Berhasil di dunia kerja tentu jadi harapan semua orang. Meski banyak yang bisa mewujudkannya, tak sedikit pula yang akhirnya harus menelan rasa kecewa lantaran gagal dalam pekerjaan.
Bukan lantaran tak pintar atau tak cukup bekal ilmu pengetahuan, justru besar kemungkinan kegagalan itu disebabkan minimnya soft skill yang dimiliki.
Nah, apa sih penjelasan tentang soft skill itu sendiri? Seberapa pentingnya memiliki soft skill dalam diri? Apakah soft skill akan menentukan keberhasilanmu di dunia kerja? Yuk, simak penjelasannya di artikel ini!
ADVERTISEMENTS
1. Ilmu dan pengetahuan bukanlah modal utama. Dalam dunia kerja, kemampuan berhubungan dengan orang lain juga tak kalah pentingnya.
Menurut penelitian, kebanyakan model pendidikan akan memberikan 90% hard skill dan 10% soft skill. Sementara, yang terjadi di dunia kerja justru sebaliknya. Data Harvard School of Business menyebutkan bahwa hard skill yang akan terpakai hanya sekitar 15% saja dan sisanya yang dibutuhkan adalah soft skill.
Kondisi inilah yang kemudian menyebabkan banyak orang gagal dalam pekerjaan. Ketika soft skill mempunyai peranan lebih besar, kita justru lebih banyak diajarkan tentang ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang sifatnya teknis.
Ya, hard skill adalah kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan ketrampilan yang sifatnya teknis dan berhubungan dengan bidang tertentu. Sementara, soft skill adalah kemampuan seseorang untuk berhubungan dengan orang lain dan dirinya sendiri.
ADVERTISEMENTS
2. Level soft skill setiap orang itu berbeda. Hal ini bisa diukur dari karakter, sikap, dan perilaku mereka.
Setiap orang terlahir dengan karakter yang berbeda-beda. Proses tumbuh kembang dan pergaulan mereka pun masing-masing tak sama. Kemampuan berpikir dan bersikap juga jadi penyebab mengapa setiap orang akan memiliki tingkatan soft skill yang beragam.
Meski demikian, soft skill bukanlah sesuatu yang tak bisa diubah atau diusahakan. Perkara tinggi rendahnya soft skill tergantung bagaimana seseorang mau mengusahakannya. Singkatnya, soft skill adalah ketrampilan yang bisa didapat dengan cara latihan.
Saat berinteraksi dengan rekan sekantor misalnya, tentu kita tidak bisa bersikap seenaknya. Demi menciptakan atmosfer kerja yang produktif, setiap karyawan harus bisa berkomunikasi dengan baik. Atasan dan bawahan juga wajib menjalin komunikasi yang berkualitas agar ritme kerja dalam kantor tersebut tidak terganggu.
ADVERTISEMENTS
3. Soft skill juga mencakup soal kebiasaan dan motivasi. Mereka yang punya soft skill mumpuni biasanya punya etos kerja yang tinggi.
Para ahli menjelaskan bahwa soft skill tidak hanya diukur dari sikap dan karakter seseorang. Soft skill juga mencakup perkara kebiasaan sehari-hari dan motivasi dalam diri.
Sebagai contoh, karyawan dengan soft skill yang baik tidak akan terbiasa datang terlambat ke kantor. Mereka akan memilih datang tepat waktu atau justru lebih awal agar bisa terlebih dahulu menyiapkan banyak hal sebelum mulai bekerja. Selain itu, mereka punya motivasi yang jelas dalam menjalani pekerjaan sehari-harinya. Mereka punya keinginan untuk menapaki jenjang karir dan menyiapkan masa depan.
Nah hal inilah yang juga menandakan bahwa mereka punya etos kerja yang tinggi. Jauh dari keinginan bermalas-malasan dan mangkir dari pekerjaan, orang-orang dengan soft skill mumpuni akan sibuk mengukir prestasi.
ADVERTISEMENTS
4. Berbekal kepercayaan diri, berada di lingkungan yang baru membuat orang-orang dengan soft skill tinggi selalu berusaha untuk beradaptasi.
Jika kamu adalah tipe orang yang gampang minder, berarti kamu belum memiliki soft skill yang mumpuni. Pasalnya, mereka yang punya soft skill baik rata-rata punya kepercayaan diri yang tinggi. Mereka paham bahwa kepercayaan diri adalah bekal yang menjadikan mereka mudah beradaptasi di lingkungan-lingkungan yang baru.
Ketika rasa minder muncul, mereka akan sibuk menenangkan diri. Merapal kalimat-kalimat yang bisa membuat kepercayaan diri itu muncul dan menguatkan mereka. Sehingga setelahnya, mereka tidak akan merasa canggung ketika berasa di lingkungan yang baru.
ADVERTISEMENTS
5. Menjadi multitasker memang bukan dosa. Tapi mereka yang punya soft skill tinggi percaya, bahwa ada kalanya pekerjaan harus diselesaikan bersama-sama.
Mungkin kamu beranggapan bahwa pekerjaan atau segala sesuatunya bisa diselesaikan seorang diri. Kamu menonjolkan ego dan sifatmu yang ingin tampil sebagai seorang individu. Namun, kamu pun layak menyadari bahwa setiap orang memiliki keterbatasan-keterbatasan yang entah disadari atau tidak.
Bagaimana pun, kemampuan bekerja dalam tim juga sangat diperlukan. Apalagi ketika suatu perusahaan memang terdiri dari berbagai divisi yang saling terkait satu sama lain, dan saling bekerja sama untuk mewujudkan kepentingan perusahaan. Jika ada salah satu divisi maupun anggota yang tidak kooperatif, maka bukan tidak mungkin sebuah perusahaan akan mengalami masalah internal yang dapat berujung pada menurunnya pendapatan perusahaan.
ADVERTISEMENTS
6. Bukan hanya mereka yang punya jabatan, perusahaan tentu membutuhkan pegawai yang punya jiwa kepemimpinan.
Keberhasilan dalam dunia kerja salah satunya ditentukan oleh jiwa kepemimpinan yang kamu punya. Kemauan dan kemampuan untuk memimpin inilah yang juga termasuk dalam soft skill. Bukan hanya orang-orang yang memegang jabatan penting saja yang wajib memilikinya. Namun, semua pegawai diharapkan punya jiwa kepemimpinan dalam dirinya. Ada beberapa tanda bahwa kamu memiliki jiwa kepemimpinan, salah satunya adalah ketika kamu bisa mengemban tugas dan tanggung jawab yang diberikan, termasuk menyelesaikannya dengan baik.
7. Bukan sekadar mampu berhubungan dengan orang-orang yang ditemui, punya soft skill yang mumpuni berarti kamu sudah selesai dengan dirimu sendiri.
Pada dasarnya, soft skill bisa digolongkan menjadi dua, yaitu interpersonal skill dan intrapersonal skill. Interpersonal skill adalah kemampuanmu berhubungan dengan orang lain yang mencakup kemampuan memimpin, bernegosiasi, atau skill marketing misalnya. Sementara, intrapersonal skill adalah kemampuanmu “mengatur” diri sendiri yang mencakup kemampuan mengolah emosi, mengatur waktu, hingga skill beradaptasi.
Itulah alasannya mengapa intrapersonal skill seharusnya jadi yang paling pertama ditempa. Misalnya saat akan masuk ke dunia kerja, kamu seharusnya sudah selesai dengan dirimu sendiri. Kamu bisa mengatur waktumu, meredam emosimu sendiri, dan memahami karakter yang kamu miliki. Nah ketika intrapersonalmu sudah mencukupi, tentu tidak akan terlalu sulih untuk mengasah interpersonal skill-mu.
Nah, gimana? Apakah kamu termasuk orang-orang yang memiliki soft skill yang mumpuni? Ataukah sampai hari ini kamu masih sibuk menempa diri sendiri?