Setidaknya kamu mungkin pernah mengunjungi laman instagram Karin Novilda (Awkarin) atau Anya Geraldine. Dua selebgram yang namanya kerap terselip dalam obrolanmu bersama teman kuliah atau rekan kerja. Dari postingan Awkarin yang sarat drama, hingga foto unggahan Anya yang terbilang vulgar, adalah topik yang asyik untuk diperbincangkan untuk kamu yang berusia 20-an. Sementara para remaja di luar sana justru menjadikan gaya pacaran keduanya sebagai relationship goal mereka.
Tak sedikit dari remaja Indonesia yang berangan bisa pergi liburan bersama pacar, memposting foto yang begitu mesra, sampai saling memberikan kejutan untuk pacar tersayang. Sadar atau nggak, gaya pacaran Awkarin dan Anya akhirnya menjadi kiblat bagi banyak anak remaja Indonesia.
Publik masih belum bosan membincangkan Awkarin dan Anya Geraldine. Gaya pacaran mereka yang ‘ekspresif’ tampaknya mengusik nilai-nilai ketimuran yang dianut masyarakat kita
Karin Novilda a.k.a Awkarin dan Anya Geraldine kini tengah dipuja sekaligus dihujat lantaran gaya pacaran mereka yang kelewat ekspresif. Beberapa waktu lalu Awkarin nampak heboh dengan drama percintaannya bersama seorang cowok bernama Gaga yang menjadi bahasan para netizen. Sementara Anya populer bukan hanya karena paras cantiknya saja, tapi juga gaya pacarannya yang kelewat mesra. Anya dan sang pacar dituding berprilaku bak sepasang suami-istri. Tak hanya itu, foto yang kerap diunggah Anya di laman instagramnya dinilai terlalu terbuka. Seolah sengaja mempertontonkan kemolekan tubuhnya yang seksi.
Bukan sebatas nyinyiran semata, nyatanya KPAI sampai turun tangan menanggapi keresahan para orangtua yang khawatir anaknya bakal meniru
“KPAI sudah lakukan koordinasi dengan Kominfo,” jelas Ketua KPAI Asrorun Niam dalam keterangannya, Selasa (20/9/2016)
“Untuk memastikan perlindungan anak dan paparan informasi yang mendidik,” jelas Niam
via m.detik.com
Banyak remaja yang begitu menggilai gaya pacaran a la Awkarin dan Anya. Sementara itu para orangtua nampak resah dan khawatir nantinya anak mereka meniru gaya pacaran yang dinilai berlebihan. Di mana adegan peluk-cium bersama pacar tak segan untuk diumbar. Semenatara itu, merespon keresahan para orangtua, Komisi Penanggulangan Anak Indonesia (KPAI), nyatanya sudah berkoordinasi dengan Kominfo untuk membahas beberapa akun instagram yang digilai remaja. Bukannya berlebihan, KPAI hanya berharap agar anak muda yang menjadi panutan lebih bisa memperlihatkan prilaku yang pantas dan sewajarnya saja.
Zaman memang telah berganti. Tak ada lagi romansa berkabar via surat cinta atau elegannya pacaran meski hanya saling berpegangan tangan
Kini pegangan tangan tak menjadi sesuatu yang mendebarkan. Karena peluk dan cium di hadapan khalayak tak lagi saru. Berpose seksi bersama pasangan pun terbilang wajar dan dianggap hal yang biasa. Kamu bisa menilik gaya berpacaran beberapa generasi ke belakang, di mana saling menatap dan bertukar kata pun sudah cukup bikin hati berdebar. Dulu belum ada video call, tapi bertukar surat cinta sudah ampuh menuntaskan rindu.
Tapi, anehnya, meski dulu tak ada tren pose seksi bersama pacar, hubungan terasa lebih bermakna. Lebih bermakna karena berlandaskan rasa dan bukan nafsu semata.
Terdengar miris, manakala anak muda lebih memilih mengidolakan selebgram yang hobi umbar kemesraan ketimbang tokoh yang menginspirasi
Berapa banyak anak muda sekarang yang mengenal Soe Hok Gie? Adakah segelintir mereka yang masih mengidolakan Soekarno? Atau menjadikan Anies Baswedan sebagai panutan? Nampaknya nama-nama tersebut masih kalah dibandingkan Awkarin dan Anya yang begitu mudah menyita perhatian kebanyakan remaja. Nyatanya adegan tangis Awkarin pasca putus dari Gaga, hingga kemesraan Anya yang intim bersama sang pacar, lebih mencuri hati anak muda sekarang.
