Jadi Ibu Rumah Tangga Itu Nggak Mudah. Tugasnya Nggak Cuma Nemenin Anak, Masak, Lalu Sudah

jadi ibu rumah tangga

Selama ini orang selalu menganggap pekerjaan sebagai ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang mudah. Tidak ada hal berarti yang harus dikerjakan, hanya menunggui anak main dan suami pulang. Ibu rumah tangga juga dianggap punya terlalu banyak waktu luang, yang akhirnya hanya digunakan untuk bergosip dengan tetangga sebelah.

Padahal menjadi ibu rumah tangga tidak semudah kelihatannya. Mengatur manajemen rumah, mengasuh anak, menyiapkan segala kebutuhan keluarga, barangkali adalah hal-hal penting yang tidak kamu dapatkan ilmunya dari bangku sekolahan. Jadi sebelum kamu menganggap remeh pekerjaan seorang ibu rumah tangga, kamu harus tahu hal-hal ini dulu.

ADVERTISEMENTS

1. Orang berpikir ibu rumah tangga hanya leha-leha sambil menunggu suami pulang. Kenyataannya, pekerjaan mulai dari membuka mata sampai waktu tidur menjelang

Orang berpikir hidupnya selalu santai

Orang berpikir hidupnya selalu santai via beritahati.com

Meski tidak harus berangkat ke kantor, berjibaku dengan macet, punya banyak jadwal meeting yang harus dihadiri, dan baru pulang ke rumah saat matahari telah terbenam, pekerjaan ibu rumah tangga juga banyak. Pekerjaan itu bahkan dimulai dari saat membuka mata sampai nanti sebelum tidur. Diawali dari membangunkan anak-anak dan mengatur persiapan mereka ke sekolah. Menyiapkan sarapan, memastikan gizi keluarga terjaga, lalu mengantar anak ke sekolah.

Sendirian di rumah bukan berarti bisa leha-leha. Rumah perlu dibersihkan, dan baju-baju kotor harus dicuci. Belum selesai pekerjaan rumah, tiba saatnya menjemput anak dan menyiapkan makan siang. Di sore hari, banyak juga yang harus dilakukan, mulai dari menyiapkan makan malam sampai membantu sang anak belajar. Ketika suami pulang setelah bekerja, ada pekerjaan baru juga yang harus dikerjakan. Hal ini berulang setiap harinya.

ADVERTISEMENTS

2. Di kantor, kamu terbiasa bekerja dalam tim. Di rumah, kamu bekerja sendirian. Kalau kamu tidak disiplin, segala yang jadi tanggungjawabmu akan terabaikan

Pekerjaan tiada habisnya

Pekerjaan tiada habisnya via www.iburumahtangga.com

Bila kamu bekerja di kantor, kamu akan terbiasa bekerja dalam tim. Masing-masing orang mengerjakan satu bagian, dan bagian lain dikerjakan oleh orang lain. Pekerjaan yang berat akan terasa lebih ringan karena dikerjakan bersama. Sementara, sebagai manajer rumah tangga, kamu harus bekerja sendirian. Sang suami sudah terlalu sibuk bekerja untuk mencari uang, sehingga urusan rumah menjadi tanggung jawabmu sepenuhnya. Bila kamu bermalas-malasan, cucian kotor di keranjang akan tetap kotor sampai tahun depan. Tidak ada yang akan menggantikan tugasmu, seperti bila kamu mengajukan cuti di kantor.

ADVERTISEMENTS

3. Karena keluarga adalah hal yang personal, bos yang kamu hadapi lebih galak dan menyebalkan dari bosmu di kantor: dirimu sendiri

Bosnya dirimu sendiri

Bosnya dirimu sendiri via life.viva.co.id

Apapun yang terjadi di kantor, adalah kerangka profesional. Seharusnya tidak ada hati atau perasaan yang dipakai, karena semuanya hanya soal pekerjaan. Di rumah, tentu berbeda. Keluarga adalah hal yang sangat personal. Segala sesuatu yang terjadi di sana akan kamu rasakan secara personal. Kamu memang tidak akan menghadapi bos galak atau klien yang menyebalkan. Tapi bila kamu sudah lelah bekerja seharian, kemudian suamimu berulah dengan memprotes hasil kerjamu, rasakan saat itu hatimu tersentil. Dan segalanya membuat hatimu terluka. Di sini bos galak memang tidak ada, tapi kamu harus menghadapi dirimu sendiri, yang tentunya seribu kali lebih sulit.

