa keluar dari rumah. Di usia 20 tahun, dia sudah mengalami perceraian dan punya tanggungan satu anak. DeJoria bekerja serabutan, mulai dari sales shampo hingga pemulung botol bekas. Selama beberapa tahun DeJoria hidup sebagai tunawisma yang tinggal di mobil dan bahkan untuk makan pun harus minta-minta. Hingga suatu hari, mengandalkan pengalamannya sebagai sales shampo yang cukup lama, Dejoria bersama temannya Paul Mitchell nekat membuka usaha sendiri. Usaha yang kini membawanya menjadi milyader di Amerika.

ADVERTISEMENTS

2. Aplikasi WhatsApp yang kita pakai ternyata juga punya cerita lo. Pendirinya sempat bekerja sebagai cleaning service di supermarket

Zaman sekarang siapa sih yang nggak tahu WhatsApp? Aplikasi chatting ini sudah lama menggantikan fungsi SMS, terutama bagi kaum muda. Kalau nggak punya WhatsApp bakal ditanya dengan heran “Hah? Serius kamu?”. Nah, siapa sangka pendiri aplikasi primadona ini dulunya hidup cukup sulit? Gejolak politik dan diskriminasi yang diterimanya di negara asal, Ukraina, membuat Jan Koum pindah ke Amerika Serikat bersama sang Ibu. Di sinilah perjuangan Koum dimulai.

Demi mencukupi kebutuhan sehari-hari, sang Ibu bekerja sebagai pengasuh anak. Sementara Jan sendiri bekerja sebagai cleaning service di supermarket. Itupun tetap nggak bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Untung saja pemerintah setempat memberikan subsidi makan kepada gelandangan dan tunawisma. Meski Jan harus mengantre panjang untuk mendapatkannya.

ADVERTISEMENTS

3. Dari yatim menjadi orang terkaya kedua di Italia. Leonardo Del Vecchio sudah kenyang makan garam kehidupannya

Percaya atau Tidak, 5 Jutawan Ini Dulunya Hidup Susah. Bahkan Ada yang Gelandangan

Leonardo Del Vecchio via www.ilfoglio.it

Ada yang tahu kacamata Rayban? Merek kacamata mewah asal Amerika Serikat itu kini dimiliki oleh seorang jutawan asal Italia, Leonardo Del Vecchio. Sebagai pemilik Luxottica, Leonardo Del Vecchio nggak cuma memiliki Rayban, melainkan banyak merek terkenal lainnya seperti lensa essilor dan clothing brand Oakley. Mereknya banyak dipakai, namun balum banyak yang tahu bahwa Leonardo Del Vecchio dulunya tinggal di panti asuhan. Sang Ibu begitu miskin sehingga tidak sanggup menghidupi Leonardo dan menyerahkannya pada biarawati.

Di usia 14 tahun, Leonardo menjadi buruh di pabrik onderdil mobil dan kacamata. Keseriusan Leonardo dalam bekerja nggak bisa dianggap enteng. Apalagi saat itu, ia begitu tertarik pada pembuatan kacamata. Bekerja menjadi prosesnya mencari ilmu hingga kemudian Leonardo mendirikan perusahaan produsen kacamata terbesar yaitu Luxottica. Sekarang kekayaannya lebih dari Rp110 milyar.

ADVERTISEMENTS

4. Hanya lulusan SD tak membuat Eka Tjipta Widjaya surut semangat. Kini ia menjadi konglomerat

Percaya atau Tidak, 5 Jutawan Ini Dulunya Hidup Susah. Bahkan Ada yang Gelandangan

Eka Tjipta widjaya via nalar.id

Hanya dengan ijazah SD, kira-kira apa yang bisa dilakukan oleh seserang? Eka Tjipta bisa membangun perusahaan Sinarmas, ITC Mangga dua, membeli Bank Internasional Indonesia, dan banyak usaha lainnya. Pendiri group sinarmas yang tutup usia Januari 2019 lalu ini juga berhasil menjadi orang terkaya di Indonesia tahun 2012 versi majalah Globe.

Datang ke Indonesia sebagai imigran, Eka Tjipta hanya sanggup mengenyam pendidikan sampai sekolah dasar. Ayahnya membuka sebuah toko kecil di Makassar, dan Eka kecil berjualan keliling dengan sepedanya setelah sekolah. Sepanjang karier bisnisnya, Eka Tjipta sudah mencoba banyak hal. Mulai dari berjualan makanan, kopra, dan barang-barang lainnya. Soal jatuh bangun jangan lagi di tanya. Nggak jarang Eka Tjipta harus memulai usaha dari nol lagi karena kegagalan menghampiri.

ADVERTISEMENTS

5. Berawal dari usaha fotokopi di kampus, Chairul Tanjung kini menjadi salah satu konglomerat di Indonesia

Percaya atau Tidak, 5 Jutawan Ini Dulunya Hidup Susah. Bahkan Ada yang Gelandangan

Chairul Tanjung via detak.co

Horang kayah yang satu ini pasti sudah nggak asing lagi. Chairul Tanjung (CT) dikenal sebagai anak singkong yang berhasil masuk ke daftar orang terkaya di Indonesia. Perusahaannya yaitu CT Corp memiliki Trans Corp, Bank Mega dan PT Global Resource. CT juga pernah menjadi Menko Perekonomian di era Presiden SBY. Nyatanya, untuk mencapai posisi saat ini, si anak singkong benar-benar berjuang dari nol.

Pada masa orde baru, koran tempat ayahnya ditutup karena dianggap berseberangan. Karena itu, mereka menjual rumah dan tinggal di sebuah losmen sempit yang dihuni oleh seluruh keluarga (kurang lebih 8 orang). Meski begitu, CT tetap bisa menempuh pendidikan dan bahkan kuliah di Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Di bangku kuliah inilah, jiwa pengusaha CT muncul. Ia mulai berjualan buku, kaos, dan bahkan membuka fotokopian. Hingga bisa mendirikan kerajaan bisnisnya yang sekarang, CT pastinya nggak asing lagi dengan kegagalan.

Terlahir dengan kondisi finansial yang pas-pasan atau bahkan kurang nggak selalu jadi penentu nasib kok. Meski sekarang kekurangan, belum tentu kamu akan mati menjadi orang miskin juga. Seperti kata Jack Ma, terlahir miskin itu bukan pilihan. Tetapi, mati dalam kondisi miskin tentu sebuah keputusan. Yang penting adalah semangat dan ambisi, dua hal itu bisa memberi kekuatan untuk mengubah segala kondisi. Setuju nggak?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pecinta harapan palsu, yang berharap bisa ketemu kamu.

Editor

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi