Di usia 20-an, bahasan tentang jodoh menjadi hal wajib dalam setiap perbincangan. Prinsipmu tentang jodoh juga bukan lagi sekadar gandengan untuk diajak jalan dan makan saja. Lebih dari itu, kata jodoh yang terlintas dalam benakmu kini adalah sepaket dengan pernikahan. Seseorang yang bisa bersanding sampai ke pelaminan dan kelak bisa menemanimu sampai tua. Karenanya untuk urusan memilih pasangan, kamu pastinya jadi lebih berhati-hati.
Tiap orang juga biasanya punya sederet kriteria yang digunakan untuk menyeleksi kandidat dalam perjuangan pencarian jodoh. Memang sudah semestinya semua orang berharap mendapatkan jodoh terbaik. Meski orang itu beragam-ragam perawakan, status, maupun nasibnya, kriteria jodoh ideal tampaknya tak pernah jauh-jauh dari gambaran muluk-muluk mirip pangeran negeri dongeng yang datang menunggangi kuda putih. Bahayanya kalau cuma mengejar jodoh yang sebenarnya hanya ada di negeri awan, kamu bisa tersesat di dunia nyata. Terutama kalau usahamu benar-benar hanya sebatas berharap.
Jodoh itu cerminan diri sendiri, jangan hanya berharap dapat yang terbaik kalau kamu belum berhasil jadi versi terbaikmu
ADVERTISEMENTS
Jangan berharap tinggi, kalau kamu masih malas berbenah diri. Karena hidup tak seindah dongeng di mana pangeran impianmu akan datang tiba-tiba
Mungkin banyak dari perempuan di dunia ini yang sudah terlanjur terbius oleh kisah Cinderella yang dinikahi oleh pangeran tampan. Sehingga sukar untuk menjadi realistis dalam hal ini. Inginmu, jodoh adalah seseorang yang menjadi kebalikan dari sifat burukmu, dia yang lebih rajin, pintar, rapi, good looking, pokoknya yang lebih baik segala-galanya dari dirimu.
Itu hanya akan menjadi mimpi jika kamu tak pernah bertekad kuat memantaskan diri. Jika benar kamu ingin ditakdirkan dengan jodoh yang good looking dan mapan, maka perbaiki penampilanmu jadi lebih rapi dan sedap dipandang. Pun dalam hal pekerjaan, kuatkan tekadmu untuk jadi pribadi yang lebih sukses lagi dalam hal karier.
ADVERTISEMENTS
Berbenah diri bukan hanya tentang memoles wajah dan penampilan. Tapi juga perilakumu pada diri sendiri dan orang sekitaran
Akan menjadi percuma manakala kamu berupaya keras memperbaiki penampilan, tapi tanpa sadar masih menyepelekan orang lain. Jangan heran jika orang yang datang menghampiri adalah dia yang prilakunya masih belum dewasa. Karenanya berbenah diri tak hanya tentang penampilan, tapi juga tentang bagaimana kamu memperlakukan orang lain. Juga berusaha menjadi pribadi yang lebih bisa mengendalikan emosi dan lebih bijak dalam menghadapi perbedaan sudut pandang dalam sebuah diskusi.
ADVERTISEMENTS
Boleh saja kamu bermimpi memiliki pendamping hidup yang mapan dan berpendidikan. Tapi, sejajarkan dirimu untuk berada di level yang sama dengannya
Terkadang kita sesumbar dengan melangkahi takdir. Yakni begitu meyakini bahwa jodoh kita adalah dia yang levelnya tingkat dewa. Dia yang mapan dan berpendidikan. Boleh saja bermimpi demikian, tapi jangan sampai lupa untuk menakar kualitas dirimu saat ini. Sudahkah kamu sukses di bidang akademis? Bagaimana karirmu saat ini?
Logikanya sederhana saja, bagaimana kamu bisa mendapat jodoh yang mapan kalau kamu saja tidak berada di lingkungan yang sama dengannya? Contoh nyatanya adalah kisah Kate Middleton yang dijuluki sebagai Cinderella masa kini. Padahal nyatanya tak demikian. Kate memang bukan lahir dari kalangan bangsawan, tapi orangtuanya mapan dan dia menuntut ilmu di tempat yang sama dengan Pangeran William. Jadi, peluang mereka untuk berjodoh cukup besar.
ADVERTISEMENTS
Berbenah diri tak berarti melarangmu menjadi pribadi yang apa adanya. Tapi, menerima diri apa adanya bukan berarti kamu memelihara sifat buruk yang kamu punya
Bukan berarti kamu yang tadinya humoris, harus pensiun melucu hanya karena ingin jodoh yang  berwibawa. Itu sama saja menipu diri sendiri. Berbenah diri dari sifat burukmu yang jelas-jelas kamu juga tak inginkan ada dalam pribadi jodohmu kelak. Misalnya, kamu yang masih sering mengeluh saat menghadapi masalah, baiknya belajar untuk jadi pribadi yang lebih bijak dalam menghadapi masalah. Kenapa? Karena kalau kamu juga tak mau punya jodoh yang tukang pengeluh, dirimu sendiri juga tak pantas terus mengeluh. Pertahankan saja sisi humoris dalam dirimu, tapi buang sifatmu yang mudah mengeluh. Setuju nggak nih, guys?
ADVERTISEMENTS
Antara dirimu dengan jodoh punya sifat yang berbeda dan saling mengisi. Tapi jangan mendamba pria yang sempurna hanya untuk mengisi kekuranganmu
Biarin aja ah, gue mah emang gini dari dulu, pemalas.
Ya, biar aja. Toh, gue bakal dapet jodoh yang rajin. ‘Kan jodoh suka berkebalikan.
Jangan sampai salah kaprah, jodoh memang ada untuk melengkapimu. Tapi, tak lantas menghentikan langkahmu untuk berupaya menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Akan menjadi hal yang mustahil manakala kamu berkeinginan berjodoh dengan seseorang yang good looking, sementara penampilanmu pun masih acak-acakan. Bermimpi memiliki jodoh yang memperhatikan kebersihan, tapi kamu sendiri masih malas bersih-bersih. Senang dengan cowok yang hobi masak, tapi kamu sendiri nggak pernah berkutat dengan peralatan dapur. Nah, karenanya mulai sekarang cobalah untuk menyejajarkan diri di garis yang sama sosok yang kamu impikan. Ingin berjodoh dengan dia yang cerdas, maka jangan malas untuk menambah wawasanmu.
ADVERTISEMENTS
Jika sudah mengupayakan menjadi pribadi yang lebih baik, kamu hanya tinggal menunggu semesta mempertemukanmu dengannya
Berbenah diri sudah, menyejajarkan diri dengannya sudah, berupaya berada di lingkungan yang sama dengannya, pun sudah. Kini saatnya kamu mendekatkan diri dengan Sang Pencipta agar segera didekatkan dengan dia yang sosoknya kamu idamkan. Berdoalah agar Tuhan segera menakdirkanmu berjodoh dengannya.
Hidup tak seindah drama Korea dan kisah Cinderella, di mana prince charming-mu akan datang menghampiri. Sebaliknya, kamu perlu berupaya keras untuk berbenah diri menjadi pribadi yang sejajar dengan dia yang sosoknya kamu dambakan.