Bijak adalah cerminan dari sikap yang dilakukan setelah mengalami proses pemikiran, yang tepat dan sesuai dengan kondisi. Memang kata ini selalu dikaitkan dengan sosok yang baik dan bijaksana dalam menanggapi berbagai macam permasalahan. Yang perlu digarisbawahi dari bijak itu sendiri adalah tindakan. Nggak jarang kalau kata ini sering dipakai untuk tagline, “Orang bijak bayar pajak“, misalnya.
Untuk menjadi orang yang bijak bukan perkara gampang. Pemikiran yang terbuka dalah kunci utamanya. Wahai generasi penerus bangsa, mari kita bercermin dan bertanya pada diri sendiri.
Sudah bijakkah kamu?
Tidak perlu muluk-muluk menciptakan pencitraan bijak dari bidang politik atau sebagainya. Dari hal-hal kecil yang nggak jauh dari keseharianmu, apa kamu sudah bijak sepenuhnya? Daripada penasaran tentang hal-hal kecil apa sih yang kadang miss, yuk kita simak artikel Hipwee kali ini.
ADVERTISEMENTS
1. Kamu sering tanya: “Kapan lulus, kapan nikah, kapan nyusul?” Padahal itu bukan urusanmu~
Skripsi udah sampe bab berapa? Lulus kapan nih?
Wah, udah waktunya nikah ya. Kapan?
Aku udah halal bersama Aa’. Kamu kapan nyusul dihalalin sama pacarmu?
Pertanyaan macam ini memang familiar banget didengar ke telinga anak-anak yang sudah menempuh semester akhir kuliah. Kumpulan kata-kaya penuh tanya ini seringkali dilontarkan oleh orang-orang yang bahkan nggak biayain dia buat hidup. Terdengar biasa sih, tapi apa kamu menyadari kalau pertanyaan-pertanyaan itu kadang bikin risih?
Jika kita pikir sejenak, semua pertanyaan di atas bukan urusan kamu sih. Kecuali kalau kamu memang punya kedekatan yang lebih dari sekedar kenalan dan teman biasa. Wajar jika kamu adalah orang tua yang memang banting tulang untuk membiayai kehidupannya. Apakah kamu yang bukan siapa-siapanya, merasa berkewajiban melontarkan pertanyaan tersebut? Jika kamu memang bijak, berpikirlah dua kali sebelum melontarkan pertanyaan semacam itu.
ADVERTISEMENTS
2. Makanan adalah hal esensial yang tidak bisa dinikmati semua orang. Menghabiskan jatah makan tanpa sisa saja susah kamu lakukan.
Makanan adalah kebutuhan primer yang dibutuhkan setiap makhluk untuk bertahan hidup. Tanpa asupan gizi yang masuk ke dalam tubuh, kesehatan dan energi pun akan sulit didapat. Kamu pun tak bisa menjalankan aktivitas. Kamu, yang punya rejeki berlebih untuk bisa menyantap hidangan lezat tiga kali sehari, pun terkadang melewatkan sebuah kesempatan yang membuatmu bijak. Adalah dengan tidak menyisakan makanan yang ada di piringmu.
Kadang, banyak orang yang merasa makan terlalu banyak. Untuk alasan dietlah, atau apapun yang membuatmu tega membuang makanan.
Aku takut gendut. Nggak aku habisin deh.
Kamu masih belum bisa bijak dalam hal pangan ini. Apa kamu sempat untuk memikirkan orang yang kurang beruntung di daerah konflik sana? Jangan terlalu jauh, masih banyak orang-orang di Indonesia yang hidup dengan ekonomi yang jauh dari kata layak. Seandainya, sejak awal sebelum memulai makan, kamu lebih bijak dalam mengambil porsi makan yang cukup membuatmu kenyang, kamu nggak perlu membuang sisa makanannya. Asal kamu tahu, nggak semua orang punya kesempatan untuk makan enak seperti yang biasa kamu dapatkan.
ADVERTISEMENTS
3. Kamu memang memutuskan untuk tidak memberi uang pada pengemis dengan alasan tertentu. Tapi jika kamu nge-judge orang yang bersedekah pada pengemis, artinya kamu sedang terjebak dalam ego-trap.
Semakin luasnya pengetahuanmu terhadap fenomena sosial yang terjadi di masyarakat, kamu pun makin peka dalam menentukan tindakan. Kita ambil satu fenomena yang sampai sekarang masih belum menjamur di sekitar kita, pengemis. Kata benda ini tidak bisa disebut sebagai profesi. Karena masih ada pekerjaan yang lebih baik daripada sekedar meminta-minta.
Kamu, yang menolak keras tentang menjamurnya eksistensi pengemis di negeri ini, pun memutuskan untuk pantang memberi sepeser uang untuk mereka. Oke, itu memang pilihanmu. Mengajak mereka untuk melakukan hal yang sama sepertimu pun tidak masalah.
Mulai nge-judge orang yang masih memberi sedekah pada pengemis, maka kamu sudah termakan ego-trap-mu sendiri. Ego trap adalah menganggap bahwa dirimulah yang lebih baik diantara yang lain. Mungkin hal yang kamu ambil untuk memerangi pertumbuhan pengemis sudah bijak. Tapi, dengan judge-mu tersebut, akan membuat bijak yang kamu lakukan hilang begitu saja.
ADVERTISEMENTS
4. Sosial media memang sebuah wadah untuk berbagi informasi. Saat ada insiden yang memakan korban, kamu tetep nge-share foto yang ngga etis. Please, be like Bill!
Sosial media memang sudah melenakan dengan generasi yang paham teknologi ini. Akan aneh jadinya kalau kamu tidak menggunakan media sosialmu untuk banyak hal, mulai dari yang informatif sampai yang mencari eksistensi.
Memang, menjadi pengguna media sosial yang bijak adalah yang tidak pernah bosan berbagi informasi yang bermanfaat bagi khalayak ramai. Berita terupdate misalnya.
Tapi, jika kamu berbagi informasi yang berisi kejadian yang brutal dan memakan korban, alangkah baiknya untuk tidak menyebarluaskannya. Nilai etislah yang diutamakan. Bahkan, menanggapi kejadian ini, ada sebuah meme yang sempat viral yaitu be like Bill. Nge-share foto berdarah-darah itu nggak cool! Jadilah kayak Bill dong, dia cool banget!
ADVERTISEMENTS
5. Agama itu topik yang sensitif. Masih mengaitkan hal ini untuk merendahkan orang lain? Udah 2016 masih aja nggak bijak.
Masalah agama memang privat. Bukan untuk dibahas di ruang publik, atau bahkan dijadikan alasan untuk diskriminasi. Terorisme, kita masih tidak bisa membuat topik ini bebas dari campur tangan agama. Tidak akan ada agama yang mengajarkan untuk saling membunuh satu sama lain. Semua pasti ingin menebarkan damai seluruh umat manusia di dunia. Karena yang melakukan hal keji adalah mereka yang tidak beragama. Sudah bukan waktunya untuk mempermasalahkan agama apa yang tertulis di KTP. Mengeluarkan kata-kata ofensif yang merujuk pada hal itu akan membuatmu menjadi seseorang yang tidak bijak dalam menanggapi hal ini.
ADVERTISEMENTS
6. Lebih mementingkan kerasnya suara daripada kualitas pendapat. Jalanmu untuk jadi lebih bijak masih panjang.
Yang bijak adalah yang sudah berpikir panjang, secara mendalam dan terarah. Dalam berpikir, jangan biarkan mulut ikut campur. Membiarkan mulutmu berbicara hal-hal dangkal yang tidak memberikan solusi adalah sia-sia. Perilakumu ini pun akan semakin melekat seperti peribahasa yang berbunyi….
Tong kosong nyaring bunyinya.
Jika sampai saat ini yang lebih dominan saat berpendapat hanyalah tingginya nada suaramu, jalanmu menuju orang yang bijak masih jauh, anak muda. Menjadi bijak tidaklah mudah, tapi akan lebih afdol jika kamu berpikir secara mendalam terlebih dahulu. Setelah dirasa kamu sudah menemukan pendapat yang mengandun solusi, ungkapkanlah. Karena langkah itu akan lebih bermanfaat untuk dirimu sendiri dan sekitarmu. Bijak itu tidak dinilai dari seberapa panjang kamu mengucap kata, tapi seberapa banyak kontribusi dan tanggapan solutif yang kamu berikan.
7. Meluaskan pemikiran dari berbagai sudut pandang itu penting sebelum nge-judge. Paling tidak, jangan jadi orang yang close-minded.
Menjadi bijak pun tidak hanya sekedar banyak omong dan berpikir mendalam, melainkan juga pengalaman. Pengalaman apa yang dimaksud? Adalah seberapa banyak kamu melihat sesuatu dari banyak sudut pandang. Untuk mendapatkan sudut pandang yang pas, kamu pun harus banyak-banyak belajar dengan orang-orang dan keadaan di sekitarmu.
Dalam menilai sesuatu, orang bijak tidak akan cepat menge-judge. Akan selalu ada proses untuk melihat hal itu dari banyak kacamata. Bahkan, setelah itu, orang yang bijak tidak akan memberi penilaian, mereka akan menghargai dan membiarkan terjadi selama tidak merugikan sekitarnya.
Punya pikiran terbuka memang nggak bisa dimiliki semua orang. Karena menjadi lebih baik pun butuh kerja ekstra. Paling tidak, kamu tidak ingin terus terjerat dan menjadi orang yang close-minded. Terbukalah dalam berpikir, menerima atau tidak itu urusan belakang.
8. Bilang terserah itu jelas kurang bijak. Kenapa kamu harus ragu untuk bilang apa yang ada di pikiranmu?
Guys, ntar malem nongkrong di mana nih?
Ada tempat baru nih, 2 blok dari sini. Mau coba ke sana.
Wah boleh. Saran lain?
Hmmm, terserah deh, ngikut kalian aja.
Nggak cuma dalam hubungan berpacaran aja yang dibuat bete dengan kata “terserah”, dalam pertemanan, keluarga, bahkan hubungan kerja pun demikian. Tahukan kamu, terlalu sering mengucapkan kata terserah itu bikin kamu nggak menjadi orang yang bijak. Mengapa bisa begitu? Orang yang bijak itu tahu kapan dia harus diam, berpikir, dan mengungkapkan pendapat. Jika memang ini adalah timing untuk menyuarakan apa yang kamu inginkan, kenapa harus buang-buang waktu? Ragu untuk berpendapat adalah hal yang sia-sia. Jadilah bijak dengan pantang bilang kata terserah.
Kamu bisa berubah menjadi orang yang lebih bijak dan berkaca dari hal-hal kecil seperti di atas. Kurang-kurangi untuk bertanya hal-hal yang bukan menjadi urusanmu, berpendapat yang berisi solusi, menghargai apa yang kamu miliki sekarang, nge-judge, menggunakan alasan privat sebagai alasan untuk menjatuhkan, dan lain sebagainya. Semogakita semua bisa menjadi orang yang bijak ya, guys.