Tanpa bermaksud membatasi Awkarin dan Anya dalam berekspresi sebagai anak muda, muncul pertanyaan bahwa bukankah hubungan yang sehat itu jauh dari drama?
Meski dihujat oleh banyak pihak, tak sedikit yang membela keduanya. Ada yang beranggapan bahwa itu hal yang wajar dilakoni anak muda, bagian dari mengeskpresikan diri. Memang, tak ada yang melarangmu untuk mengeskpresikan perasaan ketika ketengah dilanda virus merah jambu.
Tapi, sebenarnya ada banyak cara untukmu mengungkapkan perasaan tanpa perlu drama dan umbar kemesraan. Ungkapkan saja kegalauan atau rasa sayangmu dalam bentuk karya yang jauh terdengar lebih positif di telinga. Misalnya saja dengan menulis atau bermusik. Manfaatkan kecanggihan teknologi saat ini sebagai media untuk menyebarluaskannya. Sehingga kegalauanmu yang membuahkan karya mampu membuat orang lain berdecak kagum.
Sementara untuk kita yang terpaksa menonton, ketimbang sibuk mencibir gaya pacaran mereka, sesungguhnya ada banyak hal yang lebih patut kita soroti
Sadar atau nggak, membincangkan Awkarin dan Anya cukup menyita 24 jam kita. Waktu 30-60 menit yang bisa kita gunakan untuk melakukan aktivitas bermakna jadi tersita hanya untuk membicarakan gaya pacaran mereka. Bukan salahnya mereka memang, tapi ini bisa jadi pengingat untuk diri kira sendiri untuk tidak latah dalam menyoroti gaya pacaran mereka. Jangan sampai berita tentang mereka menutup perhatian kita pada berita terkini yang jauh lebih bernilai, semisal Pilgub Ibukota, debat capres AS, hingga banjir yang melanda Garut pekan lalu.
Saat ini tengah trend anak muda umbar kemesraan, semoga beberapa tahun ke depan trennya bergeser menjadi anak muda lebih banyak berkegiatan positif yang terdengar elegan
Semoga generasi milenial kita lebih bisa memilih apa yang layak untuk diposting ke dunia maya. Teruntuk mereka yang digelari selebgram, baiknya lebih menyebarkan pesan positif di jagat instagram ketimbang hanya sekadar umbar pose vulgar. Semoga saja beberapa tahun ke depan, postingan bernada inspiratif lebih dipandang kekinian oleh anak muda. Bahwa relationship goal itu bukan sekadar saling meraba tubuh, tapi bagaimana kamu dan pacar bisa bekerja sama mewujudkan impian bersama. Meski tak pernah menampakkan kemesraan di dunia maya.
Kita sekarang hidup di jaman serba teknologi yang memungkinkan semua orang untuk saling berbagi informasi hanya dengan satu pencetan jari. Tidak pelak akan semakin sulit bahkan terkadang mustahil untuk menempatkan batasan apa yang boleh dan tidak boleh di posting atau dilihat di world wide web atau internet. Pemerintah bisa saja memegang peranan sentral untuk mengelola alur peredaran informasi demi terjaganya identitas bangsa atau agenda politik lain, tapi seringkali kemajuan teknologi informasi bergerak jauh lebih cepat dari proses pemerintah meloloskan undang-undang. Jadi tidak heran jika akan muncul berpuluh bahkan beribu-ribu Awkarin dan Anya lain dengan isu berbeda yang mengusik moral masyarakat.
Jadi perlu diingat bahwa hal terpenting yang bisa kamu lakukan saat ini ya adalah untuk mensensor diri sendiri untuk tidak ikut berpartisipasi membesarkan orang atau isu yang sebenarnya tidak sesuai dengan nilai dan moralmu. Gak suka Awkarin dan Anya, ya sudah berhenti mengunjungi laman instagram mereka. Cemooh mereka dengan cara yang lebih efektif dengan tidak memberikan perhatian.
Semoga gaya pacaran Awkarin dan Anya tak lagi menyita perhatian kita. Sebab, semakin kita latah membincangkan mereka, semakin isu ini menjadi konsumsi media. Imbasnya, para remaja yang awalnya sebatas mengidolakan jadi benar-benar meniru. Miris, jika ini sampai terjadi. Semoga kita lebih bisa memilih berita mana yang patut untuk disoroti, jangan sampai waktu kita terbuang percuma untuk berita yang kurang bermakna.