ADVERTISEMENTS

4. Mengatur keuangan keluarga juga tidak mudah. Di sini, keahlian finansialmu dituntut lebih hebat daripada akuntan senior

Harus ahli atur keuangan

Harus ahli atur keuangan via www.cermati.com

Sebagai ibu rumah tangga, mungkin kamu tidak menerima gaji setiap bulan. Tapi kamulah yang harus memutar otak bagaimana supaya uang yang diberikan oleh pasanganmu cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga setiap bulannya. Pasanganmu tidak mau tahu bagaimana caranya, tapi uang yang ada harus cukup untuk semua. Mulai dari biaya makan sehari-hari, biaya sekolah anak, persiapan pendidikan anak di masa depan, biaya-biaya tak terduga, kamu harus bisa memutar uang untuk itu semua. Sebagai ibu rumah tangga, kemampuan perencanaan finansialmu harus lebih hebat dari lulusan finance manapun juga.

ADVERTISEMENTS

5. Kamu harus menjadi orang yang paling tahu tentang apa yang dibutuhkan keluargamu. Sementara, kadang kamu sendiri tidak tahu apa yang kamu mau

Ibu harus paling tahu

Ibu harus paling tahu via wesharepics.info

Ketika usia memasuki angka dua puluhan, sebagian orang merasa kesulitan mengenali dirinya sendiri. Mencari tahu apa yang dia inginkan atau dia butuhkan adalah sesuatu yang ternyata lebih sulit dari yang dikatakan berbagai kiat-kiat self-development di banyak media. Tidak sedikit yang justru kehilangan arah, dan sekadar menjalani saja apa yang ada. Ketika kamu menjadi ibu rumah tangga nanti, kamu adalah orang yang harus paling tahu apa kebutuhan keluarga. Kebutuhan suami dan kebutuhan anak. Meski bukan seorang psikolog, kamu harus punya kemampuan membaca situasi yang luar biasa, sehingga ketika suami atau anak ada masalah, kamu adalah orang pertama yang datang untuk menenangkan. Tugas sebagai ibu tidak pernah sesederhana itu.

ADVERTISEMENTS

6. Mengurus anak tidak segampang kelihatannya. Seperti apa kepribadian anakmu kelak tergantung caramu mendidiknya

Mendidik anak tidak mudah

Mendidik anak tidak mudah via www.thunderclap.it

Tidak bisa dipungkiri bahwa seorang ibu rumah tangga akan lebih punya banyak waktu untuk anaknya. Bagaimana anak tumbuh nanti, akan jadi orang seperti apakah dia saat dewasa, semuanya bergantung bagaimana orangtua mendidiknya. Keluarga adalah sekolah pertama yang dijalani sang anak, dan dasar dari sekolah-sekolah setelahnya. Dalam beberapa kasus terbukti bahwa penyimpangan sikap anak bisa terjadi karena pengaruh sikap orangtuanya. Tanggung jawab yang kamu emban jauh lebih berat ketimbang membuat laporan bulanan.

7. Di kantor, kamu bisa kabur dari pekerjaan di hari Sabtu dan Minggu. Sebagai ibu rumah tangga, tidak ada akhir pekan bagimu

Tugas yang tidak ada liburnya

Tugas yang tidak ada liburnya via www.huffingtonpost.com

Bila kamu bekerja, masa-masa stresmu hanya berlaku di hari Senin sampai Jumat. Hari Sabtu dan Minggu kamu bisa pura-pura tidak punya pekerjaan. Kamu bisa melupakan semua hal tentang kantormu, dan bersenang-senang dengan hal lain sepuasnya. Sebagai ibu rumah tangga, tidak pernah ada kata libur untukmu. Meskipun tanggal di kalender berubah-ubah warnanya, pekerjaanmu sebagai rumah tangga tetap berlaku setiap harinya.

8. Masih banyak yang memandang sebelah mata. Padahal, ibu rumah tangga juga layak jadi pahlawan tanpa tanda jasa

Tidak pernah diakui

Jarang dapat pengakuan via www.femellapedia.com

Apa yang kamu kerjakan setiap hari bukan pekerjaan yang ringan. Apa yang kamu tahan setiap hari bukan pula hal-hal yang bisa ditanggung atau digantikan oleh orang lain. Lelah fisik dan mental mungkin kamu rasakan. Risiko pekerjaanmu mungkin lebih tinggi dari sekadar kehilangan pekerjaan di kantor. Tapi dengan segala perjuangan yang sudah kamu berikan untuk keluarga, masih banyak yang memandangmu sebelah mata. Masih banyak yang menganggapmu sebagai parasit tidak berpenghasilan yang bisa leha-leha seharian. Padahal tanpa dirimu, rumah tangga mungkin bisa goyah dan roboh bila tidak segera disangga.

Menjadi ibu rumah tangga tidak semudah yang kita lihat selama ini. Menjadi seorang ibu rumah tangga juga harus punya ilmu yang tinggi. Sebab ibu rumah tangga adalah penopang, yang bila kamu goyah, maka seisi rumah juga goyah. Pekerjaanmu adalah sebuah pekerjaan tanpa pengakuan, sedang penghargaan tertinggi berasal dari senyum semua anggota keluarga yang sehat dan bahagia. Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, sedang ibu rumah tangga, adalah orang hebat yang bahkan jasanya tidak pernah bertanda.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi

Editor

Not that millennial in digital era.